Adriani Sukmoro

Seattle

Sebagai penggemar film, selalu ada waktu yang disediakan untuk menonton film-film box office, film yang meraup keuntungan dari penjualan tiket yang laris. Bahkan seperti ada keharusan menonton film box office, ingin tahu mengapa film itu sukses dalam pemasarannya.

Di suatu hari tahun 1993, saya ikut antri di depan loket tiket ketika film box office Sleepless in Seattle diputar di bioskop Jakarta. Selain cerita film yang menarik dan akting para pemerannya yang bagus, nama kota Seattle menjadi tak asing di telinga setelah menonton film itu.

Emerald City

Tak pernah terpikir akan menginjakkan kaki di Seattle, kota tempat Tom Hanks dan Meg Ryan melakukan shooting film Sleepless in Seattle. Ternyata jalan cerita hidup membawa langkah ke kota itu, ketika putri sulung memilih kuliah di Green River Community College yang berlokasi di kota Auburn.

Saya mengantar putri sulung ke Auburn, menjalani pengalaman pertamanya tinggal jauh dari keluarga.

Untuk mencapai Auburn, saya dan putri sulung harus terbang ke Seattle, salah satu gerbang masuk pesisir Barat negeri Paman Sam. Seattle dan Auburn berada dalam negara bagian yang sama, Washington State. Hanya butuh tiga puluh menit berkendaraan dari Seattle ke Auburn. Ada saja orang yang keliru membedakan antara negara bagian Washington yang terletak di bagian Barat dengan Washington D.C., ibu kota Amerika Serikat, yang terletak di bagian Timur.

Seattle memiliki beberapa julukan. Ada yang menyebutnya Emerald City (kota zamrud). Pohon-pohon hijau tumbuh sepanjang kota Seattle, pohon-pohon itu tetap hijau sepanjang tahun, termasuk di musim dingin. Seperti batu zamrud yang senantiasa berwarna hijau.

Ada juga yang menyebutnya Rain City, karena hujan kerap turun di Seattle, terutama di sepanjang bulan Oktober hingga April. Saat jalan-jalan bersama putri sulung di Seattle, payung selalu tersedia di dalam tas, walau saat itu masih awal September. Cuaca acap kali tidak bisa ditebak, hujan dan berawan di pagi hari, berubah menjadi cuaca terang di sore hari.

Boeing

Hari-hari di Auburn disibukkan mengurus administrasi kampus, tempat tinggal mahasiswa, orientasi mahasiswa baru, dan lain-lain. Namun ada satu hari yang lumayan lowong. Kegiatan mahasiwa baru hari itu hanya melengkapi buku yang diperlukan saat kuliah nanti. Putri sulung sudah mendapatkan buku yang diinginkannya, semua buku bekas dari kakak kelas sudah dibeli.

Hari itu memberi kesempatan jalan-jalan. Saya dan putri sulung memilih menjelajahi kota Seattle.

Dalam perjalanan dengan bus menuju Seattle, enam orang penumpang berparas India naik ke dalam bus di salah satu halte. Tas laptop tersandang di bahu masing-masing penumpang yang baru naik tadi, terlihat siap bekerja. Mereka saling berbicara dalam bahasa negara asal, membuat saya menduga mereka pendatang dari India yang bekerja di Amerika.

Mereka turun di suatu titik perhentian. Saya mengamati ke arah mana mereka melangkah. Mereka memasuki halaman luas sebuah gedung bertuliskan ‘Boeing’ di bagian depan. Sepertinya mereka pekerja perusahaan Boeing.

Tentu bangga bisa bekerja di Boeing, perusahaan Amerika yang berkembang memposisikan diri sebagai perusahaan dirgantara dan manufaktur pesawat komersial terbesar di dunia. Selain pesawat komersial, pabrik Boeing mampu menghasilkan pesawat rotor (helikopter dan pesawat sejenis), roket, satelit, dan peluru kendali (rudal). Lebih dari seratus lima puluh negara menggunakan pesawat Boeing dalam sistem penerbangannya, membuat Boeing menjadi eksportir utama Amerika.

Gedung Boeing yang dilewati dalam perjalanan dari Auburn menuju Seattle itu ternyata salah satu pabrik perusahaan Boeing. Pabrik itu memproduksi berbagai komponen pesawat terbang, seperti sayap, alat mendarat, badan pesawat, dan lain-lain.

Boeing memiliki sejarah di negara bagian Washington. Perusahaan itu didirikan William Boeing di Seattle tahun 1916. Selama delapan puluh lima tahun kantor pusat Boeing berada di Seattle, hingga manajemen perusahaan memutuskan pemisahan antara kantor pusat dan pabrik. Kantor pusat Boeing dipindahkan ke Chicago tahun 2001, kemudian dipindahkan lagi ke Arlington di negara bagian Virginia tahun 2022.

Pabrik Boeing ada di beberapa tempat. Pabrik terbesarnya hanya beberapa menit dari Seattle: pabrik Boeing Future Flight di Mukilteo dan pabrik Boeing Everett di Everett.

Starbucks

Warga Seattle penggemar kopi, budaya ‘ngopi’ menjadi bagian hidup di kota ini. Tak heran kedai kopi (coffeehouses) gampang ditemukan saat saya dan putri sulung menelusuri Seattle.

