Adriani Sukmoro

Detroit

Ketika putri sulung saya diterima di University of Michigan, saya mengantarnya melanjutkan pendidikan ke kampus yang jauh itu. University of Michigan (UMich) terletak di Ann Arbor, di negara bagian Michigan, Amerika Serikat. Untuk mencapai kampus UMich, mahasiswa dari luar negeri Amerika harus terbang ke Detroit, ibukota negara bagian Michigan. Detroit letaknya tak jauh dari Ann Arbor, hanya sekitar 35-40 menit ditempuh dengan kendaraan.

Lengang

Saya kembali mengunjungi Ann Arbor untuk menghadiri wisuda putri sulung di tahun 2011. Seusai acara wisuda, di hari berikutnya putri sulung perlu menyelesaikan urusan administrasi di kampus. Saya dan suami pun mencari kegiatan sendiri di hari itu.

Jalan-jalan ke Detroit menjadi pilihan, lokasinya bisa dijangkau kurang dari satu jam, dan memang belum pernah meluangkan waktu untuk melihat-lihat kota itu selama ini.

Karena tak ada alamat khusus yang dituju, supir taksi menurunkan saya dan suami di satu titik di tengah kota. Kaki pun melangkah, berjalan sepanjang gedung-gedung tinggi di pusat kota.

Suasana kota sepi. Pintu gedung-gedung tinggi tertutup, tak ada penjaga atau petugas security, tak ada pegawai kantoran yang keluar masuk gedung. Restoran makanan tak terlihat. Setelah beberapa saat mengitari gedung-gedung tinggi, baru tersadar tak ada orang lalu lalang. Baru tersadar juga lingkungan perkantoran itu seperti gedung senyap terlantar. Tak ada timbunan sampah, tapi daun-daunan dan kertas melayang terbang di tiup angin, sementara daun-daun coklat lainnya tergeletak bebas di trotoar.

Pemandangan yang terlihat bukan pemandangan kota besar, apalagi gambaran ibukota negara bagian. Saya coba mengintip dari balik kaca, melihat ke dalam suatu gedung. Lantai dasar gedung itu kosong, tak ada siapa pun di dalamnya. Ada apa dengan kota Detroit? Hari itu hari kerja, tapi sosok manusia tak terlihat.

Baru tersadar beberapa lama kemudian, ada sesuatu yang tak umum dalam pemandangan di depan mata. Saya dan suami sedang berada di tengah kota sepi penghuni. Perasaan tak nyaman menyergap, bagaimana jika ada orang yang muncul dan menodong meminta uang? Tak ada yang akan melihat, atau membantu. Suasana senyap itu cukup mengintimidasi.

Tiba-tiba saya dan suami melihat seorang polisi wanita sedang berjalan kaki seputar gedung perkantoran. Ia memeriksa pintu gedung, seolah memastikan pintu-pintu itu terkunci.

Polisi wanita itu memang tidak menegur atau melarang kehadiran saya dan suami di sana, tidak juga bertanya apa yang kami lakukan di sana. Tapi kehadiran polisi itu menjadi pertanda bahwa tak aman berada di area yang ‘mati’ itu.

 Saya dan suami segera saja memutuskan untuk cepat-cepat kembali ke titik tempat supir taksi menurunkan tadi. Tempat itu dekat monumen dengan bundaran yang memungkinkan kendaraan berputar mengitari. Ada tempat duduk yang dirancang dari semen dan nyaman duduk di situ. Selama beberapa saat saya dan suami duduk di seputar bundaran sambil memakan kentang goreng dan meminum minuman bersoda yang dibeli dari restoran McDonald. Untung ada restoran McDonald di area itu. Jika tidak, tak tahu harus ke mana mengisi perut di jam makan siang saat itu.

The Motor City

Detroit sempat menjadi kota keempat terbesar di Amerika Serikat tahun 1920 setelah New York, Chicago, dan Philadelphia. Hal ini disebabkan industri mobil yang booming di kota itu. Henry Ford mendirikan Ford Motor Company di Detroit tahun 1903, diikuti perusahaan manufaktur mobil lainnya: General Motors dan Stellantis North America (ex Chrysler). Perusahaan mobil itu dikenal sebagai Tiga Besar, lambang kekuatan produksi mobil buatan Amerika Serikat.

Detroit berkembang menjadi pusat industri mobil buatan Amerika. Julukan The Motor City pun diberikan pada Detroit. Ada juga yang menamakannya sebagai Automotive Capital. Masa kejayaan industri mobil ini sangat dirasakan ketika Henry Ford memperkenalkan automotive assembly line, perakitan otomotif, yang mampu memproduksi mobil model T secara massal. Waktu produksi lebih cepat dan dengan biaya lebih murah. Mobil model T ini menjadi mobil pertama yang bisa dibeli kelas menengah Amerika karena dibuat secara perakitan yang efisien, bukan buatan tangan (handcrafting).

Motown

Penggemar musik pasti tak asing dengan Motown, perusahaan rekaman yang menghasilkan banyak penyanyi kulit hitam terkenal. Barry Gordy Jr., warga Amerika kulit hitam, mendirikan perusahaan rekaman Motown di Detroit tahun 1958. Memang banyak warga kulit hitam yang datang dan menetap di Detroit akibat pertikaian rasial dan segregasi warna kulit di negara bagian Selatan Amerika. Detroit berada di negara bagian Utara Amerika yang lebih cepat menerima penghapusan perbudakan dalam sejarahnya.

