Adriani Sukmoro

Durham

Ketika putri sulung menyelesaikan pendidikan sarjana strata satu (S1) di bidang teknik (engineering), saya mendorongnya untuk mengambil pendidikan jenjang selanjutnya di bidang manajemen. Perpaduan pendidikan bidang teknik dan manajemen akan sangat mendukung saat terjun ke dunia pekerjaan.

Saya juga menganjurkan agar putri sulung langsung mengambil pendidikan strata dua (S2) setelah meraih gelar S1. Ia tak akan terganggu oleh keasyikan bekerja jika terjun ke dunia pekerjaan lebih dulu, baru kemudian mengambil program Master.

Almost Ivy League

Program Manajemen yang paling diminati biasanya program Master of Business Administration (MBA). Namun, program MBA membutuhkan pengalaman kerja. Hal ini menjadi tantangan. Putri sulung baru lulus, hanya punya pengalaman kerja sebagai Intern di Deutsche Bank, British Petroleum, dan Citibank.

Ia pun sibuk mencari informasi. Ternyata ada beberapa universitas di Amerika yang menawarkan program Master yang tak membutuhkan pengalaman kerja. Bukan program MBA, melainkan program Master of Management.

Putri sulung memilih program Master of Management Studies (MMS) yang ditawarkan Duke University. Duke University berada di ranking ketujuh universitas terbaik di Amerika Serikat, tak kalah dari Ivy League Schools.

Ivy League Schools sangat populer di Amerika dan dunia. Ada delapan universitas yang masuk dalam kategori Ivy League. Kedelapan universitas itu dianggap berstandar akademi tinggi, berkualitas, dan sangat selektif dalam proses penerimaan mahasiswanya. Karena itu mahasiswa yang masuk dan lulus dari Ivy League Schools memiliki prestise tersendiri.

Hanya lima dari delapan universitas Ivy League yang masuk dalam top ten rank universitas terbaik Amerika Serikat. Duke University yang berada di rank ketujuh, berhasil mengatasi empat Ivy League Schools: Brown University (rank 9), Columbia University (rank 12), Cornell University (rank 12), dan Dartmouth University (rank 18).

Data itu membuat keluarga saya menciptakan guyonan khusus. Duke University tak masuk dalam klub Ivy League Schools, tapi bisa mengalahkan empat dari delapan universitas yang termasuk dalam klub itu. Karena itu keluarga saya menyebut Duke University sebagai “Almost Ivy League” school.

City of Medicine

Duke University terletak di kota Durham, di negara bagian Carolina Utara (North Carolina). Saya baru mendengar nama kota Durham ketika putri sulung diterima sebagai mahasiswa Duke University. Bahkan saya juga baru mendengar nama kota Raleigh, ibukota negara bagian Carolina Utara, setelah membeli tiket penerbangan internasional saat akan mengunjungi putri sulung di tempat kuliahnya.

Untuk mencapai Durham, penerbangan internasional dari Jakarta mendarat di Raleigh, setelah terlebih dahulu transit di pelabuhan udara lainnya di pesisir Pantai Barat Amerika. Dibutuhkan sekitar tiga puluh menit berkendaraan dari Raleigh menuju Durham. Angin sepoi-sepoi menerpa saat keluar dari kendaraan, saat itu musim semi di bulan Mei.

Durham terlihat bersih dan tertata dengan baik. Nama kota itu berasal dari nama Bartlett S. Durham, donatur yang menyumbangkan tanahnya untuk pembangunan depo kereta api di sana. Industri tembakau yang berkembang di Durham membuat kota itu semakin diminati dan dihuni. Industri tekstil dan industri tenaga listrik pun menyusul dikembangkan warganya di Durham. Selama beberapa waktu Durham menikmati kejayaan industri-industri tersebut.

