Adriani Sukmoro

Grand Canyon

Saat menetap di New Orleans, Amerika Serikat, seorang teman kuliah datang berkunjung. Ia kemudian mengajak ikut dengannya berlibur ke Grand Canyon. Ia sangat ingin mengunjungi tempat wisata itu. Walau terus dibujuk, prioritas saat itu adalah menabung untuk bekal membeli rumah di Jakarta. Terpaksa dengan berat hati saya tolak ajakannya, tak mampu mengikutinya berlibur ke Grand Canyon.

Teman kuliah itu kembali lagi ke New Orleans setelah berlibur sendirian di Grand Canyon. Cukup puas mendengar ceritanya tentang keajaiban alam tempat wisata tersebut. Tak tanggung-tanggung, sewaktu di sana, ia membeli tiket tur mengelilingi Grand Canyon dengan helikopter!

GPS

Dalam perjalanan waktu, ternyata saya mendapat kesempatan mengikuti jejak teman kuliah tadi. Saat itu putri dalam keluarga sedang kuliah di Amerika. Waktu libur kuliah dimanfaatkan seisi keluarga untuk mengunjungi Grand Canyon.

Keluarga memutuskan menyewa mobil di Las Vegas, perjalanan dari Las Vegas di negara bagian Nevada ke Grand Canyon di negara bagian Arizona dilakukan dengan mobil.

Mobil sewa itu dilengkapi dengan Global Positioning System (GPS), sistem satelit untuk menentukan posisi dan petunjuk arah. Walau belum pernah ke Grand Canyon, keluarga yakin akan mampu mencapai tujuan dengan memanfaatkan kecanggihan GPS. Alat bantu yang sejalan dengan kemajuan zaman.

Mobil berjalan sesuai dengan batas kecepatan maksimum yang tertulis jelas di sisi jalan. Sebagai wisatawan di negeri orang, patut mematuhi aturan lalu lintas, apalagi hukum di negeri Paman Sam dipraktikkan dengan tegas, tak ada istilah suap jika terkena tilang.

Setelah berjalan beberapa saat, tiba-tiba GPS tidak bekerja. Walau di-reset, GPS tetap saja tak berfungsi. Ternyata sinyal GPS terblokir di sepanjang gurun yang dilewati menjelang masuk perbatasan negara bagian. Kepanikan terjadi dalam mobil. Bagaimana melanjutkan perjalanan jika GPS tak bekerja? Untung saja mobil sewaan itu menyediakan peta yang disimpan dalam dashboard mobil.

Sesuai petunjuk peta, mobil harus masuk ke jalan raya Interstate 93 (I-93). Namun puteri sulung yang bertugas membaca peta, salah membaca titik masuk I-93, sehingga jalan masuk itu terlewatkan. Kepanikan terjadi lagi di dalam mobil. Bagaimana caranya memutar balik kendaraan agar bisa kembali ke titik masuk I-93 tadi?

Mobil terus melaju di jalan yang lurus dan panjang, mencari tanda putar balik. Namun, tanda putar balik tak kelihatan, sementara jalan lurus itu terlihat masih panjang. Apa yang harus dilakukan? Berapa lama harus menyusuri jalan panjang itu hingga ada tanda yang membolehkan putar balik? Sejauh mata memandang, hanya ada jalan panjang tak berujung, entah di mana tanda putar balik berada.

Terjadi diskusi dua kubu di dalam mobil: kubu yang ingin mematuhi aturan lalu lintas, menunggu sampai ada tanda memutar balik, dan kubu yang berpendapat sebaiknya langsung memutar balik kendaraan agar tak membuang-buang waktu, mumpung tak terlihat mobil patroli polisi lalu lintas. Jalanan sepi.

Akhirnya keputusan nekad dilakukan dalam suasana panik itu: memutar balik kendaraan!

Setelah memutar balik, kembali ke jalan sebelumnya, mobil pun masuk ke I-93 di titik yang tepat. Penumpang baru merasa lega setelah mobil berada di I-93 selama tiga puluh menit. Dibutuhkan waktu hingga setengah jam untuk merasa lega, baru yakin bahwa memang betul tak ada mobil patroli polisi yang membuntuti.

Hoover Dam

Ketika tiba di perbatasan negara bagian Nevada dan Arizona, mobil dibelokkan ke Hoover Dam. Sengaja mampir sebentar di sana, mengikuti petunjuk informasi wisata yang diakses sebelumnya.

