Adriani Sukmoro

Employee of the Year

Dinding sebuah restoran cepat saji dipenuhi foto beberapa orang. Pengunjung restoran yang melihat pasti segera tahu, bahwa orang-orang tersebut adalah karyawan restoran, terlihat dari baju dinas yang mereka kenakan dalam foto.

Ada tulisan besar yang tertera di bagian atas gambar-gambar tersebut. Employee of the Month, begitu bunyi tulisan tersebut. Lalu di bagian bawah setiap foto tertera nama karyawan dan bulan mereka terpilih sebagai Employee of the Month.

Giliran

Kegiatan memilih karyawan terbaik setiap bulan pasti bertujuan baik. Kegiatan itu menjadi pembangkit motivasi karyawan untuk bekerja semakin giat. Jika motivasi seluruh karyawan terangkat, kinerja perusahaan pun akan semakin membaik.

Kegiatan itu juga dapat semakin meningkatkan keterikatan karyawan dengan tempatnya bekerja. Karyawan yang merasa dihargai akan betah, dan cenderung tetap tinggal dalam perusahaan, tak sibuk melayangkan lamaran pekerjaan ke perusahaan lain.

Lebih jauh lagi, kegiatan memberi penghargaan pada kinerja karyawan dan mengumumkan informasi itu, akan membangun budaya kerja yang positif. Bisa timbul keinginan dalam benak setiap karyawan agar foto dirinya muncul terpajang bersama karyawan terbaik lainnya. Syaratnya, tentu dengan bekerja giat.

Namun, beberapa atasan merasa perlu menjaga keseimbangan dalam timnya. Ia tak ingin terjadi kecemburuan terhadap anggota tim yang terpilih sebagai Employee of the Month. Karena itu, atasan tersebut memberi penghargaan juga kepada anggota tim lainnya pada bulan-bulan selanjutnya. Kegiatan perusahaan untuk memberi penghargaan bagi karyawan yang menunjukkan kinerja menonjol menjadi tidak tepat sasaran. Kegiatan itu menjadi ajang giliran mendapatkan penghargaan, tak lagi membuat mereka yang sesungguhnya berkinerja bagus merasa dihargai dan dibedakan dari mereka yang bekerja seadanya saja.

Pilihan Karyawan

Di suatu perusahaan, kegiatan memilih karyawan terbaik dilakukan sekali dalam setahun, dan dinamakan Employee of the Year. Perusahaan itu juga mengadakan pesta tahunan (Annual Party), yang biasanya dilakukan di awal tahun, untuk mengapresiasi kontribusi karyawan di tahun sebelumnya.

Pesta tahunan perusahaan itu selalu meriah dan ditunggu-tunggu karyawan. Tema yang menarik dan pasti berganti setiap tahun, membuat karyawan memastikan diri hadir dalam acara itu. Pengumuman pemenang Employee of the Year diumumkan dalam pesta tahunan perusahaan itu. Suatu kehormatan bagi karyawan yang terpilih sebagai Employee of the Year, ia akan diminta tampil ke panggung untuk menerima penghargaan, disaksikan ribuan karyawan dan jajaran pimpinan perusahaan.

Di suatu saat, seorang pimpinan baru Sumber Daya Manusia (SDM) bergabung dalam perusahaan itu. Ia mempelajari berbagai kegiatan yang dilakukan departemen yang dipimpinnya, dan membahasnya bersama kepala unit yang menangani bidang Employee Relation. Tak luput ia membahas persiapan pesta tahunan perusahaan yang akan dilakukan di awal tahun berikutnya.

Dari data pemenang Employee of the Year yang telah dilakukan dalam kurun beberapa tahun sejak kegiatan itu dilakukan, pimpinan baru SDM itu menyadari, karyawan yang terpilih hanya dari dua departemen: karyawan dari Departemen Operasi (Operation Department) dan karyawan Departemen Penjualan (Sales Department). Hal ini mengundang pertanyaan di benak pimpinan tersebut. Dari hasil pembahasan dengan unit SDM terkait, diketahui bahwa pemenang Employee of the Year merupakan hasil pilihan karyawan, yang dilakukan melalui pemungutan suara (voting).

