Adriani Sukmoro

Bekerja di Negeri Orang

Pengembangan karier menjadi salah satu aspek yang dibicarakan dalam proses penilaian kinerja akhir tahun karyawan. Karyawan bebas mengutarakan aspirasinya, ingin mempelajari bagian atau bidang apa setelah merasa cukup berkontribusi di pekerjaannya sekarang.

Di suatu perusahaan global, beberapa karyawan muda mengutarakan keinginannya bekerja di cabang perusahaan di negara lain. Umumnya memilih cabang perusahaan di negara tetangga: Singapura dan Malaysia. Keduanya dianggap negara maju, tak terlalu jauh, kendala bahasa tak akan menjadi tantangan karena masih ada unsur rumpun bahasa yang sama (Melayu).

Generasi Milenial dan Gen Z

Berbeda dengan generasi pendahulunya, banyak generasi Milenial dan Gen Z yang tertarik bekerja di luar negeri. Ketertarikan itu didorong oleh kemajuan teknologi; informasi tentang dunia luar gampang diakses, termasuk tentang kehidupan dan pekerjaan di negara lain. Cakrawala mereka menjadi luas, terbuka akan hal-hal baru, dan terbersit keinginan untuk mengeksplorasi kesempatan bekerja di luar negeri.

Ada yang mengatakan, generasi muda di masa kini lebih berani mengambil risiko dibandingkan generasi pendahulunya. Kemajuan zaman membentuk mereka menjadi pribadi yang lebih mandiri, menyukai petualangan, ingin melihat dunia untuk memperkaya wawasan.

Sebagian orang yang pernah bekerja di luar negeri mengatakan, pengalaman bekerja di luar negeri memberi pembelajaran yang lebih tajam dibandingkan jika hanya bekerja di dalam negeri. Perspektif berbeda akan dihadapi, cara berpikir dan cara pendekatan masalah pun jadi terasah. Mereka mengaku paradigma berkembang, seolah menggunakan lensa yang membuat mata dan pikiran bisa melihat lebih banyak hal. Pekerja migran di negeri orang tercambuk untuk belajar cepat agar tak kalah dengan kemampuan tenaga kerja setempat.

Mencari Peluang

Pada umumnya, Amerika menjadi negara tujuan bagi pelajar yang ingin dan mampu melanjutkan studi di luar negeri. Negara itu dikenal memiliki sistem pendidikan akademis berstandar tinggi, banyak universitas Amerika yang menduduki ranking atas dalam skala dunia.

Warga asing lulusan universitas Amerika banyak yang ingin bekerja di negeri Paman Sam. Namun mereka harus bersaing dengan warga lokal, kompetisi ketat membuat sulit mendapatkan pekerjaan di Amerika.

Situasi itu membuat beberapa pelajar Indonesia memilih melanjutkan studi ke negara lain, negara yang memberi mereka peluang bekerja di sana setelah menyelesaikan kuliah. Salah seorang di antaranya melirik pada dua negara: Belanda dan Kanada. Belanda mempunyai nilai historis dengan Indonesia, membuat daya tarik tersendiri. Sementara Kanada dikenal dengan keramahan penduduknya.

Pelajar tadi menelaah lebih lanjut, sejauh mana peluang kerja bagi sarjana asing di Belanda dan Kanada. Ia mencari data kepadatan penduduk di kedua negara tersebut. Dengan luas negara sekitar 41.545 kilometer persegi, kepadatan penduduk negeri Belanda terhitung 522 orang per kilometer persegi. Sementara dengan luas negara sekitar 9.970 kilometer persegi, kepadatan penduduk Kanada terhitung 4 orang per kilometer persegi.

Dari perbandingan kepadatan penduduk di atas, terlihat Kanada memiliki lahan yang lebih luas serta kepadatan penduduk yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan Belanda. Perbandingan itu membawa ke pemikiran, kebutuhan tenaga kerja akan lebih besar di negara Kanada, sehingga peluang kerja bagi orang asing akan lebih terbuka di Kanada dibandingkan dengan Belanda.

Pelajar dari tanah air tadi memutuskan melanjutkan studi program Strata dua (S2) di Kanada. Pemikirannya ternyata betul. Ia mendapat tawaran kerja di suatu perusahaan di kota tempat ia menyelesaikan program studi S2. Ia segera menerima tawaran pekerjaan itu, sesuai dengan tujuannya ketika melanjutkan pendidikan di Kanada.

Expatriates

Perusahaan internasional atau global biasanya mempunyai program menempatkan tenaga kerja dari negara maju ke negara berkembang. Tenaga kerja itu biasanya berada di tingkat menengah ke atas; mereka ditugaskan di negara asing untuk menjadi pemimpin bidang tertentu, sesuai dengan kompetensinya. Para tenaga kerja asing itu disebut expatriates.

Program penempatan tenaga kerja di atas biasanya bagian dari Global Talent Management, manajemen talenta global perusahaan. Manfaat yang saling menguntungkan akan diraih kedua belah pihak (mutual benefit): talenta asing dan talenta lokal.  

Talenta asing yang ditempatkan di negara berkembang mendapat pengalaman bekerja di pasar yang berbeda, dengan rekan kerja dari latar budaya yang berbeda, serta belajar memimpin tim yang beragam. Demikian pula dengan talenta lokal, mereka bisa belajar dari talenta asing tadi, menerapkan praktik terbaik dari negara maju. Tak jarang kehadiran expatriates membantu perusahaan mengisi kekosongan akibat kelangkaan tenaga kerja dengan keterampilan tertentu yang dibutuhkan untuk suatu pekerjaan.

Kembali ke Negara Asal

Setelah bekerja beberapa tahun di negeri orang, beberapa tenaga kerja memutuskan kembali ke negara asal. Pengalaman bekerja di luar negeri menjadi aset berharga, bisa membantu mereka mengenalkan metodologi, teknologi baru, dan praktik terbaik yang belum dilakukan di perusahaan tanah air. Pendekatan terhadap masalah bisa lebih luas, sebagai hasil dari terbentuknya perspektif global dalam cara berpikir.

Kemampuan berbahasa internasional, bahasa Inggris, menjadi keuntungan lainnya yang dibawa pulang. Kemampuan bahasa itu berguna baik di perusahaan asing, perusahaan lokal, maupun instansi pemerintah.

Banyak perusahaan yang menghargai pengalaman kerja di luar negeri. Pengalaman kerja di negeri orang itu menaikkan daya saing tenaga kerja yang bersangkutan, seolah memberi poin lebih dibandingkan tenaga kerja lokal lainnya dengan kompetensi yang sama. Perusahaan biasanya menganggap mereka yang berpengalaman kerja di luar negeri bisa memberi nilai tambah dalam dinamika organisasi.