Tak perlu pusing memikirkan transportasi ketika pesawat telah mendarat di bandar udara (bandara) Changi, Singapura. Pendatang dan warga setempat tinggal memilih: bus, taksi, atau kereta bandara. Saya cenderung memilih naik kereta bandara jika bepergian ke Singapura: biayanya murah, jadwal berangkat tepat, suasana dalam kereta nyaman, dan perjalanan singkat tak terhalang kemacetan lalu lintas. Biasanya hotel tempat menginap tak jauh dari stasiun kereta di Orchard Road.
Ketinggalan Pesawat
Bandara Soekarno-Hatta terletak di Provinsi Banten, Tangerang; jaraknya dua puluh kilometer barat laut dari Jakarta Pusat. Perjalanan waktu, dari tahun ke tahun, membawa kepadatan lalu lintas menjadi masalah tersendiri. Dibutuhkan beberapa jam untuk bisa mencapai bandara Soekarno-Hatta. Bahkan bisa dibutuhkan tiga hingga empat jam persiapan menuju bandara di kala hujan (selalu ada ancaman banjir yang membuat kendaraan berjalan dengan lambat), atau saat musim libur (peak season), atau di hari Jum’at sore, atau bottle neck yang kerap terjadi di pintu tol menuju bandara.
Keluhan warga Jakarta akan kemacetan lalu lintas yang membuat mereka terlambat tiba di bandara dan akibatnya ketinggalan pesawat, tak dapat diabaikan lagi. Kereta bandara pun dirancang sebagai salah satu solusi dalam mengurangi kemacetan yang terjadi. Negeri ini akhirnya memikirkan pentingnya keberadaan kereta bandara lebih dari sepuluh tahun setelah pemerintah Singapura, negara kecil yang matang dengan tata kotanya, meluncurkan kereta bandara negeri itu bulan Februari 2002.
Tantangan Perwujudan Kereta Bandara
Berbagai tantangan dihadapi dalam proyek pembangunan kereta bandara. Walau sudah dilakukan lelang pembangunan pada akhir 2014, PT Kereta Api Indonesia yang bertugas mewujudkan operasi kereta bandara perlu mengurus berbagai kendala yang memakan waktu beberapa tahun. Kendala itu menjadi tantangan tersendiri, mulai dari mendapatkan izin pihak terkait, rencana penutupan pintu belakang bandara dari arah Tangerang yang mendapat protes dari pihak tertentu, pembebasan lahan yang berjalan alot, dan lain-lain.
Setelah kendala di atas dapat diatasi, harga tiket yang pantas untuk kereta bandara pun melibatkan perdebatan, menjadi tantangan lain yang muncul. Ada tuntutan untuk mengenakan tarif tiket yang murah, terjangkau masyarakat. Namun di balik itu, biaya pembangunan dan operasional kereta bandara tak bisa dipungkiri perlu diperhitungkan.
Uji Coba
Akhirnya, tiga tahun setelah proses lelang pembangunannya, uji coba kereta bandara untuk publik dilakukan mulai 26 September 2017. Sebagai bagian dari PT Kereta Api Indonesia, saya pun turut berpartisipasi dalam uji coba itu, dalam salah satu kesempatan mendampingi suami yang melakukan inspeksi lapangan. Saat itu 3 Desember 2017, tepat sebulan sebelum rencana peresmian kereta bandara oleh Presiden Republik Indonesia.
Perjalanan uji coba dilakukan dari Stasiun Sudirman Baru (BNI City). Dimulai dengan proses pembelian tiket secara elektronik yang saat itu masih bernilai Rp 0 (gratis). Proses mendapatkan tiket masuk ke kereta bandara berjalan dengan mulus.
Kereta bandara berjalan dengan kecepatan sedang. Dalam waktu kurang dari satu jam kereta bandara tiba di bandara Soekarno Hatta, sesuai target waktu tempuh.
Tahun Baru dengan Kereta Bandara
Hari Selasa 2 Januari 2018, Integrated Building bandara Soekarno Hatta dipenuhi petinggi negeri dan para undangan. Terlihat beberapa pria tegap berpakaian batik berjaga-jaga di sana, mereka Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres).
Hari itu, hari kerja pertama di tahun 2018, diisi kegiatan peresmian kereta bandara yang disebut sebagai Kereta Rel Listrik Airport Railink Services (KRL ARS) Bandara Soekarno-Hatta. Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang didampingi beberapa Menteri terkait, meresmikan kereta bandara itu. Jajaran direksi dan beberapa pegawai PT Kereta Api Indonesia yang bekerja mewujudkan airport railink di belakang layar turut hadir, walau mereka tidak tampil di panggung.
Usai melakukan peresmian secara formal, Presiden Jokowi menaiki airport railink, berangkat dari terminal 3 bandara Soekarno Hatta menuju Stasiun Sudirman Baru. Perjalanan pemimpin negeri itu berjalan dengan mulus. Saat itu beliau berharap airport railink akan memiliki rute yang mencakup Stasiun Manggarai-Sudirman Baru-Duri-Batu Ceper-Bandara Soekarno-Hatta.
Kualanamu
KualanamuSelain airport railink Soekarno Hatta, beberapa kali saya berkesempatan menaiki kereta bandara Kualanamu di Sumatera Utara. Perjalanan dari bandara Kualanamu ke kota Medan memakan waktu sekitar tiga puluh lima menit. Perjalanan tidak membosankan karena kereta bandara terasa nyaman, AC dingin, dan pemandangan yang dinikmati dari kaca jendela kereta cukup menarik.
Stasiun kereta bandara Kualanamu besar dan terawat rapi. Namun, setelah pandemi Covid-19, lumayan kecewa melihat stasiun itu tak senyaman dulu. Beberapa counter taksi dan counter berbagai produk dagangan ada dalam stasiun, menyisakan bagian ujung untuk tempat duduk penumpang yang menunggu kereta bandara. Stasiun yang semula terlihat megah dan bersih, menjadi ramai dan seperti kurang terawat.
Kini, sudah enam tahun berlalu sejak peresmian airport railink Bandara Soekarno-Hatta. Dari saat diluncurkan hingga sekarang, okupansi penumpang kereta bandara tak seperti di kota besar negara lain. Ada yang mengatakan, frekuensi perjalanan kereta bandara masih rendah, sehingga kurang mendukung mobilitas para penggunanya yang hendak menuju bandara Soekarno-Hatta. Jalur kereta bandara juga kurang mendukung, kereta bandara harus bergantian melintas di jalur yang sama dengan kereta rel listrik (KRL) commuter line dan kereta api jarak jauh.