Adriani Sukmoro

Pendengar Yang Baik

Nasi kebuli dihidangkan sebagai menu makan siang hari itu. Saya belum pernah makan nasi kebuli, sehingga rasa ingin tahu muncul. Ada dua pilihan: nasi kebuli dengan daging kambing atau daging ayam. Saya memilih daging ayam. Ternyata nasi kebuli lumayan enak. Rasanya gurih, hasil paduan kaldu daging dan susu yang dimasak dengan rempah-rempah. Nasi yang digunakan pun nasi biryani, warnanya menjadi kecoklatan karena dimasak dengan minyak samin dan rempah-rempah tadi. Nasi kebuli dipengaruhi masakan Timur Tengah dan India yang banyak menggunakan minyak samin dan nasi biryani.

Berbagai Sisi

Kegiatan makan siang nasi kebuli itu dilakukan di ruang kerja Menteri Agraria & Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (Menteri ATR/BPN). Jadwal kerja Bapak Sofyan Djalil, Menteri ATR/BPN, memang padat sekali. Waktu makan siangnya sering disambi dengan rapat, sehingga menjadi working lunch.

Dalam working lunch itu, Bapak Sofyan Djalil menyimak pembicaraan. Memang, setiap kali mengikuti rapat, baik rapat besar maupun rapat kecil, Bapak Sofyan Djalil terlihat mendengarkan informasi dengan saksama. Kesabaran mendengar sepertinya sudah melekat dalam diri, bagian dari cara kerja beliau. Berbeda dengan pengalaman menghadapi beberapa pimpinan sepanjang karier saya.

Bukan sekali dua kali saja melihat pemimpin yang cenderung menggunakan kata ‘saya’. Kata ‘saya’ itu mewakili cerita pemimpin tersebut tentang dirinya, dan acap kali berbicara tentang prestasi dan kehebatannya. Biasanya porsi waktu pertemuan anak buah dengan pemimpin tersebut lebih banyak dihabiskan untuk mendengarkan cerita pemimpin. Bahkan kadang-kadang laporan yang hendak disampaikan menjadi tidak tuntas karena pemimpin kurang mau mendengar penjelasan, langsung mengambil kesimpulan atau memutuskan berdasarkan pemikirannya sendiri, atau malah menghabiskan waktu berbicara tentang hal-hal yang melebar dari inti pembicaraan.

Minat Bapak Sofyan Djalil mendengar membuat pandangan dan pemikirannya komprehensif. Keputusan yang diambil menjadi bijaksana, menimbang dampak dari berbagai sisi. Bapak Sofyan Djalil terlihat sudah ‘selesai dengan dirinya’, tak sibuk berbicara tentang kehebatannya, fokus pada topik pembicaraan.

Perubahan, Demokrasi, Toleransi

Setelah mendengar pandangan dan pendapat Bapak Sofyan Djalil dalam beberapa rapat internal, saya langsung menyadari bahwa Menteri ATR/BPN tersebut sangat ‘berisi’. Terlihat beliau banyak membaca, pengetahuannya luas sekali.

Ketika berbicara tentang pentingnya Kementerian ATR/BPN berubah mengikuti kemajuan zaman di era teknologi seperti sekarang ini, Pak Sofyan Djalil mengutip Albert Einstein yang mengatakan, “Insanity is doing the same thing over and over and expecting different results.” Adalah hal yang mustahil mengharapkan perubahan jika insan kementerian itu terus menggunakan cara-cara lama dalam bekerja.

Ketika memberi pembekalan kepada pegawai Kementerian ATR/BPN yang berhasil dalam seleksi beasiswa pendidikan S2 dan S3, Pak Sofyan Djalil menganjurkan memilih sekolah di Amerika Serikat guna melihat bagaimana demokrasi dipraktikkan. Pak Sofyan Djalil sendiri merasakan manfaat sekolah di negeri Paman Sam ketika beliau mengenyam pendidikan di Tufts University. Tiga gelar sekolah lanjutan diselesaikannya di sana: Master of Arts bidang studi Public Policy, Master of Arts bidang studi International Economic Relation, dan Doktor bidang studi International Financial & Capital Market Law & Policy.

Ketika memberi pembekalan kepada Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), Pak Sofyan Djalil menjelaskan pentingnya toleransi dalam perilaku. Beberapa contoh intolerance diberikan, yang membuat bangsa bisa menjadi terbelakang. Terlihat sekali pandangan beliau yang mencerminkan kepribadiannya, seorang yang memperhatikan talenta, tanpa peduli agama dan suku anak bangsa. Beliau memperhatikan mereka yang berpotensi, dan mendorong setiap insan yang ditemuinya untuk berpikir maju, bertindak maju, dan berbakti pada bangsa.

Pidato Pembukaan

Sebagai Menteri ATR/BPN, Pak Sofyan Djalil kerap diminta berpidato membuka berbagai kegiatan kerja. Saya tak pernah bosan mendengar pidato beliau. Pidatonya berisi, paduan antara realitas tentang kegiatan itu, pandangan beliau, dan hal-hal inspiratif.

Di satu saat beliau bercerita tentang bagaimana Cina merekrut calon pemimpin, mengembangkan kompetensinya, mendorong berprestasi, dan memberi kesempatan pada talenta yang terpilih dalam jalur suksesi. Pak Sofyan Djalil mendorong insan Kementerian ATR/BPN untuk tak pernah berhenti belajar. Beliau ingin agar insan kementerian itu menjadi birokrat yang andal, yang diambil ketika kementerian atau lembaga pemerintahan lainnya membutuhkan pimpinan.

