Adriani Sukmoro

Lari

Tak semua orang suka olahraga lari. Panas matahari yang bisa membuat kulit hitam, tubuh berkeringat, tak kuat berlari, dan berbagai hal lain yang membuat orang tak suka olahraga lari. Bagi saya pribadi, lari bukan olahraga favorit di masa sekolah dulu. Setiap kali guru olahraga meminta murid lari, langsung terasa beban berat, karena biasanya perut akan sakit. Cukup mengganggu rasa sakit di perut, membuat diri jadi enggan menyelesaikan lari.

Keliling Lapangan

Suatu hari guru olahraga meminta setiap murid lari mengelilingi lapangan lebar di sekolah. Lapangan sekolah itu cukup luas, tempat upacara bendera setiap hari Senin bagi seluruh siswa sekolah, sekitar 720 orang ditambah para guru sekolah.

Tugas mengelilingi lapangan bukan hanya sekali putaran. Guru olahraga meminta murid mengitari lapangan hingga tiga kali. Saya ingin cepat-cepat menyelesaikan tugas berlari itu. Tanpa pikir panjang, saya langsung berlari cepat.

Benar saja. Belum sampai satu putaran lapangan, perut terasa sakit. Akhirnya saya menyelesaikan tugas lari dengan jalan kaki, tak peduli dengan hardikan guru olahraga yang meminta terus berlari.

Di saat itu saya belum mengerti, mengapa sakit perut bisa terjadi saat berlari. Guru olahraga pun tak menjelaskan. Sekarang baru mengerti, sakit perut saat lari terjadi karena peregangan otot perut yang bekerja keras. Seharusnya peregangan dilakukan sebelum berlari agar otot lebih lentur, tidak kaget saat digunakan. Peregangan juga bisa mencegah cedera pada sendi-sendi. Pengetahuan tentang cara berlari yang benar pun tidak diajarkan sebelum berlari saat itu.

Running Community

Seorang CEO di perusahaan tempat saya bekerja dulu, sangat menyukai olahraga lari. Ia segera membentuk komunitas lari (running community) di perusahaan. Karyawan yang mempunyai minat sama, langsung saja mendaftar menjadi anggota komunitas lari. Saya turut serta, keikutsertaan lebih didorong oleh posisi pekerjaan saya yang berhubungan dengan karyawan perusahaan.

Seorang pelatih ditunjuk untuk mengasah kemampuan berlari anggota komunitas itu. Sekali dalam seminggu anggota komunitas dilatih berlari di Stadion Gelanggang Mahasiswa Soemantri Brodjonegoro, Kuningan. Latihan dilakukan malam hari, agar tak mengganggu waktu kerja. Latihan lari biasanya berakhir sekitar pukul delapan malam.

Komitmen anggota komunitas lari itu cukup tinggi. Acapkali mereka terkena macet saat berangkat dari kantor ke stadion di Kuningan, dan mereka harus menghabiskan waktu lagi pulang dari stadion ke rumah masing-masing. Mungkin saja mereka mencapai rumah pukul sembilan malam atau lebih. Tapi mereka tetap muncul latihan lari setiap minggu.

Pelatihan yang diberikan pelatih lari sangat berguna. Anggota komunitas menjadi tahu teknok berlari yang baik. Latihan peregangan selalu dilakukan sebelum lari, pengamatan terhadap cara berlari setiap anggota membuat pelatih bisa memberi masukan yang pas kepada setiap individu, pengelompokan lari dilakukan berdasarkan kemampuan lari. Kecepatan lari juga ditingkatkan secara bertahap melalui latihan-latihan khusus.

Praktik di Lapangan

Setelah beberapa waktu lamanya berlatih di stadion, komunitas lari perusahaan memutuskan untuk mengikuti kegiatan lari yang diselenggarakan bagi umum. Kaus seragam komunitas pun dibuat. Pendaftaran dilakukan, semua siap lari pada hari H. Jika anggota komunitas lari perusahaan ikut lari 10 km, saya kurang percaya diri, memilih ikut lari 5 km.

Ternyata jarak 5 km bisa diselesaikan dengan baik, waktu tempuhnya juga tak terlalu memalukan. Saya mengulang lagi lari 5 km di kesempatan berikutnya. Lagi-lagi bisa diselesaikan dengan baik. Akhirnya timbul tantangan dalam diri, mengapa tidak mencoba lari 10 km?

Lari 10 km untuk pertama kali cukup menimbulkan rasa khawatir. Apakah nanti akan muncul rasa sakit perut seperti saat di sekolah dulu? Apakah akan kuat menyelesaikan lari dalam batas waktu yang ditetapkan penyelenggara lari?

Teknik lari yang telah diajarkan dipraktikkan. Gerakan langkah teratur, tempo lari teratur, dan meminum air yang disediakan di water station guna mencukupi kebutuhan air setelah berkeringat selama lari. Minum air akan menghindari dehidrasi, dan meningkatkan kadar oksigen dalam otot, sehingga stamina lebih terjaga. Hasilnya, lari 10 km itu saya selesaikan dengan baik, dalam waktu yang lumayan.

Manfaat Lari

Olahraga lari bisa menurunkan tekanan darah, mengontrol gula darah, menurunkan triglycerides, menurunkan kolesterol, mengurangi lingkar pinggang, dan mengurangi persentase lemak tubuh. Menurut para ahli, manfaat lari tersebut dapat mengurangi risiko penyakit, orang yang berolahraga lari akan merasa lebih sehat.

Olahraga lari bisa memberi manfaat yang lebih jauh:

  • Membangun kepercayaan diri – menyelesaikan kegiatan lari hingga kilometer 1, kilometer 2, hingga akhirnya kilometer 10, bisa membuat sang pelari percaya diri bahwa ia cukup fit menaklukkan tantangan.
  • Membangun self-esteem – mereka yang lari biasanya merasakan kepuasan tersendiri setelah menyentuh garis finish. Bangga akan keberhasilannya akan menaikkan harga diri pelari tersebut. Apalagi penyelenggara kegiatan lari biasanya menghadiahkan medali kenang-kenangan bagi pelari yang berhasil mencapai garis finish. Para pelari kerap mengumpulkan medali-medali yang diperoleh dari kegiatan lari yang diikutinya, bisa mengingatkan akan kemampuannya menyelesaikan tantangan dan membuatnya bangga akan kemampuan diri sendiri.
  • Membangun kesabaran – lari jarak jauh membutuhkan kesabaran. Seperti istilah, setapak demi setapak, lama-lama mencapai tujuan. Pelari yang bisa mengatur langkah kaki, ritme lari, dan tak terburu-buru mencapai garis finish, akan mampu menyelesaikan tugas larinya dengan baik.

Seorang pelari maraton mengatakan, ia semakin mengenal dirinya setelah mengikuti kegiatan lari jarak jauh. Maraton memakan waktu beberapa jam. Waktu berjam-jam itu memberi kesempatan pada pelari itu untuk merenung dan memikirkan diri sendiri. Keberhasilan menyelesaikan lari jarak jauh itu juga membuatnya sadar bahwa ia bisa mencapai keberhasilan jika fokus pada tujuan kegiatannya. The pride in finishing a marathon is much greater than all the pain endured during the marathon.