Apa yang dilakukan pemimpin selalu diamati pegawai di perusahaan. Pemimpin diharapkan memberi contoh, menjadi panutan dalam organisasi. Istilah lead by example, perilaku memberi contoh, dan walk the talk, perilaku yang sejalan dengan apa yang dikatakan, selalu digunakan dalam membahas kepemimpinan di zaman apapun. Istilah itu memang relevan kapan saja, di tempat mana pun.
Libur Umum
Libur umum selalu dinanti-nanti banyak orang, terutama libur sekolah, libur lebaran, dan libur natal tahun baru (Nataru). Orangtua banyak yang mengambil cuti dari kantor demi meluangkan waktu berlibur bersama keluarga di masa libur umum tersebut. Tiket penerbangan, kereta api, bus, maupun moda transportasi lainnya biasanya cepat terjual habis di masa-masa itu.
Jika khalayak masyarakat menggunakan kesempatan libur umum untuk berlibur dengan keluarga; karyawan transportasi penerbangan, kereta api, bus, dan moda transportasi lainnya justru harus bekerja ekstra demi mengamankan perjalanan yang padat penumpang di masa liburan. Mereka tak bisa pergi berlibur dengan keluarganya, dituntut bertugas tak kenal lelah, istirahat hanya beberapa jam saja sehari selama kurun waktu operasi libur panjang.
Dari segi cakupan pekerjaan, petugas bidang operasional yang bertanggung jawab akan kelancaran operasi di lapangan. Namun di suatu perusahaan transportasi, terlihat tanggung jawab itu tak dibebankan hanya pada karyawan operasional. Seluruh direksi turun ke lapangan, hadir di berbagai kota untuk mengecek kelancaran operasi dan segera mengatasi kendala jika ada selama libur umum.
Kehadiran para pimpinan perusahaan di lapangan memberi contoh pada karyawan. Mereka tak hanya berbicara strategi bisnis di kantor pusat, tapi melihat sendiri praktik di lapangan: pelayanan prima pada penumpang, kenyamanan, keselamatan, dan ketepatan waktu keberangkatan dan kedatangan.
Kehadiran para pimpinan perusahaan di lapangan bisa dihubungkan dengan pepatah berat sama dipikul ringan sama dijinjing. Karyawan akan melihat, pimpinan mereka tak hanya duduk tenang di kantor pusat, mereka hadir bersama-sama karyawan dalam suka dan duka di lapangan. Istilah lead by example, perilaku memberi contoh, diterapkan saat para pimpinan perusahaan itu berada bersama karyawan memastikan kelancaran operasional transportasi.
Pengurangan Karyawan
Krisis ekonomi membuat banyak perusahaan menerapkan penghematan biaya demi kelangsungan bisnis. Beberapa di antaranya menunda proyek investasi, ada yang melakukan pemotongan anggaran, perjalanan bisnis dikurangi, ada yang menjual bisnis yang berskala kecil dan sulit berkembang.
Suatu perusahaan di ibukota terpaksa mengambil keputusan berat: mengurangi jumlah karyawan demi kelangsungan bisnis. Manajemen tahu bahwa keputusan akan menimbulkan kepahitan pada karyawan yang terdampak. Siapa pun tak ingin kehilangan pekerjaan, terutama di situasi ekonomi sulit. Pengurangan karyawan selalu menjadi the last resort, pilihan terakhir, yang diambil perusahaan dalam menghadapi masalah keuangan. Namun perusahaan itu terpaksa mengambil keputusan sedemikian setelah melakukan berbagai pertimbangan.
Dengan dipimpin oleh Chief Executive Officer (CEO) yang baru, manajemen perusahaan itu mulai mengomunikasikan keputusan pengurangan karyawan. Persiapan komunikasi telah direncanakan dengan baik, sehingga komunikasi jelas dan dimengerti. Paket pesangon yang disediakan perusahaan sesuai dengan peraturan tenaga kerja.
