Adriani Sukmoro

Citi Never Sleeps

Hari itu, 14 Januari 2022, sebuah berita yang dibagikan salah seorang member, segera menarik perhatian warga WhatsApp Group (WAG) CitiNever Sleeps. Berita besar. Press release tentang penjualan Consumer Bank Citibank Indonesia. Warga WAG CitiNever Sleeps itu mantan pegawai Citibank Indonesia yang bekerja di bisnis Consumer Bank.

Golden Years

Berbagai reaksi member WAG kelompok itu muncul atas berita penjualan bisnis Consumer Bank Citibank Indonesia. Ada yang terkejut, mungkin karena mereka dulu bekerja di masa Citibank sedang berkembang pesat, sedang di masa kejayaannya. Ada yang sedih, mungkin karena keeratan dengan Citibank sebagai korporasi tempat bekerja yang memberi pengalaman berharga. Ada yang terpana, mungkin karena tak pernah terlintas di pikiran mereka, bahwa Consumer Bank Citibank akan berpindah tangan.

Para warga WAG CitiNever Sleeps bekerja di Citibank dalam kurun waktu dimana Citibank meluncurkan berbagai inovasi. Sebagian besar dari mereka berada di perusahaan itu ketika Citibank menjadi bank asing pertama yang memperkenalkan mesin ATM ke pasar Indonesia tahun 1986. Citibank juga menjadi bank asing pertama yang memperkenalkan kartu kredit di Indonesia tahun 1989. Sejak diluncurkan, jumlah nasabah kartu kredit Citibank berkembang pesat dalam waktu singkat. Langsung saja Citibankers pada masa itu merayakan prestasi bisnis kartu kredit di Hotel Shangri-La dengan meriah!

Semakin seru ketika Citibank menjadi pionir layanan nasabah yang tak kenal waktu. Melalui Citiphone, Citibank melayani nasabah 24 jam sehari dan 7 hari dalam seminggu. Saat itulah slogan Citi Never Sleeps berkumandang.

Masih banyak inovasi yang dilakukan bank itu, menjadi catatan panjang sejak Citibank hadir di tanah air ini tahun 1968 dengan lima belas orang karyawan.

Dream Job

Citibank merupakan perusahaan asing yang bernaung di bawah Citigroup dan berkantor pusat di New York. Dalam dunia perbankan, Citibank menjadi perusahaan idaman tempat bekerja. Mulai dari sarjana yang baru lulus kuliah (fresh graduates), hingga mereka yang sudah mempunyai pengalaman kerja, semua mengirim lamaran kerja ke Citibank. Reputasi bank itu dikenal bukan hanya di negara asal, tapi juga di negara-negara dimana Citibank beroperasi. Ada gengsi tersendiri ketika berhasil menjadi Citibankers.

Pelatihan yang diberikan kepada karyawannya cukup menonjol. Biaya pelatihan tak menjadi masalah, para manajer dan pimpinan perusahaan itu mendorong perkembangan kemampuan tim dengan berbagai program pengembangan.

Pelatihan service excellence menjadi dasar bagi setiap karyawan yang bergabung dengan bank itu. Pentingnya pelayanan kepada nasabah ditanamkan di benak semua karyawan, sehingga membentuk orientasi pada pelayanan, yang menyatu dalam mindset mereka.

Standar profesionalisme yang diterapkan Citibank membuat karyawannya memiliki kompetensi di bidangnya. Sinergi di antara bagian-bagian yang berbeda berjalan dengan baik, alur komunikasi dalam organisasi bank itu diatur sedemikian rupa.

Keunggulan standar operasional dan kompetensi karyawan yang dibangun Citibank diakui pasar. Hal itu tak hanya berlaku di negeri ini; gaung profesionalisme Citibankers dikenal di negara-negara dimana bank itu beroperasi.

Dampak samping pengakuan akan kekuatan Citibankers terlihat ketika pemerintah negeri ini mengeluarkan deregulasi perbankan melalui paket kebijakan ekonomi 27 Oktober 1988. Hanya dengan modal sepuluh miliar rupiah pada tahun itu, siapa pun dapat mendirikan sebuah bank. Maka, bank-bank baru dengan kantor cabangnya pun muncul bak jamur di musim hujan.

Bank-bank baru itu tak punya waktu melatih karyawan, mereka berencana segera beroperasi. Jalan singkat pun ditempuh. Mereka merekrut karyawan yang sudah siap dengan keahlian dan kompetensi yang dibutuhkan. Citibankers menjadi incaran, tawaran pekerjaan dari bank-bank baru itu datang bertubi-tubi.

Kehilangan karyawan dalam jumlah besar tentu mengganggu operasional bank. Citibank mengatasi hal itu dengan mengimpor talenta Citibankers dari negara lain. Tercipta keuntungan mutual: karyawan lokal bisa belajar dari tenaga impor, Citibankers dari negara lain mendapatkan exposure internasional dengan bekerja di luar negara asal.

Citibank melihat fenomena yang terjadi sebagai kontribusi bank itu pada negeri: Citibank mengembangkan tenaga kerja perbankan yang andal. Sekaligus sebagai penghargaan terhadap keunggulan sumber daya manusianya; banyak pemimpin perbankan di Indonesia yang dicetak Citibank. Bahkan ada mantan karyawan Citibank yang diangkat menjadi Menteri dalam kabinet pemerintahan.

For Good Reason

Strategi bisnis bisa berubah sejalan dengan perkembangan masa, acap kali dilakukan untuk beradaptasi dengan lingkungan bisnis yang dinamis. Kemajuan teknologi, kompetisi bisnis, selera pasar, peraturan pemerintah, dan berbagai aspek lainnya bisa menjadi dasar perubahan strategi bisnis.

