Adriani Sukmoro

Membangun Tim Efektif

Dalam sejarah Amerika, terjadi perbudakan kaum kulit hitam selama beratus tahun. Ketika Abraham Lincoln terpilih menjadi Presiden Amerika ke enam belas, beliau mendeklarasikan penghapusan perbudakan tahun 1865. Negara bagian sebelah utara Amerika lebih cepat menerima kebijakan itu dibandingkan negara bagian sebelah selatan. Perubahan besar itu tak mudah dilakukan, penolakan terjadi, hingga melenyapkan nyawa Abraham Lincoln.

Pembauran

Penghapusan perbudakan tak langsung mengubah perlakuan terhadap kulit hitam. Prasangka rasial masih terjadi di sana hingga tahun 1970an, lebih dari satu abad sejak perbudakan dihapuskan di Amerika Serikat. Tetap saja penduduk kulit hitam diperlakukan sebagai warga kelas dua, hanya boleh berada di area tertentu yang telah ditentukan komunitas kulit putih setempat, mereka dilarang menggunakan fasilitas bersama kulit putih.

Di kota kecil Alexandria, di negara bagian Virginia, terdapat Sekolah Menengah Atas (SMA) T.C. Williams. SMA itu sekolah negeri yang didanai negara, untuk pendidikan anak-anak di komunitasnya. Seperti layaknya sekolah negeri di Amerika Serikat, SMA T.C. Williams tak membebankan biaya bagi murid-muridnya.

Dalam kegiatan sehari-hari di SMA T.C. Williams, terlihat kelompok-kelompok yang berbeda, kelompok siswa kulit putih dan kelompok siswa kulit hitam. Pemerintah distrik pun memutuskan rencana pembauran di sekolah itu, guna mempercepat kesetaraan warna kulit, melalui program asimilasi kulit putih dan kulit hitam.

Asimilasi

SMA T.C. Williams mempunyai tim sepak bola Amerika (American football). Semua pemain tim sepak bola itu kulit putih, termasuk pelatihnya Bill Yoast. Ia dihargai sebagai pelatih yang bagus. Namanya dinominasikan sekolah dalam seleksi The Virginia High School Hall of Fame, ajang pemilihan pelatih terbaik SMA di negara bagian itu.

Tiba-tiba pemerintah menugaskan Herman Boone sebagai pelatih baru untuk tim sepak bola sekolah itu. Keterkejutan pemain sepak bola serta murid-murid sekolah itu bukan hanya karena Bill Yoast diganti, tapi karena pelatih baru itu seorang warga kulit hitam. Pada masa itu, semua pelatih tim sepak bola SMA adalah warga kulit putih.

Protes pun terjadi, pemain sepak bola kulit putih berencana mengundurkan diri. Begitu pula dengan Bill Yoast, ingin mengundurkan diri.

Kerja Sama

Herman Boone berada dalam posisi sulit. Rencana pengunduran diri Bill Yoast dan para pemain sepak bola perlu ditangani. Bagaimana mungkin ia menjadi pelatih tanpa pemain? Apa yang harus dilakukannya?

