Saat pertama kali bergabung dalam suatu institusi pemerintah, seorang profesional yang berpuluh tahun bekerja di perusahaan swasta, terkagum-kagum. Apa yang dilihat dan didengarnya dalam paparan rapat pimpinan mengenai rencana strategis mengesankan. Hasil pemikiran yang ditampilkan dalam format powerpoint sungguh menarik perhatian, baik dari segi konsep maupun tampilan pemaparan.
Kualitas vs Kuantitas
Dalam bulan-bulan selanjutnya, laporan yang ditampilkan dalam rapat pimpinan tak kalah mengesankan. Setiap kantor wilayah melaporkan hasil yang baik, sebagian besar mencapai target, sebagian lagi sedang mengejar target.
Namun, dalam perjalanan waktu, terjadi berbagai kendala pelaksanaan rencana strategis tadi. Banyak hal yang dipertanyakan di balik angka-angka yang dilaporkan. Laporan keberhasilan ternyata fokus pada kuantitas hasil, kualitas kerja terabaikan. Akibatnya, banyak hal yang dilaporkan selesai dan berhasil menjadi mentah lagi, tak dapat diterima; sekarang dianggap belum selesai. Bahkan ada yang dianggap tak layak masuk dalam perhitungan. Alhasil terjadi perdebatan, siapa yang bertanggung jawab memastikan kualitas hasil kerja?
Sang profesional tadi pun menjadi bingung. Apakah fungsi quality control tidak dipraktikkan di kantor wilayah? Bagaimana pula aspek mitigasi risiko yang seharusnya ada dalam proses kerja organisasi? Dan bagaimana fungsi teknologi yang seharusnya mampu menangkap kejanggalan atau ketidakselarasan data?
Selalu saja ada karyawan yang memanfaatkan jika melihat celah untuk memenuhi target kinerja yang ditetapkan. Lebih parahnya lagi, jika celah yang ada dimanfaatkan bukan oleh satu atau dua orang saja, tapi dimanfaatkan hingga ke jajaran yang lebih tinggi, semua bekerja sama mempermainkan data demi tercapainya target kinerja.
Proses Menuju Pencapaian
Tidak ada yang salah dalam rencana strategis yang dicanangkan. Tapi tantangan pelaksanaannya membuktikan bahwa proses menuju ke pencapaian target tak selalu mudah. Proses itu melibatkan seluruh instrumen pendukung, termasuk sumber daya manusia.
Dari hasil telaah tim yang dibentuk institusi tersebut, beberapa catatan diambil dari kasus laporan yang tak berkualitas itu:
- Komunikasi dari kantor pusat ke kantor wilayah sering tak berjalan semestinya, menyebabkan ketidaksamaan pengertian dan interpretasi yang berbeda.
- Kurangnya tenaga kerja yang kompeten untuk mengerjakan tugas.
- Kurangnya alat yang diperlukan untuk mengerjakan tugas.
- Manajemen pembagian tugas yang tidak ideal.
- Delegasi tugas tanpa melakukan kontrol lapangan maupun kontrol atas hasil kerja. Kecenderungan atasan duduk di kantor, tidak turun ke lapangan, menjadi salah satu sumber rendahnya kualitas hasil kerja.
- Mengharuskan pencapaian target tanpa mempedulikan tantangan di lapangan.
Halusinasi
Thomas Edison, penemu lampu pijar, fonograf, mikrofon, dan proyektor film, mengatakan, vision without execution is hallucination. Ia menunjuk pada konsep-konsep megah yang sering kali gagal diwujudkan karena lemahnya proses eksekusi.
Keadaan di atas menjadi gambaran akan apa yang dikatakan Thomas Edison. Konsep luar biasa yang dipaparkan dalam powerpoint hanya akan menjadi dokumen indah, yang kemungkinan besar teronggok setelah beberapa tahun jika tak berhasil diwujudkan.