Adriani Sukmoro

Etika Bisnis

Sebagian orang dilahirkan dengan kemampuan inteligensi yang tinggi. Mereka menonjol di bidang akademis, banyak yang menjadi juara kelas. Ketika memasuki jenjang pendidikan universitas, mereka pun mampu menembus seleksi masuk universitas ternama. Banyak orang menganggap mereka yang dilahirkan dengan intelegensi tinggi beruntung, pintu lebih terbuka bagi mereka untuk bekerja di tempat yang diinginkan.

Kesehatan

Elizabeth Holmes beruntung memiliki inteligensi tinggi. Ia berhasil diterima di Stanford University tahun 2002, universitas prestisius dengan ranking yang tinggi di Amerika Serikat. Tapi ia tak sabar menunggu selesainya pendidikan formal universitas. Ia berpikir untuk memulai usaha bisnis.

Ketertarikannya untuk segera terjun ke dunia bisnis semakin kuat setelah ia kembali dari magang di Genome Institute of Singapore tahun 2003. Saat itu negara-negara Asia, termasuk Singapura, sedang mengalami wabah SARS (severe acute respiratory syndrome). Selama magang di sana Elizabeth Holmes terlibat dalam proses tes spesimen pasien penderita SARS, menggunakan alat dengan teknologi rendah. Ia berpikir, seandainya ada peralatan medis yang lebih canggih, mungkin bisa membantu proses pemulihan pasien.

Di usia sembilan belas tahun ia pun memutuskan keluar dari Stanford University, dan segera mewujudkan keinginannya mendirikan perusahaan tahun 2003. Perusahaan itu diberi nama Theranos, berasal dari kata therapy dan diagnostic. Theranos mempunyai misi positif: memfasilitasi deteksi dan pencegahan dini penyakit melalui perkiraan diagnosa (predictive diagnosis).

Perkiraan diagnosa penyakit dapat dilakukan dengan mengambil sampel darah. Biasanya rumah sakit menyuntikkan jarum di lengan untuk mengambil sampel darah. Sebagain pasien merasa takut ditusuk jarum sehingga proses itu dirasakan tidak nyaman. Theranos menawarkan proses yang lebih nyaman, dengan hanya menusuk jari (finger prick) untuk mengambil darah. Darah tersebut dimasukkan ke dalam nanotainer, alat kecil yang diciptakan Theranos untuk menyimpan sampel darah. Selanjutnya sampel darah dalam nanotainer akan dimasukkan ke dalam alat khusus Theranos sebesar mesin cetak (printer) yang diberi nama Edison. Alat Edison dapat mengeluarkan diagnosa penyakit berdasarkan sampel darah tadi.

Alat Edison bisa ditempatkan di rumah, sehingga pasien dapat melakukan pengecekan darah sendiri, tak perlu menghabiskan uang di rumah sakit. Alat Edison tidak mahal, sangat membantu penghematan biaya medis. Penyakit yang diderita pun bisa dideteksi lebih dini sehingga dokter dapat mengambil tindakan pencegahan sebelum orang menderita penyakit berat.

Inventor

Misi mulia Theranos menarik perhatian para investor, diantaranya George Shultz dan Henry Kissinger, keduanya mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat. Bersama beberapa pihak lainnya, mereka menjadi investor di perusahaan itu. Dana investor yang diraup Theranos selama beberapa tahun mencapai lebih dari US$ 800 juta, baik dari investor pribadi maupun badan usaha penyertaan modal (venture capitalist).

Kantor pusat Theranos berada di area prestisius Silicon Valley, tepatnya di Palo Alto, California; dekat dengan kampus Stanford University. Silicon Valley dikenal sebagai hub teknologi terkemuka di dunia, banyak perusahaan startup berkelas dunia di bidang teknologi yang berkantor di sana. Perusahaan-perusahaan itu melakukan berbagai inovasi memanfaatkan kecanggihan teknologi, seperti Apple, Google, Meta (Facebook). Theranos membayar sewa gedung sebesar US$ 1 juta per bulan, menunjukkan kemampuan finansial perusahaan itu.

Gaung kehebatan Theranos membuat pendirinya, Elizabeth Holmes, muncul dalam berbagai media. Ia disebut sebagai penemu (inventor) bidang kesehatan. Ia pun menjadi cover beberapa majalah seperti majalah Fortune, Forbes, Inc, E, Glamour, dan Bloomberg Business Week.

Cuplikan kalimat yang ditulis di cover majalah itu mencuri perhatian. Majalah Fortune menulis This CEO is out for blood, sementara majalah Inc menulis The next Steve Jobs. Suatu kehormatan besar bagi Elizabeth Holmes yang digambarkan menapaki kesuksesan seperti Steve Jobs. Majalah E yang fokus pada segmen pembaca wanita eksekutif, menulis Self-made billionaire. Elizabeth Holmes memang menjadi pengusaha wanita termuda yang diperkirakan memiliki kekayaan hingga US$ 4.5 milar tahun 2014.

Satu Dekade

Selama lebih dari satu dekade Elizabeth Holmes berhasil memikat perhatian dunia bisnis. Namun, tahun 2015, Tyler Shultz dan Erica Cheung, dua orang mantan karyawan Theranos, mengungkapkan hal yang tak diduga dalam praktik perusahaan itu. Setelah keluar dari Theranos, mereka berbicara dengan wartawan Wall Street Journal, dan kasus fraud besar pun terungkap.