Adriani Sukmoro

Urip Iku Urup

Keberagaman suku dan adat-istiadat daerah yang tersebar di seluruh pelosok nusantara membuat budaya negeri menjadi kaya. Ketika berkunjung ke Sumatra Barat, rumah adat, musik, makanan, dan kain tenun Padang menjadi bagian budaya yang menonjol. Hal yang sama ditemukan ketika berkunjung ke berbagai tempat di tanah air: Sumba, Nusa Tenggara Timur; Manado, Sulawesi Utara; Pulau Seram, Ambon; Pulau Samosir, Sumatera Utara; dan daerah-daerah lainnya. Kunjungan kerja ke kota Jambi di bulan Desember lalu melengkapi kebanggaan akan kekayaan budaya negeri. Batik Jambi sangat indah, kue tradisional padamaran terasa lezat, dan tarian rakyat yang ditampilkan pegawai muda kantor berirama khas, menjadi bagian budaya Jambi.

Perempuan dan Budaya

Budaya menjadi identitas negeri. Karena itu budaya bangsa Indonesia yang kaya layak dipertahankan. Upaya melestarikan budaya dimungkinkan jika kita menghargai budaya negeri sendiri, dan mengambil bagian dalam menurunkannya pada anak cucu, generasi penerus.

Perempuan memainkan peran besar dalam mempertahankan dan meneruskan budaya bangsa. Seperti yang dilakukan perempuan bernama Siti Sendari di kota Solo. Siti Sendari anak kedua dari tiga belas bersaudara. Keluarganya sederhana, bukan keluarga berkecukupan. Keadaan ini berlanjut dalam kehidupan rumah tangganya dengan empat orang anak. Siti Sendari pun bertindak, menjadi pencari nafkah utama, tulang punggung keluarga.

Kota Solo, tempat kelahiran dan kediaman Siti Sendari, mengandung budaya yang kaya. Tercermin dari slogannya: Solo, the spirit of Java; huruf “O” dalam kata Solo ditulis dengan bentuk dasar motif batik, menjadi salah satu ikon utama kota Solo. Selain Keraton Mangkunegaran dan Keraton Surakarta, kota ini juga dikenal kaya akan budaya wayang, keris, dan batik Solo. Batik Solo diakui oleh UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) sebagai warisan budaya dunia asal Indonesia.

Siti Sendari memutuskan menggeluti bisnis batik tulis Solo. Sudah lebih dari lima puluh tahun ia mengembangkan bisnis batik. Ia telah memainkan peran penting dalam pelestarian budaya bangsa, pelestarian batik tulis Solo. Pada saat yang sama, ia telah memberdayakan perempuan di kota Solo. Pengrajin batik pada umumnya kaum perempuan. Mengapa demikian? Karena pengrajin batik itu menggambar di atas selembar kain, membutuhkan kehalusan rasa, kesabaran, dan ketelitian seorang perempuan. Kegiatan membatik bisa dilakukan di rumah, sehingga sangat membantu pengrajin batik perempuan yang bisa mengatur waktu antara membatik dan melakukan tugas ibu rumah tangga. Bisnis batik tulis Solo membuat perempuan-perempuan pengrajin batik mempunyai wadah menyalurkan seni melukis batik dan menafkahi diri dan keluarganya.

Upaya Siti Sendari melestarikan batik sebagai budaya bangsa tak sia-sia. Batik tulis Solo karyanya dipakai pejabat negara dalam berbagai acara nasional dan internasional, juga dipakai para selebritas, dan tentunya dipakai khalayak ramai.

Uti Rahardjo, adik Siti Sendari nomor dua belas dari tiga belas bersaudara, yang berbeda jauh usianya, juga melihat pentingnya upaya melestarikan batik di negeri ini. Ia mendukung penuh apa yang dilakukan kakaknya selama lima puluh tahun ini. Ia mendirikan Amandari Gallery tahun 2016, membantu pemasaran batik tulis Solo. Nama Amandari Gallery diambil dari Laras Amandari, nama putri bungsu Uti Rahardjo, yang diharapkan akan meneruskan usaha batik tulis Solo yang telah dirintis. Jejak tiga generasi telah dibentang, membantu negeri mempertahankan budaya bangsa.

