Adriani Sukmoro

Berbagi Panggung

Berbagi Panggung

Kesempatan mengembangkan diri menjadi salah satu faktor penting yang dikemukakan dalam employee engagement survey suatu perusahaan yang mempunyai sekitar 2000 pegawai tetap. Bukan kali ini saja mendengar hal tersebut, hal yang sama kemungkinan besar terjadi juga di perusahaan lain. Setiap insan karyawan yang ingin mengembangkan kariernya, pasti mengharapkan pengembangan diri, melalui proses kerja, jejaring kantor, dan pelatihan yang diadakan perusahaan.

Pendidikan Tak Sampai

Pendidikan minimum biasanya dituntut untuk berbagai posisi atau jabatan, termasuk di bidang medis. Vivien Thomas, seorang pria kulit hitam yang bercita-cita menjadi dokter, tak mampu kuliah di bidang kedokteran karena faktor keuangan keluarga. Di masa itu, tahun 1930an, great depression sedang melanda Amerika Serikat, negara tempat tinggalnya. Tanggung jawab terhadap istri dan anak membuatnya mengambil pekerjaan apa saja yang ada; hingga ia mendapatkan pekerjaan sebagai pembersih di laboratorium riset di Universitas Vanderbilt yang terletak di Nashville, di negara bagian Tennessee.

Laboratorium riset tempatnya bekerja itu dipimpin Alfred Blalock, seorang dokter ahli bedah. Dalam beberapa kesempatan, Alfred Blalock memperhatikan kecekatan tangan Vivien Thomas dalam bekerja. Inilah awal dari kerja sama mereka selama tiga belas tahun, Vivien Thomas menjadi partner Alfred Blalock dalam riset medisnya. Vivien Thomas tak hanya menjadi tenaga pembersih laboratorium, ia menjadi asisten eksperimen medis di laboratorium itu. Alfred Blalock bahkan membawa Vivien Thomas pindah ke Johns Hopkins University untuk bisa terus membantunya.

Bakat Luar Biasa

Kecekatan tangan, daya tangkap yang kuat, dan minat Vivien Thomas dalam bidang medis, membuatnya menjadi asisten yang sangat diandalkan Alfred Blalock. Bersama sang dokter, mereka berdua melalui berbagai percobaan operasi medis yang kompleks di laboratorium Johns Hopkins University. Dari hasil percobaan tersebut, mereka berhasil menemukan cara mengoperasi jantung bayi yang menderita sindrom bayi biru (baby blue).

Penemuan itu sangat membantu kemajuan operasi medis, nama dokter Alfred Blalock pun menjadi dikenal luas. Orangtua dengan kasus bayi biru berdatangan dari segala penjuru Amerika untuk mendapatkan pengobatan medis dari Alfred Blalock. Sang dokter sampai tak mampu menanganinya karena banyaknya jumlah pasien yang datang. Segera saja ia membagi penemuannya pada dokter-dokter lain, agar mereka bisa menangani pasien bayi biru di tempat mereka masing-masing.

Panggung Penghargaan

Tantangan yang dihadapi Vivien Thomas dalam mengembangkan dirinya bukan hanya dari masalah ekonomi (great depression). Perlakuan berbeda terhadap warna kulit hitam sangat nyata di masa itu; tenaga kulit hitam harus masuk dari pintu belakang, pintu yang berbeda dari pintu para tenaga medis kulit putih. Dalam struktur kerja dan kepegawaian di kampus, warga kulit hitam hanya menjadi tenaga pembersih (janitor), dan kepangkatan mereka hanya berada di tingkat itu. Walau Vivien Thomas sudah menjadi asisten riset dokter laboratorium, tingkat kepegawaiannya tetap tercatat sebagai tenaga pembersih, hanya karena ia warga kulit hitam. Posisi dokter dan tenaga medis lainnya di universitas itu, termasuk asisten riset, diisi warga kulit putih.

Walau kontribusi Vivien Thomas sangat besar dalam penemuan operasi jantung bayi biru, ia tak termasuk dalam daftar tamu yang diundang ke acara penghargaan penemuan medis tersebut. Bahkan ia mendengar sendiri, atasan yang dibantunya, dokter Alfred Blalock, tak menyampaikan ucapan terima kasih atas kontribusinya dalam acara penghargaan itu. Ia malah berterima kasih pada beberapa dokter kulit putih lainnya. Perbedaan warna kulit ini semakin dirasakan, ketika Alfred Blalock tampil di berbagai media tanpa pernah mengajaknya turut serta.

Selalu Ada Jalan

Orang-orang yang kurang beruntung mendapatkan kesempatan belajar di perguruan tinggi bisa ditemukan di mana saja. Namun, cara orang tersebut mengatasi keadaan yang dihadapinya berbeda-beda. Sebagian menyerah, menganggap nasibnya memang demikian. Namun sebagian lain mencari cara untuk menggapai impiannya, walau tak harus selalu sama persis dengan rencana awalnya.

Vivien Thomas tak bisa mengenyam pendidikan kedokteran. Bahkan atasan yang dibantunya hingga berhasil menemukan cara operasi medis bayi biru, tak membantunya masuk ke sekolah kedokteran. Mengapa sampai ini terjadi? Dokter Alfred Blalock sangat tergantung pada Vivien Thomas dalam pekerjaannya. Ia khawatir tak ada nanti yang membantunya, sehingga memilih untuk menahan anak buahnya tetap bekerja di laboratorium.

Vivien Thomas tak menjadi dokter, namun ia tak menghentikan dirinya dari belajar sendiri (self-taught). Ia membaca berbagai buku medis, dan mempraktikkannya melalui penelitian di laboratorium. Ia tak perlu berbicara banyak tentang prestasi kerjanya; orang-orang melihat sendiri kecekatannya dalam bekerja. Orang-orang mengakui kontribusinya, ia diangkat menjadi tenaga pendidik para calon dokter dan dokter muda di Johns Hopkins University.

Apa yang dilakukannya terbayar, ketika Vivien Thomas diberi gelar doktor penghargaan (honorary doctorate) oleh Johns Hopkins University tahun 1976. Di masa itu perlakuan berbeda terhadap warga kulit berwarna sudah ditiadakan. Bahkan foto besar Vivien Thomas digantung bersebelahan dengan bekas atasannya, Alfred Blalock, di dinding salah satu ruang Johns Hopkins University sebagai penghargaan atas jasa-jasa mereka dalam bidang medis.

Sebagai pemimpin yang melihat talenta anak buah yang luar biasa, Alfred Blalock seyogianya membantu Vivien Thomas untuk bisa melanjutkan pendidikan di bidang kedokteran. Alfred Blalock juga akan dikenang sebagai pemimpin hebat jika ia membagi panggung penghargaan dengan rekan kerja yang sesungguhnya berperan besar dalam pencapaian penelitiannya.

Andrew Carnegie, seorang pengusaha Skotlandia-Amerika, mengatakan, seorang pemimpin tak akan menjadi pemimpin hebat jika ia ingin mengambil kredit sendiri atas apa yang dikerjakan bersama timnya. Sementara Christine Caine, pendiri organisasi anti perdagangan manusia, mengatakan, untuk membentuk suatu tim yang kuat, seorang pemimpin harus mengenali kelebihan anggotanya, dan tidak menganggap kelebihan itu sebagai ancaman pada posisinya atau otoritasnya.