Adriani Sukmoro

Gazebo

Menurut beberapa referensi, gazebo mulai dikenal sekitar lima ribu tahun lalu, ketika keluarga kelas atas di Mesir mendirikan gazebo di taman mereka. Gazebo dibangun di atas tanah, terpisah dari rumah utama. Gazebo yang berdiri sendiri itu beratap, terbuka di semua sisi, membuatnya menjadi ruang terbuka. Gazebo bisa berbentuk bulat, atau segi enam, atau segi delapan. Lantainya tidak rata dengan tanah, biasanya ada beberapa anak tangga untuk naik ke gazebo.

Pada umumnya gazebo dibangun di tempat yang menyuguhkan pemandangan. Pemiliknya bisa menggunakan gazebo sebagai tempat bersantai sambil menikmati pemandangan, lengkap dengan teh, kopi dan kudapan.

Prajurit Collection

Ketika saya bekerja di Citibank, perusahaan itu fokus pada dua bisnis: consumer banking dan corporate banking. Masing-masing bisnis memiliki tim Sumber Daya Manusia (SDM) yang terpisah.

Hingga di suatu saat, Citibank melakukan reorganisasi. Departemen SDM dari kedua bisnis digabung, sehingga hanya ada satu Departemen SDM dalam organisasi. Keputusan bisnis itu berdampak. Posisi di Departemen SDM penggabungan diisi karyawan dari bisnis corporate banking, hanya segelintir tim SDM consumer banking yang tetap menduduki posisi sebelumnya.

Walau berdampak, tak ada yang terkena pemutusan hubungan kerja. Bisnis Citibank yang berkembang pesat saat itu membuat tenaga kerja dibutuhkan di berbagai bidang. Mereka yang tak mendapat posisi di Departemen SDM penggabungan, ditempatkan di bagian lain di luar bidang SDM.

Saya termasuk salah satu yang ditempatkan di bagian lain tersebut, ditempatkan di Departemen Collection yang menangani nasabah retail. Mulailah berhadapan dengan pekerjaan baru, ruang kerja baru, dan rekan kerja baru.

Dibandingkan tim SDM yang ditinggalkan, lumayan banyak rekan kerja baru di Departemen Collection. Mereka terbagi dalam tim penagih pembayaran pinjaman motor, pinjaman rumah, dan pinjaman Home Power, produk aset paling anyar saat itu.

Ketimbang menyebut mereka sebagai Collector, lebih nyaman menyebut karyawan yang kerap mengangkat telepon dan menagih nasabah yang belum membayar kewajibannya sebagai Prajurit Collection. Kegigihan mereka menagih patut dipuji, seperti prajurit yang siap bertempur. Mulai dari nada membujuk, meningkat ke nada formal, meningkat ke nada tegas, hingga akhirnya terdengar nada keras. Nada diatur sesuai berapa lama atau berapa bulan nasabah menunggak.

Koko, atasan para prajurit Collection, pasti duduk di ruang Pita, Kepala Departemen Collection, menjelang akhir bulan. Mereka duduk membahas delinquency rate, berapa tingkat persentase tunggakan pinjaman produk aset? Gaya kepemimpinan Koko dan Pita yang mendorong tim, membuat para prajurit Collection bisa bekerja dengan nyaman, walau ketar ketir jika delinquency rate menunjukkan trend naik.

Direktur SDM memanggil saya setahun kemudian. Beliau menawarkan posisi yang saya tangani sebelumnya, plus promosi jabatan.

Lumayan berat meninggalkan Departemen Collection saat itu, kembali ditugaskan di Departemen SDM. Suasana kerja dan keramaian di lantai terbuka Divisi Kredit (Credit Cycle Division) membuat daya tarik tersendiri. Pertemanan dengan prajurit Collection yang mayoritas laki-laki mempunyai keunikan tersendiri. Seperti misalnya saat diajak menonton dari balik kaca ruangan di lantai tinggi. Menonton kegiatan liar di tepi sungai Ciliwung yang mengalir di samping gedung Landmark, tempat kantor Citibank beroperasi. Atau pada saat penyewa laser disc datang, prajurit Collection dan karyawan Credit Cycle lainnya langsung mengerubungi, siap menyeleksi film kesukaan masing-masing. Ada yang jail mengamati jenis film yang disewa rekan kerja. Maklum, ada yang hobi menyewa film tak lolos sensor. Entah bagaimana ceritanya hingga penyewa laser disc bisa masuk ke dalam kantor Citibank!

Gazebo Pertemuan

Pesan masuk ke dalam telepon genggam di awal September menarik perhatian. Undangan kegiatan silaturahmi Citibankers di rumah Reza. Reza salah satu prajurit Collection yang menangani penagihan pinjaman Home Power. Bisa diduga, para prajurit Collection akan muncul dalam kegiatan itu. Saya pun merasa terpanggil, siap hadir.

