Adriani Sukmoro

Best Employer

Istilah Best Employer ramai dibicarakan mulai tahun 2000. Secara garis besar, Best Employer adalah organisasi atau perusahaan yang pekerjanya bergairah bekerja di sana, terjadi keselarasan antara kepuasan kerja dan keinginan pekerja untuk tetap bekerja di sana. Biasanya ini terjadi karena perusahaan itu menciptakan lingkungan kerja yang positif, berhasil membangun namanya di pasar (company brand), dan mengembangkan kultur perusahaan yang produktif dan menyenangkan.

Survei Best Employer

Predikat Best Employer dianggap penting oleh banyak perusahaan. Predikat itu menjadi bagian dari employer branding, membantu perusahaan dalam perekrutan karyawan, terutama jika terjadi kelangkaan tenaga kerja di bidang tertentu, atau jika pasar tenaga kerja dinamis yang membuat mereka memiliki percaya diri menentukan jalan karier profesionalnya. Mereka tak segan keluar dari perusahaannya dan memilih perusahaan yang terbaik menurut pandangan mereka. Pandangan ini biasanya dipengaruhi informasi yang beredar di pasar, baik dari karyawan perusahaan tersebut, maupun dari hasil survei yang dilakukan oleh pihak independen.

Selama tiga tahun terakhir (2020-2022), majalah bisnis Forbes yang berbasis di Amerika Serikat, bekerja sama dengan perusahaan peneliti pasar Statista melakukan survei Best Employers. Mereka menggunakan 150.000 responden dari 57 negara, gabungan antara pekerja tetap dan pekerja paruh waktu di perusahaan multinasional. Dimensi yang diukur dalam survei itu antara lain citra perusahaan, pengembangan talenta, kesetaraan gender, tanggung jawab sosial, dan lain-lain.

Lebih jauh lagi responden diminta menilai, sejauh mana mereka akan merekomendasikan teman dan keluarga pada perusahaan tempatnya bekerja. Sementara untuk perusahaan lain, responden diminta menilai perusahaan mana saja yang baik dan yang buruk dalam pandangan mereka. Perusahaan yang mendapat skor tinggi masuk ke dalam daftar Best Employers versi majalah Forbes.

Majalah bisnis Fortune yang juga berbasis di Amerika Serikat, secara rutin selama dua puluh lima tahun mengadakan survei tentang Best Companies to Work For. Mereka bekerja sama dengan konsultan independen dalam mengembangkan metodologi yang digunakan dalam survei. Berdasarkan hasil survei, majalah itu menerbitkan daftar seratus perusahaan terbaik untuk bekerja dan mengembangkan karier.

Majalah SWA di Indonesia tak ketinggalan melakukan pemilihan Employer of Choice, bekerja sama dengan konsultan Korn Ferry. Survei menggunakan dimensi Engagement (want to work) dan Enablement (can do the work). Karyawan yang mau bekerja keras untuk kebaikan organisasi, serta dukungan perusahaan pada karyawan untuk mengembangkan potensi dan keterampilannya; dianggap berimplikasi pada kinerja karyawan, yang pada akhirnya berkontribusi pada kinerja perusahaan.

Menjadi Yang Terbaik

Dalam satu kesempatan, saya menghadiri penganugerahan Best Employers di suatu hotel bintang lima di Jakarta. Acara meriah, dihadiri banyak pimpinan Sumber Daya Manusia dari berbagai perusahaan. Penyelenggara menggunakan predikat Asia dalam survei yang mereka lakukan, sehingga survei itu mengklaim reputasi berskala Asia; menggambarkan perusahaan yang terpilih adalah yang terbaik di benua Asia.

Namun timbul pertanyaan tentang metodologi yang dilakukan pihak penyelenggara. Beberapa perusahaan yang terpilih memiliki attrition rate karyawan yang tinggi. Attrition rate menunjukkan banyaknya jumlah karyawan yang keluar dari perusahaan, menjadi dasar melihat kemampuan perusahaan mempertahankan karyawannya. Semakin tinggi attrition rate karyawan, semakin mendukung fakta bahwa karyawan lebih memilih perusahaan lain daripada bekerja di perusahaan tersebut. Terjadi paradoks jika perusahaan mendapat predikat Best Employer sementara karyawannya memilih meninggalkannya.

Skala bisnis perusahaan yang terpilih juga menjadi pertanyaan. Bisnis beberapa perusahaan yang terpilih berskala kecil dan kurang berkembang, kinerja perusahaan itu pun tak berada di peringkat atas, sehingga predikat Best Employers di benua Asia dianggap kurang relevan. Keadaan tersebut memberi gambaran, proses survei predikat Best Employers perlu menjaga kredibilitas. Jangan sampai predikat diberikan hanya untuk kepentingan bisnis: menguntungkan pihak penyelenggara dan menguntungkan perusahaan yang berpartisipasi.

Doug Contant, mantan Presiden dan CEO Campbell Soup Company di Amerika, mengatakan, to win the marketplace, you must first win the workplace. Kemampuan mempertahankan karyawan, khususnya karyawan berprestasi dan berpotensi, menjadi kunci bagi perusahaan untuk memenangkan kompetisi pasar.