Tak berapa lama kemudian mulai terdengar bisik-bisik di kalangan karyawan yang kehilangan pekerjaan. Tersebar informasi, bahwa CEO baru meminta persetujuan khusus dari pemegang saham, untuk mendapatkan mobil dinas model terbaru, walau mobil dinas CEO lama masih terbilang baru, masih berusia satu tahun. Bisik-bisik itu melebar karena peraturan perusahaan menetapkan, bahwa setiap pejabat perusahaan wajib menggunakan mobil dinas yang ada jika mobil dinas itu belum berusia lima tahun. Lima tahun dianggap sebagai periode kelayakan mobil dinas untuk digunakan.
Hal di atas mungkin dianggap biasa oleh para pimpinan. Namun belum tentu dianggap biasa oleh karyawan. Kenyataan bahwa CEO baru tak mau menggunakan mobil dinas yang ada sesuai peraturan, apalagi permintaan mobil terbaru diajukan di kala perusahaan sedang mengalami tantangan ekonomi sehingga terjadi pengurangan jumlah karyawan, menimbulkan reaksi. Perilaku CEO dianggap tidak pantas. Selayaknya CEO baru menunjukkan keprihatinan dengan tidak mendahulukan minat pribadi.
Group Lunch
Suatu perusahaan asing mengadakan rapat tahunan (annual meeting) di kantor regionalnya di Singapura. Para pimpinan C-Suite dari berbagai negara diundang menghadiri rapat tahunan itu. Rapat tahunan perusahaan itu biasanya berlangsung selama dua hari. Semua peserta diharapkan sudah hadir sehari sebelum rapat tahunan berlangsung.
Seorang CEO dari salah satu negara peserta mengatur kegiatan group lunch bagi bawahannya langsung, para pimpinan C-Suite yang melapor padanya, di hari kedatangan mereka. Acara makan siang bersama diadakan di salah satu restoran berkelas di Singapura.
Satu per satu pimpinan C-Suite itu datang ke restoran tersebut. Masing-masing membawa dokumen kerja yang berhubungan dengan rapat tahunan yang akan dihadiri esok hari. Mereka menduga CEO akan menggunakan waktu makan siang itu sebagai rapat tidak formal, membahas bahan rapat besok.
Sikap para pimpinan C-Suite terlihat agak kaku saat tiba di meja makan. Mengapa demikian? Ternyata, CEO telah hadir di meja yang dipesan. Namun ia tidak sendirian. Ada seorang perempuan, teman dekat CEO, yang juga hadir dan duduk di sisinya di meja makan itu. Pembicaraan di meja pun menjadi tak berhubungan dengan kantor maupun bahan rapat besok. Pembicaraan di meja menjadi hal-hal ringan, karena kehadiran teman dekat CEO, yang bukan bagian dari perusahaan.
CEO membayar bon makan siang dengan kartu kredit korporasi. Para pimpinan C-Suite hanya diam mengamati. Namun, dalam pikiran mereka, ada hal yang tak pantas dalam kegiatan group lunch itu. Group lunch CEO dengan para pimpinan C-Suite selayaknya dilakukan hanya untuk para pimpinan perusahaan, tidak melibatkan urusan pribadi dengan mengajak seseorang yang tak ada hubungannya dengan perusahaan. Apalagi jika sampai menimbulkan kesan adanya kesengajaan untuk mendapatkan makan siang gratis di tempat berkelas. Biaya makan siang itu ditanggung perusahaan, dibayar dengan kartu kredit korporasi.
Panutan Organisasi
Tindakan para pemimpin sering menjadi barometer bagi karyawan dalam organisasi. Karena itu pemimpin perusahaan perlu memahami kepantasan dalam tindakan mereka. Memanfaatkan posisi atau kekuasaan untuk melakukan hal-hal yang tak sejalan dengan nilai-nilai organisasi akan melemahkan kualitas kepemimpinan dalam organisasi.