Cukup banyak alumni Citibank yang mendaftar. Tak ada batasan peserta, undangan tak diminta membawa apapun, semuanya disiapkan tuan rumah.

Tidak sulit mencari kediaman Reza di Sabtu 7 September. Pemandangan halaman luas dengan tanaman hijau menyambut ketika mobil sudah melintasi pagar rumah. Mobil berhenti di tempat parkir, dilanjutkan dengan berjalan kaki ke tempat kegiatan reuni.

Kaki melangkah melintasi jembatan bercat merah. Ada sungai yang mengalir di bawahnya. Setelah melewati jembatan, di sisi kanan tampak pohon beringin tinggi dengan dahan sangat rindang menaungi halaman. Pohon beringin itu sungguh tinggi, membuat beberapa kursi dan meja bundar yang disusun di bawahnya terlihat kecil.

Sementara di sisi kiri setelah jembatan terlihat gazebo. Suara mantan karyawan Citibank yang saling menyapa terdengar di gazebo. Gazebo menjadi pusat pertemuan dan silaturahmi hari itu.

Pikiran langsung melayang ke masa kecil. Dibesarkan di beberapa rumah dinas peninggalan kolonial Belanda di perkebunan karet, selalu ada gazebo di halaman rumah. Dulu gazebo di rumah dinas memandang Sungai Asahan dan pepohonan di seberang sungai. Gazebo di rumah Reza juga terletak di tepi sungai, sungai buatan yang khusus dibangun guna melengkapi pemandangan di area gazebo. Siapa yang tak betah bersantai di gazebo itu? Perpaduan pemandangan sungai di satu sisi dan pohon beringin rindang di sisi lain sungguh memikat. Kediaman Reza dan keluarga terlihat dirancang dengan memanfaatkan lahan luas dan keindahan alam.

Peserta reuni yang hadir berasal dari berbagai bagian di Citibank, bukan hanya prajurit Collection. Makanan berlimpah. Mulai dari makanan buatan sendiri: nasi, sayur asem, ikan asin, ayam, udang, semur, pete. Putra Reza tak ketinggalan berpartisipasi, menghidangkan Donburi karya restorannya, restoran Jepang HORU yang beroperasi di area Blok M, Jakarta Selatan. Citibankers bisa memilih: Donburi berisi nasi dan daging atau Donburi berisi nasi dan ayam. Bakmi yamin langganan keluarga Reza di Bintaro bisa ditemukan di halaman bawah gazebo. Semakin lengkap dengan tersedianya bakso, siomay, kue-kue pasar, buah, dan berbagai minuman. Selain kenyang tertawa, kenyang kangen-kangenan, semua peserta kenyang makan.

Silaturahmi semakin ramai dengan hadirnya musik yang dimainkan prajurit Collection. Satu per satu Citibanker menyumbang lagu. Walau suara sebatas lolos audisi, tapi gaya tak kalah dari penyanyi profesional!

The Host

Hospitality is making your guests feel at home. Kesan itu yang terasa saat berada di kediaman Reza. Ketika semua tamu berpakaian apik biar tampil keren dalam foto, Reza dengan santainya memakai kaus putih polos ala kaus oblong, menyapa Citibankers yang datang. Ia berkeliling memastikan semua yang hadir merasa nyaman dan makan kenyang. Ia lebih mementingkan acara silaturahmi berjalan lancar.

Di belakang layar, ada seorang perempuan yang pasti sibuk menyiapkan kesuksesan acara. Dewi, istri Reza, menjadi orang sibuk menyiapkan berbagai hal sebelum acara, dan yang memastikan hidangan yang hampir habis diisi lagi pada saat acara.

Reza dan Dewi menjadi contoh tuan rumah yang senang menjamu. Keramahan pasangan itu membuat hubungan antara tuan rumah dan tamu terjalin dengan baik.

Kegiatan silaturahmi yang semula hanya seputar beberapa orang dan akan diadakan di café, akhirnya membengkak dan membutuhkan tempat yang luas. Reza tak segan menawarkan kediamannya sebagai ajang reuni. Reza memang senang berbagi. Seperti ketika ia masih menjadi prajurit Collection. Rajin memberi tip kepada pembeli makan siangnya. Dan rajin memberi amplop khusus kepada office boys dan tea ladies menjelang lebaran.

Pepatah mengatakan, at a certain stage of life, it is all about having the chance to celebrate life. Reuni kangen-kangenan Citibankers di rumah Reza penuh arti, bersama-sama merayakan pertemanan.