Adriani Sukmoro

Tetangga Sebelah

Arthur Baer, seorang jurnalis yang sering melontarkan lelucon menggelitik, mengatakan, tetangga yang baik adalah tetangga yang selalu melemparkan senyum dari balik pagar kepadamu, tapi cukup sopan untuk tak pernah memanjat pagar itu.

Tetangga biasanya dihubungkan dengan konteks lingkungan perumahan. Tetangga itu penghuni yang rumahnya berdekatan. Namun, tetangga dalam konteks tulisan ini berada dalam lingkup kerja.

Dasi Kupu-kupu

Saya ditempatkan di Departemen Sumber Daya Manusia (SDM) ketika diterima bekerja di Citibank. Kantor Departemen SDM letaknya bersebelahan dengan Departemen Marketing, keduanya bertetangga.

Hanya ada satu pintu masuk menuju kedua departemen itu. Pintu masuknya ada di area Departemen SDM. Mau tak mau, seluruh karyawan Departemen Marketing harus melewati area Departemen SDM ketika jalan menuju ruang kerja mereka masing-masing.

Meja kerja saya di ruang terbuka. Meja kerja itu berada paling dekat pintu masuk. Dengan sendirinya saya melihat setiap orang yang memasuki area Departemen SDM, termasuk mereka-mereka yang menuju Departemen Marketing untuk berbagai urusan.

Sebagai karyawan baru yang tak berpengalaman di bidang perbankan, dan pertama kali bekerja di perusahaan asing terkemuka, saya mengamati semua orang yang lalu lalang di depan meja kerja. Termasuk mengamati tetangga sebelah, karyawan Departemen Marketing. Mereka terlihat sibuk, berseliweran sepanjang hari. Berbeda dengan karyawan Departemen SDM. Walau sibuk juga, mereka cenderung sibuk di meja masing-masing.

Cukup menarik memperhatikan mereka satu per satu. Saya selalu menengadah saat sosok tinggi berkumis yang mengenakan dasi kupu-kupu (bow tie) lengkap dengan jas melintasi meja saya. Sosok itu tak bisa diabaikan. Ada aura percaya diri yang tinggi dalam dirinya, dia seorang pimpinan. Namanya saya ketahui saat mempelajari struktur organisasi. Turada, Direktur Marketing, boss tetangga sebelah.

Kadang-kadang suara keras Turada terdengar hingga ke ruang terbuka Departemen SDM. Biasanya ia berbicara dengan suara keras usai meeting dengan Harpal, boss bagian Marketing, yang berada di lantai berbeda. Mungkin membahas sekaligus memberi update hasil pembicaraan meeting dengan timnya.

Welcome Back

Saya selalu menjadi orang pertama yang hadir di lantai Departemen SDM dan Departemen Marketing. Saya memang manusia pagi, yang merasa lebih produktif di pagi hari.

Di suatu pagi, setelah beberapa minggu menjadi karyawan Citibank, saya melihat sebuah banner tergantung di langit-langit Departemen Marketing saat memasuki ruang kerja. “Welcome Back”, demikian bunyi banner itu. Benak jadi bertanya-tanya, ada kegiatan apakah di Departemen Marketing?

Sekitar pukul setengah delapan pagi, terdengar derap langkah dari arah jalan pintu masuk. Seperti biasa, saya menengadahkan kepala, ingin tahu siapa yang datang. Seorang perempuan mengenakan pakaian kantor 3-piece, stocking halus menutupi kakinya, berjalan dengan langkah cepat. Ia melintasi meja kerja saya tanpa menoleh sedikit pun, langsung menuju ke area Departemen Marketing.

Saya belum pernah melihat sosok perempuan itu sebelumnya, tapi yakin dia seorang karyawan Citibank. Gayanya menunjukkan ia sudah terbiasa di kantor Citibank.

“Wooow… so sweet!” terdengar suara perempuan itu berbicara pada dirinya sendiri di area sebelah.

Ketika karyawan Departemen Marketing lainnya mulai berdatangan satu per satu, suara sambutan mereka kepada perempuan tadi membuat saya mengerti. Ternyata banner yang berbunyi Welcome Back itu ditujukan untuknya. Sari, nama karyawan perempuan itu, anggota tim Marketing yang baru kembali setelah menunaikan ibadah haji di tanah suci. Pantas saja tadi ia tak menoleh ke arah saya, karyawan baru. Sari surprise melihat banner penyambutannya.

Di hari-hari selanjutnya, saya terbiasa melihat Sari. Selalu terkesan setiap kali mendengar Sari berbicara. Suaranya halus, bahasa Inggrisnya sangat lancar seperti air mengalir. Walau hanya mendengar suaranya dari area sebelah, tak melihat raut mukanya, saya ikut tersenyum ketika Sari menirukan gaya bicara Harpal, boss mereka.