Di lain kesempatan beliau berpesan agar insan Kementerian ATR/BPN berperilaku sesuai nilai-nilai kementerian: Melayani, Profesional, Terpercaya. Salah satu tujuan keberadaan kementerian tersebut adalah untuk memberikan pelayanan pada masyarakat yang berhubungan dengan agraria, tata ruang, dan pertanahan. Karena itu beliau berpesan agar seluruh insan Kementerian ATR/BPN mengubah mindset, harus berhenti bertindak seperti ‘penguasa’ dan berubah berperilaku sebagai pelayan masyarakat. Tak lupa beliau berpesan, di zaman dengan kemajuan teknologi seperti sekarang ini, manusia hidup dalam akuarium. Semuanya bisa terbaca, bisa terlihat. Karena itu jangan mencoba untuk berperilaku yang tidak sesuai dengan aturan dan kebijakan.

Pidato yang diberikan Pak Sofyan Djalil berjalan natural. Beliau tak terpaku pada teks pidato walau terlihat ada kertas yang dibawa. Kertas teks pidato diletakkan di atas meja tanpa dibaca. Beliau memilih menyampaikan pesan dengan caranya sendiri, yang lebih membumi, terdengar humble dan tulen dari pemikiran beliau. Mata beliau menatap para hadirin, membuatnya benar-benar berkomunikasi dengan peserta kegiatan.

Di satu kesempatan, Bapak Sofyan Djalil meminta doa dalam acara kementerian dilakukan dalam hening, menimbang tak semua yang hadir memeluk agama yang sama. Doa dalam hening memungkinkan hadirin berdoa dengan kepercayaan masing-masing. Menjadi suatu perubahan praktik, yang menunjukkan toleransi beliau yang tinggi sekali. Pemimpin kelahiran Peureulak, Aceh Timur ini mengubah pandangan, bahwa insan suku Aceh kurang bertoleransi dengan kaum berbeda.

Nilai Tambah

Kepemimpinan Bapak Sofyan Djalil sudah teruji. Beliau menduduki enam jabatan Menteri dengan dua Presiden berbeda dalam kariernya: Menteri Komunikasi & Informatika, Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, Menteri Agraria & Tata Ruang (dua periode).

Nilai tambah dari Bapak Sofyan Djalil dirasakan oleh mereka-mereka yang berada di bawah kepemimpinannya. Bapak Andi Tenrisau, Direktur Jenderal Penataan Agraria, merasa acungan jempol Bapak Menteri menjadi barometer hasil kerjanya. Ia merasa kecewa pada diri sendiri jika tak ada acungan jempol terhadap laporan hasil kerjanya. Acungan satu jempol masih belum memuaskannya, karena berarti hasil kerja sesuai harapan tapi belum melampaui standar kerja Bapak Sofyan Djalil yang tinggi. Acungan tiga jempol baru akan membuatnya berpuas hati.

Bapak Raden Bagus Agus Widjayanto, Direktur Jenderal Penanganan Sengketa & Konflik Pertanahan, merasa was-was jika mendapat pesan dari Bapak Menteri yang dimulai dengan kata ‘Pak Dirjen Yang Terhormat’. Biasanya ada pesan serius jika kalimat dimulai dengan kata-kata sedemikian.

Bapak Virgo Eresta Jaya, Staf Ahli Bidang Teknologi Informasi, memetik pembelajaran dari segi rohani. Ia melihat teladan yang diberikan Pak Sofyan Djalil dalam keimanan dan praktiknya dalam kehidupan.

Banyak pujian dilontarkan insan Kementerian ATR/BPN ketika Bapak Sofyan Djalil harus mengakhiri tugasnya di kementerian itu. Ada yang menyorot kepemimpinannya yang mengayomi, ke-bapak-an, logis, fokus. Tetapi yang paling menonjol, semua senada mengatakan, Pak Sofyan Djalil seorang pendengar yang baik.

Saya sendiri merasa beruntung mendapat kesempatan bekerja di bawah kepemimpinan Bapak Sofyan Djalil di Kementerian ATR/BPN. Saya belajar banyak, bahkan sudah belajar sejak saat diwawancara beliau di ruang kerjanya di lantai dua. Kesempatan bekerja dengan beliau membuat setiap insan di kementerian itu mengenal kualitas kepemimpinannya, membuat semua merasa kehilangan ketika beliau harus menjalani kehidupan di luar Kementerian ATR/BPN.

Di hari terakhir kerjanya tanggal 15 Juni 2022, saya dan beberapa pejabat kementerian menikmati makan siang bersama Bapak Sofyan Djalil di ruang rapat Menteri. Nasi kebuli kembali dihidangkan, mengingatkan semua akan makanan kesukaan pemimpin ke-bapak-an itu.

23 September

Hari ini, 23 September, Bapak Sofyan Djalil merayakan hari ulang tahun ke-69. Apa yang dikatakan John C. Maxwell, seorang penulis buku tentang kepemimpinan, sangat tepat menggambarkan kematangan kepemimpinan seorang Sofyan Djalil: while personal maturity may mean being able to see beyond yourself, leadership maturity means considering others before yourself.

Pemimpin berhati baik, peduli akan orang lain, memperhatikan anak bangsa bertalenta, bersifat ke-bapak-an, merangkul orang banyak, bertoleransi tinggi, berpengetahuan luas, pendengar yang baik, dan… pemimpin yang sudah ‘selesai dengan dirinya’.

Bayangan itulah yang muncul di kepala saat mendoakan Bapak Sofyan Djalil di hari ulang tahunnya. Selamat ulang tahun Pak Sofyan Djalil, semoga tetap sehat, bahagia bersama keluarga, dan selalu dalam lindunganNya.