Dalam skala dunia, Seattle dikenal sebagai pusat menyangrai kopi green been menjadi biji kopi, dan pusat manajemen rantai pasok kopi (coffee supply chain management). Kondisi menguntungkan ini membuat Seattle dijuluki sebagai The Coffee Capital of the World.

Siapa yang tak kenal Starbucks yang telah menggurita sejak membuka kedai kopinya hampir di seluruh dunia? Starbucks menjadi bagian gaya hidup bagi sebagian orang, terutama bagi mereka yang hidup di kota besar. Seperti salah seorang mantan anak buah, yang mengatakan ia tak dapat memulai harinya jika tak meminum secangkir kopi Starbucks.

Starbucks memulai bisnis kedai kopinya tahun 1971 di Seattle. Saya dan putri sulung tentu tak melewatkan waktu, mengunjungi kedai kopi pertama yang dimiliki Starbucks. Letaknya di Pike Place Market, pasar umum yang beroperasi di pusat kota Seattle sejak 1907. Nama pasar itu diambil dari Pike Street, jalan tempat pasar itu berada. Pasar tua itu tempat bisnis para petani, pengrajin, dan pedagang. Siapa nyana pasar umum itu menjadi salah satu atraksi turisme Seattle, apalagi kedai kopi pertama Starbucks berada di lokasi pasar terkenal. Diperkirakan lebih dari sepuluh juta turis datang mengunjungi Pike Place Market setiap tahunnya.

Kedai kopi pertama Starbucks tidak terlalu besar, dan jauh dari megah. Keasliannya terlihat dipertahankan. Terlihat beberapa meja diisi pelanggan. Walau menjadi penggemar kopi sejak sekolah menengah, saya lebih memilih minum green tea frappuccino jika nongkrong di Starbucks. Di kedai pertama Starbucks itu tentu tak lupa membeli kenang-kenangan, tumbler bertuliskan ‘the first Starbucks store, Pike Place, Seattle, WA, est. 1971’.

Beberapa tahun kemudian, saya terkenang akan Pike Place Market saat menonton salah satu episode Wheel of Fortune. Program game show yang sangat terkenal di Amerika itu mengambil latar pasar ikan Pike Place. Sengaja ditampilkan bagaimana Vanna White, presenter program game show tersebut, berusaha menangkap ikan salmon besar yang dilemparkan ke arahnya. Terlihat ia berkali-kali gagal, diiringi gelak tawa orang yang menonton kegiatan shooting di Pike Place. Para pedagang ikan di pasar itu memang terkenal dengan gaya melempar ikan, bukan mengoper dengan tangan, ketika ada pelanggan yang hendak membeli ikan.

Penyelamat Hidup

Sebagai penggemar buku, mampir di toko buku selalu disempatkan, apalagi saat di Amerika. Banyak buku bagus yang tidak masuk atau lama baru masuk ke tanah air yang bisa ditemukan di toko buku Amerika.

Ketika menelusuri berbagai buku di toko buku yang dimampiri di Seattle, mata langsung tertarik pada buku berjudul How Starbucks Saved My Life: A Son of Privilege Learns to Live Like Everyone Else. Judul buku itu cukup memprovokasi keingintahuan. Teknik membaca kilat dengan membalik beberapa halaman segera dilakukan. Keputusan diambil, buku itu pantas dibeli.

Buku yang ditulis Michael Gates Gill tadi menemani saya saat menunggu putri sulung melakukan kegiatan di kampus. Buku berisi kisah hidup sang penulis, mantan pejabat eksekutif perusahaan iklan J.W. Thompson yang dipecat dari pekerjaannya di usia lima puluh tiga tahun. Ia mendirikan perusahaan konsultan, namun selama sepuluh tahun usaha bisnisnya itu tak berhasil. Kondisi ekonominya hancur, kehidupan pribadinya pun menjadi berantakan (bercerai dua kali). Hingga akhirnya ia melamar menjadi pekerja Starbucks di Manhattan, New York. Dari kehidupan masa kecil yang penuh kemudahan secara finansial, hingga karier gemilang di perusahaan periklanan, ia menemukan kebahagiaan yang berbeda, sebagai pekerja kedai kopi Starbucks di usia enam puluhan.

Hingga kini Michael Gates Gill tetap melakoni pekerjaan di Starbucks. Ia menyebut kehidupannya sebagai kehidupan ‘orang biasa’ pada umumnya. Tak perlu malu mencari makan dari pekerjaan melayani orang banyak.

Seattle semakin terangkat namanya ketika Bill Gates mendirikan Microsoft Corporation bersama temannya Paul Allen. Bill Gates lahir dan dibesarkan di Seattle. Perusahaan Microsoft memainkan peran penting dalam industri komputer sejak didirikan tahun 1975. Perusahaan teknologi multinasional Amerika itu merupakan vendor perangkat lunak komputer terbesar di dunia. Juga menjadi penyedia terkemuka untuk sumber daya komputasi (cloud computing) yang meliputi server, penyimpanan data, jaringan, dan perangkat lunak melalui internet. Kantor pusat perusahaan Microsoft berada di Redmond, sekitar dua puluh empat kilometer dari Seattle.