Dalam skala Asia Tenggara, Citibank menjual bisnis Consumer Bank kepada UOB Group di Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Menurut pemberitaan media, hal itu dilakukan sebagai bagian dari strategi bisnis Citibank untuk fokus pada bisnis Institutional Banking: pengembangan investment banking, corporate banking, commercial banking, transaction banking, treasury, custody, dan security services.

Pangsa pasar bisnis Consumer Bank memang didominasi bank-bank lokal; bank asing sulit bersaing di bisnis ini. Citibank sebagai bank global melihat potensi pengembangan bisnis Consumer Bank ada di negara asal (home country), sementara untuk prospek bisnis internasional difokuskan pada Institutional Banking.

Keputusan perubahan strategi bisnis di atas diambil tentu dengan tujuan baik: kelangsungan bisnis Citibank. Kemampuan beradaptasi dan kelincahan (agility) memang sangat dibutuhkan dalam dunia bisnis yang tidak stabil, tidak pasti, ambigu, dan kompleks.

From Us to Us

Menyusul selesainya penjualan dan migrasi bisnis Consumer Bank Citibank Indonesia ke UOB tanggal 18 November 2023 lalu, undangan untuk merayakan keberadaan Consumer Bank Citibank selama 38 tahun di Indonesia dilayangkan panitia kepada Citibankers dan ex Citibankers. From Us to Us, begitu judul yang ditulis dalam undangan.

Maka, berkumpullah para bankers yang pernah dikembangkan Citibank hari Jum’at 24 November 2023 di salah satu café di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Ajang itu menjadi wadah reuni, “dari kita untuk kita”, sambil mengenang masa-masa indah bekerja di Citibank.

Beberapa pimpinan Citibank di masa bisnis Consumer Bank dimulai di Indonesia hadir dalam acara itu. Hadir pula beberapa pimpinan yang pernah menjadi Chief Executive Officer (CEO) Citibank. Acara turut dimeriahkan oleh beberapa mantan karyawan bagian Collection, yang dalam tugasnya berjuang mendapatkan pembayaran nasabah yang menunggak. Slide yang menampilkan berbagai kegiatan Consumer Bank Citibank membawa hadirin ke masa-masa dimana mereka masih menjadi Citibankers. Kebersamaan para Citibankers itu semakin dihangatkan dengan menyanyi dan berjoget bersama.

Tak Lekang Oleh Waktu

Kehadiran para Citibankers dalam malam mengenang legacy Consumer Bank Citibank menunjukkan keberhasilan bank itu dalam mengolah employee engagement, keeratan karyawan dengan organisasinya. Kenangan mereka terhadap Citibank seolah tak lekang oleh waktu.

Seperti apa yang dikatakan Adee Matulandi yang dulu bekerja di bagian pelayanan nasabah (customer service): Citibank is my family. Citibank menjadi bagian hidup yang terasa dan berarti, seperti layaknya keluarga sendiri.

Siddik Badruddin yang dulu bekerja di bagian Credit Cycle Citibank mengatakan: Citibank is a life-changing experience. Siddik Badruddin menapaki karier dari seorang Trainee di Citibank, hingga penempatannya sebagai pimpinan Manajemen Risiko di cabang Citibank di berbagai negara (Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Filipina). Ia kini menjabat sebagai Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri. Sungguh suatu pengalaman yang mengubah hidup.

Veronika Tanner yang dulu bekerja di area personal banking mengatakan, Citibank merupakan tempatnya mendapatkan ilmu, sahabat, serta network yang tiada duanya. Veronika memang bisa menjadi contoh bagaimana ia selalu membina silaturahmi dengan sesama alumni Citibank.

Bagi Sutanto Harsono, Citibank merupakan tempat bekerja yang pertama setelah lulus dari bangku kuliah. Ketika diangkat menjadi Supervisor, ia belajar menjadi atasan bagi anak buah yang sudah “mapan”, yang sudah menangani pekerjaannya bertahun-tahun lamanya. Ia juga belajar berkontribusi di lingkungan Citibank yang memberi kesempatan merata bagi semua orang, tanpa pandang bulu. Ia terkesan dengan budaya kerja Citibank yang memberi kebebasan untuk menyampaikan pendapat.

Syah Amondaris yang dulu bekerja di bagian Collection Citibank berkata singkat: work hard, play hard! Hal itu memang ciri khas Citibank; karyawannya bekerja keras tapi diimbangi dengan sisi “bersenang-senang”. Ketika saatnya merayakan pencapaian, acara meriah pasti berlangsung di Citibank.

Ketika Ivonne Chandra menghadiri acara Citibank di San Fransisco, ia menitipkan curriculum vitae-nya pada CEO Citibank Jepang yang hadir dalam acara itu. Ia merasa tersanjung ketika dipanggil untuk wawancara di New York. Wawancara dilakukan oleh CEO Citibank Taiwan, dan berkelanjutan dengan wawancara oleh Bob Thornton, CEO Citibank Indonesia kala itu. Kariernya di Citibank pun dimulai, menjadi pengalaman yang sangat berarti baginya. Seperti apa yang dikatakannya: Citibank was my first love in job, and is still here in my heart. Citi will always be in my ❤️.

Bagi saya pribadi, Citibank telah membukakan pintu dan peluang. Citibank membantu membangun kredibilitas profesionalisme, membuat Citibank menempati posisi istimewa dan selalu menjadi bagian dari hidup. Terima kasih Citibank!