Kehadiran wadah elektronik sangat membantu memperlancar komunikasi antar manusia. Sejak kehadirannya di tahun 2009, WhatsApp messenger berhasil menarik minat pengguna. WhatsApp menjadi sarana komunikasi yang paling populer sejak tahun 2015; tercatat lebih dari 2 miliar pengguna di berbagai penjuru dunia bulan Februari 2020. Kapan saja, di mana saja, setiap anggota grup bisa mengatakan apa saja di wadah WhatsApp.
Kehangatan Pertemanan
Wadah elektronik WhatsApp menjadi ajang silaturahmi, berhasil menyatukan kelompok pertemanan. Teman yang dulu tak tahu berada di mana, dan bagaimana kabarnya, tiba-tiba bisa dijangkau dengan mudah. Seperti misalnya alumna suatu sekolah yang sudah lama tinggal di luar negeri. Ia menjadi berada kembali di tengah kelompok pertemanan, lokasi tempat tinggal dan waktu yang berbeda di belahan dunia lain tak menjadi halangan. Ia kini dapat dijangkau teman-temannya dengan mudah.
Kehangatan pertemanan pun terjalin, berlangsung selama bertahun-tahun. Namun, dengan berjalannya waktu, isi pembicaraan dalam grup WhatsApp mulai mereda, tak seramai di tahun-tahun awal pembentukan wadah komunikasi itu. Mengapa komunikasi grup WhatsApp tak seramai seperti dulu?
Kejenuhan mungkin terjadi. Isi obrolan mungkin mulai kehabisan bahan, hal-hal tak penting dituangkan dalam WhatsApp. Akibatnya, bagi sebagian anggota grup, isi WhatsApp bisa saja kurang menarik atau membosankan. Anggota WhatsApp jadi kurang tertarik berbicara, banyak yang menjadi passive member, ada dalam grup tapi kurang berkontribusi.
Ada hal lain yang mungkin bisa mengusik kenyamanan grup WhatsApp. Beberapa anggota grup mendominasi pembicaraan grup. Setiap hari anggota tersebut berbicara, dari pagi hingga malam hari. Kebiasaan ini tidak mengganggu jika isi pembicaraannya bernada positif: menyapa, mengucapkan salam, memberi semangat anggota grup, berbagi informasi atau berita yang membangun. Kebiasaan berbicara dalam grup WhatsApp menjadi mengganggu jika orang tersebut melakukan pembetulan pada berbagai hal yang diangkat, ada kecenderungan bahwa pendapat orang tersebut yang paling benar, orang lain dianggap kurang mengerti.
Self Esteem
Kecenderungan mendominasi wadah komunikasi mungkin terjadi tanpa disadari. Sebagian beranggapan, orang tersebut sangat percaya diri, ingin aktif berinteraksi. Sebagian lain beranggapan, orang tersebut membutuhkan pengakuan. Mengapa ada anggapan sedemikian?
Jika ditelaah, “membutuhkan pengakuan” mengandung unsur kebutuhan. Kebutuhan pengakuan dalam teori kebutuhan Abraham Maslow dijelaskan dalam aspek Self Esteem, harga diri. Menurut Maslow, jika kebutuhan dasar manusia seperti makan, minum, rasa aman; serta kebutuhan sosial seperti kelompok pertemanan, kekeluargaan, penerimaan lingkungan sosial telah terpenuhi; kebutuhan psikologis seperti Self Esteem menjadi penting.
Kebutuhan Self Esteem sangat manusiawi, terjadi pada insan manusia tanpa kecuali, walau dalam kadar yang berbeda-beda. Berbagai cara dilakukan orang untuk memenuhi kebutuhan Self Esteem. Status sosial, ketenaran, prestise, dan perhatian orang lain pada diri seseorang bisa memenuhi kebutuhan pengakuan dalam diri orang tersebut. Untuk mendapatkan perhatian atau dihormati, mungkin saja seseorang menjadi mendominasi komunikasi di grup WhatsApp.
Sebagian orang berusaha memenuhi kebutuhan pengakuan dengan cara meningkatkan kompetensinya, mengasah keahlian dalam bidang yang disukai, meningkatkan kemandirian, menggapai kebebasan. Pengakuan diperoleh sejalan dengan peningkatan kemampuan mereka, atau kemandirian mereka. Cara ini berbeda dengan orang yang berbicara banyak, termasuk berbicara tentang dirinya, daripada mengasah kemampuan untuk dikenal orang lain.
Berkomunikasi Dengan Bijaksana
Ada yang mengatakan, jika seseorang berbicara terlalu banyak, maka orang lain tak mau mendengarkannya lagi. Perlu keseimbangan dalam berkomunikasi, termasuk komunikasi grup WhatsApp. Berbicara ketika ada topik yang perlu diangkat, atau berbicara memberi dorongan anggota grup lain yang sedang melakukan kegiatan bermanfaat; akan menularkan suasana positif dalam diskusi grup.
Di sisi lain, jika anggota grup tak pernah bicara, selamanya menjadi passive member, anggota lain tak akan pernah tahu pandangan atau pendapatnya. Hal ini tak sesuai dengan pembentukan grup WhatsApp yang bertujuan untuk membina silaturahmi.