Olimpiade

Saya penggemar berat olahraga bulu tangkis (badminton). Walau bukan pemain andal, waktu luang sering saya habiskan bermain bulu tangkis dengan siapa saja yang berhasil dirayu main bersama di masa kecil hingga remaja. Nama atlet bulu tangkis tanah air saya kenal dengan baik, maklum penonton tetap siaran pertandingan bulu tangkis, atau setidaknya mengikuti berita tentang pertandingan olahraga itu.

Rasa bangga muncul ketika menonton Ardy Wiranata mengalahkan Foo Kok Keong dari Malaysia dalam final kejuaraan bulu tangkis All England. Ardy Wiranata salah satu atlet bulu tangkis tanah air yang berprestasi di masa saya bekerja di Citibank. All England itu sendiri merupakan kejuaraan bulu tangkis tertua dan paling prestisius di dunia.

Saya hanya mengamati ketika Ade Gunardi, rekan kerja di Departemen SDM, memberi selamat kepada Auddie saat mereka berpapasan di dekat meja kerja saya. Auddie salah seorang karyawan Departemen Marketing.

Melihat raut wajah bertanya, Ade menjelaskan kepada saya, adik Auddie baru saja memenangkan kejuaraan All England. Pikiran tak langsung menyambung. Setelah beberapa saat saya baru menyadari, Auddie tetangga sebelah itu abangnya Ardy Wiranata. Padahal nama keluarga ‘Wiranata’ tertera jelas di belakang nama Auddie. Dan wajah kakak beradik itu sangat mirip!

Selanjutnya saya rutin memberi selamat kepada Auddie ketika Ardy Wiranata memenangkan berbagai pertandingan, termasuk ketika ia meraih medali perak single putra bulu tangkis Olimpiade tahun 1992.

Breakaway

Begitu banyak lagu yang diciptakan. Lagu bisa menjadi wadah cerita, sarana mengekspresikan emosi, atau menjadi alat menyampaikan keimanan. Lagu yang diramu dalam instrumen musik menjadi melodi yang menarik untuk didengar. Banyak orang mendengarkan lagu untuk menceriakan hari, menyenangkan hati, menenangkan jiwa, meringankan pikiran, atau mengatasi kepedihan.

Tak terhitung jumlah lagu yang sudah kita dengar dari sejak lahir hingga dewasa. Dari sekian lagu yang pernah didengar itu, biasanya ada lagu yang melekat di kepala. Mungkin karena nadanya, atau karena lirik lagu yang mengena, atau karena lagu diputar berulang-ulang selama kurun waktu tertentu.

Suara radio kerap terdengar di lantai tempat saya bekerja jika hari sudah sore. Lagu-lagu yang diputar di radio itu sering bernada upbeat, ada keriangan yang disebarkan, membuat pendengarnya mendapat energi ekstra. Suasana kerja pun menjadi lebih rileks.

Hendro, karyawan bagian Marketing, sang pemilik radio. Ia rajin memutar radio di sore hari. Suara radio tidak terlalu keras tapi cukup terdengar hingga ke area Departemen SDM. Tak ada yang protes dengan suara radio itu, sepertinya semua menikmati suguhan lagu-lagu di sore hari.

Jika radio tak berbunyi, bisa diduga Hendro sedang keluar kantor, atau sedang dikirim pelatihan, atau meeting di luar negeri, atau mungkin sedang cuti.

Dari sekian lagu bernada upbeat yang diputar radio itu, ada satu lagu yang diputar hampir setiap sore. Breakaway, judul lagunya, dinyanyikan Donna Summer. Lagu itu jadi menempel di telinga. Lirik lagunya pun jadi menempel di kepala. Saya jadi ikut bersenandung, mengetukkan kaki, menggoyangkan kepala, saat Breakaway mengudara.

Berpisah

Citibank terus berkembang dan melakukan berbagai inovasi, membuat jumlah karyawannya pun bertambah. Jumlah karyawan yang bertambah itu mengharuskan Citibank menambah ruang kerja. Citibank yang semula menempati Tower A dan mezzanine gedung Landmark, memperluas areanya ke Tower B di gedung itu.

Perluasan kantor Citibank diikuti dengan pengaturan ulang lokasi departemen. Perpisahan Departemen SDM dengan tetangga, Departemen Marketing, tak bisa dihindari. Mereka mendapat kantor baru, di Tower B gedung Landmark. Sementara Departemen SDM tetap di Tower A, namun pindah ke lantai berbeda.

Tetangga baru pun hadir di ruang kerja baru. Departemen SDM bertetangga dengan Departemen Financial Control (Fincon). Suasana lantai sepi, semua sibuk menatap komputer, menyelesaikan pekerjaan saat berada di meja masing-masing. Apalagi Bob Thornton, Chief Executive Officer (CEO) saat itu, duduk di ruang paling ujung di lantai itu. Sekarang saya berada satu lantai dengan bapak boss. Everybody, please behave!

Saya merasa ada yang hilang di ruang kerja baru. Tak ada suara radio yang terdengar di sore hari. Donna Summer tak lagi meriangkan suasana kerja. Kaki pun tak lagi ikut mengetuk, bersenandung bersama Breakaway.