Pelestarian Batik

Kisah tiga generasi: Siti Sendari, Uti Rahardjo, Laras Amandari; diungkapkan dalam kegiatan talkshow Kementerian Agraria & Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional dalam Peringatan Hari Ibu tanggal 23 Desember 2021 lalu. Talkshow itu mengambil topik “Gerak & Langkah Perempuan Indonesia Melestarikan Budaya”.

Uti Rahardjo, pendiri Amandari Gallery, diundang menjadi narasumber acara tersebut. Beliau memaparkan bahwa ekspor batik Indonesia tahun 2013 mencapai US$ 881,9 juta. Angka yang cukup tinggi. Tahun 2020 ekspor batik menghasilkan US$ 532,7 juta atau sekitar Rp 7.5 triliun. Terjadi penurunan akibat adanya pesaing dari negara penghasil batik lainnya seperti Malaysia, Cina, Thailand, India. Hal ini patut menjadi perhatian dunia usaha dan pemerintah. Perlu dicatat bahwa industri batik berhasil menyerap 200.000 tenaga kerja dari 47 unit usaha yang tersebar di 101 sentra wilayah Indonesia. Pasar utama ekspor batik Indonesia adalah Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa.

Budaya Batik di Masa Depan

Dalam acara talkshow itu, muncul pertanyaan tentang bagaimana melestarikan budaya batik kepada generasi penerus? Ada kekhawatiran, generasi muda Indonesia semakin tak tertarik pada batik, dan tak mau belajar membatik. Budaya batik akan hilang ditelan masa jika tak ada yang berminat meneruskannya.

Pertanyaan itu memang kritis, menjadi bahan pemikiran yang menggelitik. Batik Indonesia memiliki kekhasan dan orisinalitas. Pemerintah selayaknya mendukung pengusaha batik untuk memasarkan batik di dunia internasional. Pemikiran menggandeng grup band seperti BTS yang diterima khalayak internasional pun muncul dalam talkshow. Merupakan suatu gebrakan pemasaran jika BTS menggunakan busana batik Indonesia dalam penampilan video klip mereka, atau dalam penampilan panggung mereka.

Disrupsi teknologi membuat perubahan dalam dunia kerja kaum milenial. Bisa saja sebagian di antara mereka kehilangan lahan pekerjaan yang diambil alih oleh proses digitalisasi. Situasi ini bisa membuka peluang untuk pelestarian batik. Pengusaha atau pemerhati pelestarian budaya, bisa mendirikan Sekolah Menengah Kejuruan Batik atau Akademi Batik yang mengembangkan pendidikan tentang batik: jenis-jenisnya, cara pembuatannya, kualitasnya, kultur budaya yang ada dalam setiap cerita batik, manajemen pemasaran batik, peluang mengejar pasar, dan lain-lain.

Gerak dan Langkah Perempuan Melestarikan Budaya

Pepatah Jawa yang berbunyi “Urip Iku Urup” mempunyai makna yang dalam. Hidup itu nyala. Hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang lain di sekitar kita, walau sekecil apa pun manfaatnya. Kurang lebih begitulah artinya.

Perempuan bisa memberi manfaat bagi sekitarnya, dengan turut berperan dalam melestarikan budaya. Kisah tiga generasi pengusaha batik di atas menjadi gambaran kekuatan perempuan dalam menurunkan kecintaan pada budaya batik. Masih banyak perempuan Indonesia lainnya yang bisa memainkan peran yang sama di bidang yang berbeda-beda dalam usaha pelestarian budaya.

Kita bangga UNESCO mengakui batik sebagai Intagible Cultural Heritage of Humanity (Warisan Kemanusiaan dan Budaya Lisan dan Nonbendawi) pada 30 September 2009. Dan pemerintah telah menjadikan 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional, bentuk perwujudan penghargaan kita terhadap budaya batik.

Semoga perempuan Indonesia melakukan gerak dan langkah yang membawa negeri ini dalam pelestarian budaya bangsa.