Pimpinan baru itu menyadari, terjadi ‘ketidakseimbangan’ proses seleksi Employee of the Year. Departemen Operasi dan Departemen Penjualan adalah departemen dengan jumlah karyawan terbesar di perusahaan itu. Tak heran pemilihan karyawan terbaik yang berdasarkan sistem pengumpulan suara karyawan (voting), hanya dimenangkan oleh departemen dengan jumlah karyawan besar tersebut. Sepintas bisa dikatakan, hanya dua departemen tersebut yang berhak menang. Tinggal memperebutkan sisa suara karyawan dari departemen lain agar memilih kandidat dari Departemen Operasi atau Departemen Penjualan.

Kuantitas vs Kualitas

Pimpinan SDM tersebut pun mengadakan pertemuan dengan panitia pesta tahunan perusahaan untuk tahun berikutnya. Ia mengemukakan unsur ‘ketidakseimbangan’ proses seleksi Employee of the Year yang dilakukan selama ini. Ia pun mengajukan dua opsi kepada panitia tersebut:

  • Pemilihan melalui sistem pengumpulan suara terbanyak karyawan (voting) seperti yang dilakukan selama ini. Karyawan terpilih akan diberi gelar Favorite Employee of the Year. Kata ‘favorite’ ditambahkan karena kemenangan lebih disebabkan suara terbanyak (kuantitas).
  • Pemilihan melalui sistem seleksi oleh panel juri yang mempunyai kapasitas untuk menilai calon karyawan terbaik yang diajukan masing-masing departemen. Kandidat akan diwawancara panel juri untuk memastikan kualitas kinerja dan kepemimpinannya. Karyawan terpilih akan diberi gelar Employee of the Year. Sistem seleksi seperti ini menekankan pada kualitas kandidat, bukan kuantitas suara pemilih.

Kedua opsi yang diberikan kepada panitia memberi kesempatan untuk memikirkan berbagai sisi perubahan. Akhirnya suara bulat tercapai, panitia memutuskan memilih proses seleksi yang fokus pada kualitas, bukan kuantitas.

Sejak keputusan itu, kegiatan pemilihan Employee of the Year menjadi tak mudah ditebak. Kandidat dari departemen yang selama ini tak berharap untuk bisa memenangkan gelar itu karena jumlah karyawannya kecil, menjadi punya harapan yang sama kuatnya dengan departemen lainnya. Banyak karyawan yang mengacungkan jempol terhadap perubahan sistem pemilihan, terutama karena seleksi dilakukan secara bertingkat: seleksi awal dilakukan oleh panel juri yang terdiri dari pimpinan SDM, pimpinan Manajemen Risiko, pimpinan Kepatuhan, dan pimpinan Internal Audit; sementara seleksi akhir bagi finalis dilakukan oleh Dewan Direksi (Board of Directors). Kandidat setiap departemen mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh, mereka menyadari kualitas diri yang dinilai dalam proses seleksi itu.

Selanjutnya?

Karyawan yang terpilih sebagai Employee of the Year mendapat kesempatan dikenal oleh jajaran pimpinan perusahaan. Proses seleksi melalui wawancara bertingkat membuat kandidat bertatapan langsung dengan panel juri tersebut. Waktu wawancara dalam proses seleksi bisa mereka manfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk memaparkan prestasi kinerja dan kualitas diri. Bahkan mereka bisa menyelipkan minat karier dalam sesi wawancara.

Sebaliknya, perusahaan yang mengadakan seleksi pemilihan Employee of the Year, perlu menggunakan media itu untuk menyaring talenta yang berpotensi. Karyawan terbaik selanjutnya perlu dikembangkan dan direncanakan jenjang kariernya. Jangan sampai kegiatan itu hanya kemeriahan setahun sekali, yang tak berhubungan dengan konsep Manajemen Talenta.