Barry Gordy Jr. sukses dengan bisnis rekamannya. Motown semakin membuat nama kota Detroit mentereng di antara kota-kota besar Amerika Serikat. Banyak yang berminat datang dan mengadu nasib ke Detroit.

Motown memainkan peranan penting dalam integrasi rasial di dunia musik. Penyanyi kulit hitam yang diorbitkan Motown meraih kesuksesan luar biasa, bergaung hingga ke seluruh penjuru dunia. Diana Ross & the Supremes, Smokey Robinson & the Miracles, Stevie Wonder, the Temptations, the Four Tops, Marvin Gaye, Michael Jackson & the Jackson 5, Lionel Richie, The Commodores; semuanya tercatat dilahirkan Motown.

The Abandoned City

Krisis ekonomi dan kompetisi dengan mobil-mobil Jepang membuat bisnis mobil Amerika mengalami penurunan penjualan. Seperti terlihat dari data di bawah ini, pangsa pasar perusahaan otomotif Amerika yang berpusat di Detroit menurun selama lima dekade sejak tahun 1960.

TahunPangsa Pasar
FordGMChryslerHondaToyota
196029,3%45,7%10,4% – –
197028,3%38,9%14,9% –2%
198020,5%44,2%9,1%3,3%6,2%
199023,8%35,2%12%6%7,6%
200022,6%28%13%6,5%9%
201016,4%18,8%9,2%10,5%15%

Ford, General Motors dan Pontiac terpaksa mengurangi ribuan jumlah karyawan sejalan dengan penurunan jumlah produksi mobil. Populasi kota Detroit pun turun sebesar 25 persen karena mereka yang kehilangan pekerjaan terpaksa pindah, mencari kerja di kota lain. Akibatnya banyak rumah menjadi kosong, ditinggalkan karyawan yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).

Situasi semakin memburuk ketika Berry Gordy Jr. memindahkan perusahaan rekamannya dari Detroit ke Los Angeles demi pengembangan usaha. Tak hanya sekadar memproduksi rekaman musik, ia merambah ke produksi televisi dan film. Akibatnya yang tersisa di Detroit hanyalah museum Motown yang masih dipertahankan hingga sekarang.

Dari julukan The Motor City, Detroit kini mendapat julukan baru: The Abandoned City, kota yang terlantar. Sekitar 70.000 bangunan, 31.000 rumah, dan 90.000 lahan kosong terlantar di Detroit. Sungguh ironis mengingat Detroit pernah menjadi tempat yang memberikan kesejahteraan di masa jaya industri otomotif.

Kota Bangkrut

Kesulitan finansial menyebabkan kota Detroit dinyatakan bangkrut tahun 2013. Tak heran kota itu seperti ‘mati’, tak ada manusia lalu lalang meramaikan kota saat saya dan suami jalan-jalan di Detroit tahun 2011. Ternyata kala itu Detroit di ambang kebangkrutan. Detroit menjadi kota terbesar yang bangkrut dalam sejarah Amerika.

Berbagai penyebab kebangkrutan kota dibahas di berbagai media: penurunan jumlah penduduk akibat kehilangan pekerjaan, biaya kesehatan pensiunan yang harus ditanggung pemerintah, biaya dana pensiun yang harus dibayarkan, beban pinjaman pemerintah yang besar, defisit anggaran sejak tahun 2008, sistem administrasi yang buruk, sistem komputer yang kuno, dan sebagian besar penduduk tak membayar pajak properti karena kesulitan ekonomi.

Saya harus kembali lagi mengunjungi kota bangkrut itu ketika putri bungsu diterima di universitas yang sama, University of Michigan. Selain mengantarnya saat pertama kali memasuki kuliah, saya juga kembali ke Detroit guna menghadiri wisuda putri bungsu. Kali itu saya tidak berani jalan-jalan ke Detroit lagi, cukup jalan-jalan seputar kota pelajar Ann Arbor, yang telah memberi kehidupan ekonomi tersendiri di negara bagian Michigan.

Ben Shapiro, seorang penulis Amerika, menyindir kebangkutan Detroit, “Kisah kebangkrutan Detroit sangat sederhana. Biarkan kapitalisme mengembangkan kota, mencari keuntungan sebesar mungkin dengan menekan biaya produksi, termasuk menekan gaji karyawan serendah mungkin sampai tak ada yang mau bekerja lagi. Kenakan pajak bagi pemberi kerja sampai mereka pergi ke tempat lain. Tingkatkan pengeluaran pemerintah untuk menggerakkan pekerjaan padahal itu suatu pemborosan. Janjikan program pensiun yang menarik demi mendapatkan suara dalam pemilihan pemerintah wilayah.”

Detroit kota yang dilupakan saat kini. Tapi bagi Smokey Robinson dan Diana Ross yang lahir dan besar di sana, Detroit telah membuat mereka menjalin persahabatan yang langgeng. “She’s my baby, I’ve known her since she was probably 8 years old,” kata Smokey Robinson yang tinggal di lingkungan rumah yang sama dengan Diana Ross semasa kecil di Detroit. Smokey Robinson dan Diana Ross berada pada waktu dan tempat yang tepat, berjaya bersama Motown di Detroit.