Adriani Sukmoro

Pilar Hidup

Pagi ini ucapan selamat Hari Ibu di berbagai grup WhatsApp muncul. Sebagai seorang ibu, saya selalu senang menerima ucapan Selamat Hari Ibu. Tak ada kesan rutinitas, karena peran ibu dalam hidup tak dapat dilupakan begitu saja.

Seorang Ibu Adalah Sebuah Pilar Hidup

Seperti yang tertulis dalam kisah Iwan Setyawan, yang dituangkan dalam buku “Ibuk”. Ibunya yang bernama Tinah, menikah dengan ayahnya, seorang kenek angkot. Kehidupan mereka tidak mudah. Dengan lima anak, kendaraan angkot yang sering rusak, rumah tinggal yang kerap bocor di musim hujan, keuangan keluarga menjadi berat. Namun Tinah mengatur keuangan sedemikian rupa, bertekad menyekolahkan anak-anaknya. Iwan berhasil menyelesaikan SMAnya, dan melanjutkan kuliah di Institut Pertanian Bogor. Bahkan Iwan berhasil bekerja di luar negeri, New York, selama sepuluh tahun. Buku “Ibuk” menggambarkan betapa pengaruh seorang ibu sedemikian besar untuk menjadikan Iwan Setyawan seperti ia sekarang ini.

Daoed Joesoef, Menteri Pendidikan & Kebudayaan tahun 1978-1983, menuangkan terima kasihnya pada ibunya melalui buku “Emak”. Emak, istilah untuk ibu di sebagian wilayah Sumatera. Buku “Emak” mengisahkan seorang ibu yang tak pernah mengenyam pendidikan formal. Tapi ia mengajarkan anak-anaknya untuk belajar seumur hidup. Emak seorang yang lemah lembut, femini, santun, namun bersikap tegas dalam mempertahankan prinsip hidup. Tersirat dari buku itu, betapa Daoed Joesoef menghormati dan menghargai ibunya, tak ingin apa yang dilakukan sang ibu dalam hidupnya terlewatkan begitu saja. Arswendo Atmowiloto mengingatkan tentang peran ibu dalam arti luas. Ibu kandung, ibu yang melahirkan anak ke dunia. Namun ada ibu yang merawat dan membesarkan. Dalam hidup kita menemukan, anak tidak selalu dibesarkan ibu yang melahirkan. Ibu yang tak melahirkan tapi merawat dan membesarkan itu mengembangkan kepribadian sang anak, sehingga anak tersebut dapat melihat dan menemukan betapa agungnya kehadiran seorang ibu.

Air Suci Ibu

Di salah satu WhatsApp grup, seseorang mengirimkan kata-kata indah tentang ibu. Katanya, ada 5 air suci dari seorang ibu: air ketuban saat ibu mengandung, air darah saat ibu melahirkan, air susu saat ibu menyusui, air keringat saat ibu mengurus anaknya, air mata saat ibu mendoakan anak. Kata-kata indah ini mewakili gambaran seorang ibu yang akan melakukan yang terbaik untuk anak-anaknya. Jadi teringat tentang sebuah iklan, yang menggambarkan seorang ibu yang berpura-pura sudah kenyang, dan memberikan makanan untuk anak-anaknya. Memang begitu adanya, ibu kerap mengorbankan kepentingan dirinya untuk bersenang-senang, demi mencukupi kebutuhan anak.

Ketika menjadi Ketua PIKKA (Persatuan Istri Karyawan dan Karyawati Kereta Api), kegiatan memperingati Hari Ibu tak pernah dilewatkan. Perempuan-perempuan anggota PIKKA muncul dengan baju nasional, terlihat anggun semua, melangkah mensyukuri keberhasilan mendidik generasi penerus sesuai kapasitas masing-masing. Ketika lagu “Bunda” diputar, ada genangan di pelupuk mata beberapa ibu. Ibu menggunakan tangan halusnya untuk membesarkan anak, rela memberikan, tak menuntut untuk diberi balasan. Sehingga pencipta lagu itu mengatakan, walau ibu masih ada atau sudah tiada, ibu akan selalu ada di dalam hati kita.

Surga Ada di Bawah Telapak Kaki Ibu

Pandemi Covid-19 yang telah berlangsung sejak awal 2019 lalu, memberi tekanan dalam kehidupan siapa pun. Proses Panjang pemulihan Covid-19 membuat ruang gerak setiap orang dibatasi. Kehidupan menjadi tidak normal. Keresahan dan tekanan-tekanan yang timbul akibat Covid-19 membuat peran ibu dalam keluarga semakin penting. Seorang ibu harus mampu menjadi tempat berbagi untuk mengurangi tekanan yang dihadapi anak, yang dibatasi ruang geraknya oleh Covid-19. Tuntutan untuk turut mengajar anak di rumah selama masa pandemi Covid-19 ternyata umumnya jatuh pada beban ibu, bukan beban ayah.

Hari ini saya bertanya kepada seorang pegawai di kantor: apa arti Hari Ibu baginya? Ia berpikir sejenak, lalu menjawab: “Surga ada di bawah telapak kaki ibu.” Saya agak terkesima, sudah lama tak mendengar pepatah itu. Saya meminta pegawai itu menjelaskan maksud kata-katanya. Ia mengatakan: “Jangan pernah membentak ibu. Ibu mencintai anak tanpa syarat.” Saya tak bertanya lagi.

Sesungguhnya, ibu menerima anak apa adanya, tanpa peduli kelebihan dan kekurangan anaknya. Sesungguhnya, seorang ibu menjadi pilar dalam keluarga. Selamat Hari Ibu!