Ketika industri tembakau dan tekstil mengalami kemunduran, kota Durham bertransformasi menjadi pusat pendidikan, penelitian, kesehatan, dan inovasi. Bersama-sama dua universitas lainnya, North Carolina State University di Raleigh dan University of North Carolina di Chapel Hill, Duke University di Durham membentuk area yang dikenal sebagai The Research Triangle (segitiga penelitian). Segitiga penelitian itu merupakan pusat penelitian dengan wilayah terbesar di Amerika, meliputi area hampir seluas tiga ribu hektar.

Di bidang kesehatan, Duke University mendirikan Duke University Hospital, yang menjadi pemberi kerja terbesar di Durham. Dalam perkembangannya, lebih dari tiga ratus perusahaan mendirikan usaha bidang kesehatan di Durham, menjadikan kota ini dijuluki sebagai The City of Medicine.

Ninth Street

Banyak pertokoan dan restoran berdiri sepanjang Ninth Street di kota Durham. Jalan ini menjadi tempat mahasiswa Duke University dan penduduk setempat hang out. Ninth Street sudah menjadi pusat pertokoan sejak masa jaya bisnis tembakau dan tekstil di Durham.

Saya dan keluarga menyempatkan waktu berjalan-jalan di Ninth Street dalam beberapa kali kunjungan ke Durham. Udara Durham di bulan Mei sangat mendukung. Tidak panas dan tidak dingin, tak perlu mengenakan jaket saat bepergian. Restoran makanan Asia bisa ditemukan di Ninth Street.

Mahasiswa Indonesia

Ketika kedua putri menempuh pendidikan S1 di Amerika, mereka menemukan beberapa mahasiswa Indonesia lainnya yang menempuh pendidikan di universitas yang sama, University of Michigan di Ann Arbor. Mereka pun giat terlibat dalam kegiatan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia di Amerika Serikat (Permias) kala itu. Juga cenderung hang out dengan sesama teman Indonesia.

Tidak demikian halnya saat mereka kuliah S2 Master of Management Studies (MMS) di Duke University. Mereka menjadi satu-satunya mahasiswa Indonesia jurusan MMS di angkatannya.

Seperti kakak sulungnya, putri bungsu pun menyelesaikan pendidikan S2 di Duke University, mengambil jurusan yang sama. Putri bungsu memutuskan tinggal di luar kampus, di The Belmont Apartments, saat kuliah di sana. Untuk menekan biaya, putri bungsu sengaja mengambil apartemen yang terdiri dari empat kamar. Ia harus berbagi dengan tiga orang lainnya, orang yang belum dikenalnya sama sekali. Hal seperti ini sudah biasa dilakukan di Amerika.

Teman se-apartemen putri bungsu kebetulan mahasiswa semuanya. Mungkin karena lokasi The Belmont Apartments dekat dengan Duke University, membuat mahasiswa yang tak ingin tinggal di asrama kampus memilih apartemen itu. Putri bungsu pun jadi berteman akrab dengan mahasiswa penghuni apartemen yang sama (roommate), mahasiswa dari berbagai negara: satu dari Afrika, satu dari Cina, dan seorang lagi asli Amerika. Mereka sering hang out bersama, dan menikmati kegiatan masak dan makan bersama di apartemen. Selama beberapa saat mereka masih saling mengontak setelah lulus dari Duke University.

Melanjutkan sekolah ke Negeri Paman Sam membutuhkan biaya besar. Namun di balik itu, hidup terpisah dari orangtua, keluarga, teman-teman di tanah air, dan belajar di salah satu universitas terbaik di Amerika, membuat seorang mahasiswa menjadi mandiri, berpandangan luas, dan belajar mengasah logika dan akal sehat dalam memutuskan. Albert Einstein, fisikawan teoretis kelahiran Jerman yang dikenal dengan teori relativitasnya, mengatakan, education is what remains after one has forgotten what one has learned in school. Seseorang yang telah mengecap pendidikan, akan tetap menjadi seorang terpelajar, walau ia sudah lupa apa yang dipelajarinya di sekolah.