Adriani Sukmoro

Berbagi Ilmu

Hari itu Departemen Teknologi Informasi mengadakan rapat lanjutan mengenai layanan Cloud dan rencana menggunakan solusi pihak ketiga. Layanan Cloud bisa menghemat biaya, mampu menangani penambahan beban dan lebih fleksibel. Namun timbul isu keamanan data pelanggan, apakah kerahasiaan data pelanggan akan tetap terjaga nanti?

Rapat itu perlu dihadiri Handoko, pegawai Departemen Kepatuhan (Compliance Department), yang menangani kepatuhan bidang teknologi informasi perusahaan. Sayangnya Handoko tidak masuk kantor, sementara tak ada rekan kerjanya yang dapat menggantikannya dalam rapat. Hanya Handoko yang menguasai masalah yang akan dibicarakan, kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku dalam kompleksitas penggunaan pihak ketiga dan layanan Cloud.

Menjadi Penting

Handoko memang pegawai yang paling menguasai peraturan kepatuhan bidang teknologi informasi. Perkembangan bisnis dan kemajuan teknologi yang pesat, membuat tugas dan fungsi pekerjaan Handoko di Departemen Kepatuhan menjadi penting. Kepala Departemen Kepatuhan tergantung pada Handoko dalam menangani berbagai proyek yang dilaksanakan Departemen Teknologi Informasi.

Ketidakhadiran Handoko berlanjut selama beberapa hari. Pemeriksaan medis menunjukkan Handoko perlu menjalani operasi batu ginjal dan perawatan pemulihan. Ia tidak bisa masuk kantor hingga seminggu ke depan lamanya. Keadaan ini membuat Kepala Departemen Kepatuhan pusing, siapa yang akan menangani pekerjaan Handoko selama ia tidak ada? Hanya Handoko yang mengerti seluk beluk pekerjaannya.

Situasi seperti di atas bisa ditemukan dalam organisasi. Penyebabnya, pegawai tidak pernah mau berbagi informasi dengan rekan kerja, apalagi mengajarkan rekan kerja tentang pengetahuan atau keterampilannya.

Banyak alasan tidak mau berbagi. Bagi Handoko, ia berpikir jika hanya ia yang menguasai pekerjaannya, dirinya akan selalu dibutuhkan. Ia merasa menjadi penting, tempat bertanya departemen lain, khususnya Departemen Teknologi Informasi.

Jika ditelaah lebih lanjut, apa yang dilakukan Handoko mungkin didasari rasa tidak percaya diri. Ia takut tersaingi jika ada pegawai lain yang mendapatkan pengetahuan yang sama di bidang kepatuhan. Karena itu ia tak rela berbagi, pengetahuan disimpan untuk dirinya sendiri.

Tak Tergantikan

Liliana, pegawai di suatu perusahaan bisnis ritel, dikenal sulit memberi jawaban jika ditanya rekan kerja. Ia akan selalu menyuruh mereka yang bertanya untuk mengadakan riset sendiri dari sumber yang ada. Walau alasannya agar mereka berusaha, jangan mau mencari jalan gampang saja, namun pegawai lainnya mengenali sikap Liliana yang tak mau berbagi ilmu.

Liliana dikenal sebagai pegawai yang kompetitif. Ia berpikir, dengan menjadi pegawai yang paling mahir di bidangnya, ia menjadi tak tergantikan. Perusahaannya pernah melakukan pengurangan pegawai saat krisis ekonomi. Ada lima orang pegawai di departemennya yang kehilangan pekerjaan akibat perusahaan melakukan downsizing. Pengalaman itu membuat Liliana tak mau berbagi ilmu, ada kekhawatiran akan ancaman tereliminasi dari organisasi jika ada orang lain yang menguasai pekerjaan yang ia emban.

Apa Untungnya?

Utari, pegawai senior yang telah bekerja selama lima belas tahun, dianggap paling piawai di Unit Problem Resolution. Utari menyukai pekerjaannya dan merasa beruntung dapat bekerja di perusahaan yang menjadi market leader dalam industrinya.

Persaingan bisnis dan kebutuhan tenaga kerja membuat banyak tawaran pekerjaan yang menggiurkan di bursa tenaga kerja. Dampaknya terlihat dari tingkat persentase karyawan yang meninggalkan perusahaan yang lumayan tinggi.

Dalam kurun waktu bekerja di perusahaan itu, Utari telah menyaksikan pegawai yang keluar dan pegawai yang baru masuk perusahaan. Pegawai baru sering kali dikirim padanya untuk belajar tentang produk, proses, peraturan, dan hal lainnya. Mau tak mau Utari harus menyediakan waktu melatih pegawai baru kantor. Ia melakukannya setengah hati. Ia tak melihat dampak dari kontribusi melatih tenaga-tenaga baru itu pada perkembangan kariernya secara pribadi. Hal ini membuat Utari berpikir, untuk apa ia melatih tenaga-tenaga baru itu? Apa untungnya bagi dirinya?

Legacy

Kalu Ndukwe Kalu, seorang ilmuwan politik Amerika kelahiran Nigeria, mengatakan: “The things you do for yourself are gone when you are gone, but the things you do for others remain your legacy.”

Pengetahuan memang melekat dalam diri seseorang. Namun pengetahuan itu pergi bersama orang tersebut ketika yang bersangkutan sudah meninggalkan organisasi. Jika berbagi ilmu dengan rekan kerja lainnya, pengetahuan akan dapat diteruskan dan mungkin dikembangkan lebih jauh. Handoko, Liliana, dan Utari bisa mengambil manfaat jika mereka mau berbagi ilmu:

  • Mereka yang dengan senang hati berbagi ilmu, telah memupuk hubungan dengan lingkungan kerjanya. Orang lain akan merasa nyaman bertanya, dan menjadi percaya pada pembagi ilmu.
  • Mereka yang berbagi ilmu dengan orang lain turut berperan dalam proses pengembangan orang itu. Seperti apa yang dikatakan Kalu Ndukwe Kalu, turut mengembangkan orang lain akan menjadi legacy seseorang. Sebagian orang yang meninggalkan legacy merasa hidupnya menjadi bermakna bagi orang lain.
  • Tak mungkin mengharapkan semua orang mengingat orang yang telah membagi ilmu dengannya, namun sebagian besar dari mereka pasti akan mengingat siapa yang telah berkontribusi dalam pengembangan dirinya.
  • Jika seorang guru atau dosen mempunyai semangat untuk melengkapi murid atau mahasiswanya dengan teori dan konsep, seorang pegawai dalam organisasi dapat bertindak sama, membagi ilmu penerapan dalam organisasi terhadap rekan kerjanya. Berbagi ilmu membuat insan dalam organisasi dapat mendukung pencapaian tujuan organisasi.
  • Membagi ilmu bisa berdampak jauh, menciptakan network yang selalu bersifat positif. Network yang luas bisa membawa seseorang pada kesempatan-kesempatan yang tak terpikirkan.