  1. Hal pertama yang dilakukan Herman Boone adalah membangun kerja sama untuk mendapatkan kepercayaan pemain dan pihak sekolah. Herman Boone menawarkan posisi asisten pelatih kepada Bill Yoast. Bill Yoast mula-mula menolak tawaran itu. Namun, adanya kemungkinan hilangnya beasiswa sekolah bagi anggota tim sepak bola yang mengundurkan diri, membuat Bill Yoast berubah pikiran. Dalam sepak bola Amerika, setiap regu terdiri dari dua tim: tim penyerang (offense team) dan tim penahan (defense team);masing-masing terdiri dari sebelas orang. Saat giliran regu menyerang, maka yang turun ke lapangan adalah tim penyerang. Demikian pula sebaliknya, saat giliran regu lawan menyerang, tim penahan yang turun ke lapangan. Herman Boone meminta Bill Yoast bertanggung jawab melatih tim penahan, sementara ia akan fokus melatih tim penyerang. Benar saja. Kesediaan Bill Yoast menjadi asisten pelatih membuat pemain kulit putih tak jadi mengundurkan diri.
  2. Kemudian Herman Boone merekrut murid-murid kulit hitam yang berbakat ke dalam tim sepak bola. Kehadiran pelatih kulit hitam menjadi daya tarik murid kulit hitam untuk bergabung dalam tim sepak bola sekolah itu. Keadaan ini suatu perubahan bagi SMA T.C. Williams, pertama kali bagi sekolah itu merekrut murid kulit hitam ke dalam tim sepak bola.
  3. Herman Boone tidak membedakan warna kulit. Ia menunjuk kapten tim sesuai talenta kepemimpinan yang dilihatnya. Gerry Bertier, pemain kulit putih ditunjuk sebagai kapten tim penyerang, sementara Julius Campbell, pemain kulit hitam ditunjuk sebagai kapten tim penahan. Prasangka rasial membuat pemain kulit hitam dan kulit putih tak menyatu, kerap terjadi adu mulut dan perkelahian fisik.
  4. Herman Boone membawa tim latihan di Gettysburg College yang memiliki tempat pelatihan (football camp). Ia sengaja membuat program peleburan, proses yang menciptakan kepemilikan bersama dalam tim (team ownership):
  • Peleburan dimulai sejak berangkat ke Gettysburg College. Ada dua bus untuk mengangkut seluruh pemain dan pelatih. Secara otomatis pemain kulit putih duduk di bus yang sama, sedang pemain kulit hitam duduk di bus lainnya. Herman Boone memerintahkan semua pemain keluar dari bus, dan mengatur isi bus sesuai tugas pemain. Anggota tim penyerang harus berada dalam bus yang sama (bus pertama), demikian pula dengan anggota tim penahan harus duduk di bus kedua. Mau tak mau pemain berada dalam bus yang sesuai dengan peranan mereka (tim penyerang atau tim penahan), tanpa perbedaan warna kulit.
  • Setiap pemain harus mengenal latar belakang pemain lainnya yang berbeda warna kulit; tahu tentang keluarganya, tempat tinggalnya, hal-hal yang disukai dan tidak disukai, dan lain-lain. Intinya, Herman Boone ingin pemain berbeda warna kulit saling berkomunikasi dan mengenal rekan dalam tim.
  • Kealpaan tidak melakukan tugas, termasuk tugas mengenal anggota tim dari ras berbeda, mengakibatkan Herman Boone memberi hukuman, berupa latihan kekuatan dan ketahanan fisik yang berat.
  • Di akhir program pelatihan, Herman Boone membawa semua pemain ke pekuburan nasional Gettysburg. Ia mengingatkan semua pemain tentang apa yang terjadi pada ribuan serdadu yang meninggal akibat perang saudara di Amerika Serikat, dan dikuburkan di tempat pemakaman itu. Perang saudara bersumber pada perbedaan pendapat tentang penghapusan perbudakan di negeri itu. Herman Boone berpesan agar semua pemain bersatu, mengambil pelajaran dari serdadu yang meninggal akibat perang saudara.

Pertandingan

Tim sepak bola SMA T.C. Williams memulai pertandingan antar sekolah di negara bagian Virginia. Mereka mengalahkan lawan satu per satu, dan secara perlahan tim sepak bola sekolah itu mulai mendapat dukungan dari komunitas Alexandria.

Intimidasi dialami Herman Boone dan Bill Yoast. Mulai dari ancaman pada Bill Yoast tentang kehilangan kesempatan dalam seleksi The Virginia High School Hall of Fame, seorang pemain yang sengaja mencelakakan pemain lain dalam tim karena masih berprasangka rasial, juri pertandingan yang sering merugikan permainan tim SMA T.C. Williams, hingga kecelakaan lalu lintas yang menimpa Gerry Bertier, kapten tim penyerang. Akibatnya Gerry tak bisa bermain saat pertandingan final.

Di detik-detik terakhir pertandingan, di saat skor permainan sedang genting, Herman Boone yang keras terhadap tim sepak bola yang dilatihnya, mau mendengar saran Bill Yoast. Strategi penyerangan yang mereka terapkan berhasil membawa tim sepak bola SMA T.C. Williams menjadi juara negara bagian Virginia di tahun itu.

Tipe Kepemimpinan

Herman Boone memilih menerapkan gaya kepemimpinan otoriter dalam menghadapi tim yang terpecah belah karena prasangka rasial. Ia menyebutnya sebagai dictatorship, bahkan menekankan bahwa dialah yang membuat keputusan dan hukuman dalam tim (I’m the law). Herman Boone mendikte peraturan yang diterapkan selama pelatihan, dengan gamblang menekankan tujuan kemenangan yang harus dicapai tim.

Gaya kepemimpinannya yang keras terbantu oleh Bill Yoast, asisten pelatih yang menekankan pentingnya sisi kemanusiaan, seperti memberi waktu istirahat yang cukup, tak menjatuhkan mental pemain dengan memarahinya di depan pemain lain. Gaya kepemimpinan yang berbeda itu membuat Herman Boone dan Bill Yoast saling melengkapi peran mereka sebagai pelatih dan asisten pelatih.

Kekuatan sebuah tim dibangun dari talenta setiap anggotanya. Kekuatan seorang pelatih terlihat dari bagaimana ia membangun karakter, kepribadian, dan cara kerja anggota tim. Namun yang tak boleh dilupakan, kekuatan pelatih membuat hal-hal fundamental dalam kerja sama tim dihayati setiap anggotanya.