Sejak dibuka untuk umum, bendungan Hoover Dam menjadi atraksi turisme. Walau ada bendungan yang lebih besar dari Hoover Dam, Hoover Dam merupakan bendungan paling dikagumi di Amerika Serikat. Saya dan keluarga pun memanfaatkan perhentian sejenak di Hoover Dam guna mengambil waktu rehat, sekaligus mengagumi bendungan yang selesai dibangun sekitar tahun 1936.

Bendungan itu menghasilkan listrik dan suplai air untuk negara bagian Arizona, Nevada dan California. Bentuknya beton yang melengkung dengan ketinggian 726 kaki atau sekitar 221 meter. Ketinggian itu kurang lebih sama dengan gedung 60 tingkat.

Saya dan keluarga berjalan sepanjang bendungan yang dikerjakan oleh ribuan tenaga manusia. Saat pembangunannya, tercatat 3.000 hingga 5.000 pekerja yang dipekerjakan kontraktor yang mendapat proyek pengerjaan bendungan itu.

Makan Gratis

Perjalanan keluarga ke Grand Canyon dilakukan di musim panas (summer). Cuaca terlihat terang benderang, udara panas di luar mobil. Pemandangan gurun coklat terhampar sepanjang jalan. Negara bagian Arizona memang dikenal dengan letak geografisnya yang dipenuhi gurun, terutama bagian Selatan Arizona.

Keluarga memutuskan makan siang di salah satu kota kecil yang dilewati. Restoran all you can eat atau hidangan prasmanan yang dipilih. Restoran itu tak terlalu besar, tapi nyaman dan bersih. Dikelola sendiri oleh pemiliknya yang terlihat keturunan Cina. Pekerjanya pun mungkin dari kalangan keluarga mereka sendiri.

Ada beberapa orang kulit putih yang sedang makan siang di restoran itu. Di salah satu meja terlihat tiga orang India sedang makan sambil berbincang pelan. Suasana restoran tenang, seorang kasir duduk di mejanya, menunggu para tamu di area makan restoran.

Beberapa saat kemudian pemilik restoran terlihat kasak kusuk. Membuat saya dan keluarga jadi memperhatikan. Ada sesuatu yang terjadi, yang membuat pemilik restoran itu berkumpul, berbicara dengan dahi berkerut dalam bahasa Mandarin.

Beberapa saat kemudian, dua orang anak berusia sekitar sebelas atau dua belas tahun muncul, duduk di salah satu meja dekat kasir. Mereka memetik sayur mayur. Seyogianya mereka mengerjakan pekerjaan itu di dapur. Mengapa mereka melakukan pekerjaan itu di area tamu restoran makan?

Rasa penasaran membuat saya bertanya, apa yang terjadi? Dengan wajah agak enggan, kasir restoran menjelaskan. Ketiga orang India tadi kabur, tak membayar biaya makan siang mereka. Bagaimana caranya? Ternyata, mereka memanfaatkan kesempatan kabur ketika kasir masuk ke dapur, dan tak ada penjaga di area tamu restoran. Di saat itulah ketiga orang India itu keluar dari restoran satu per satu, masuk ke dalam mobilnya, dan langsung pergi.

Terbersit rasa malu melihat sesama keturunan Asia tak beretika, menipu demi makan gratis. Mungkin mereka bukan wisatawan, berani melakukan tindakan hit and run di negara yang punya kepastian hukum.

Flagstaff

Rasa penat duduk dalam mobil langsung hilang ketika mobil memasuki kota Flagstaff. Itu tandanya tak lama lagi perjalanan akan sampai di tujuan, sekitar satu jam lagi perjalanan akan tiba di Grand Canyon.

Pemandangan indah pohon pinus yang berjejer terlihat di sisi barat kota ini. Flagstaff memang berdampingan dengan jalur hutan Pinus Panderosa, yang merupakan hutan pinus terbesar di benua Amerika Serikat. Pohon Pinus Ponderosa itu sangat berharga, biasanya digunakan untuk pembuatan produk kayu, mebel, ikat pinggang, pintu, tirai, panel, interior ruangan yang menggunakan kayu, meja, lemari, dan lain-lain.

Banyak turis terlihat di Flagstaff, baik turis lokal maupun pendatang seperti saya dan keluarga. Semua pasti akan ke tujuan yang sama, Grand Canyon.

Tebing Terjal

Setelah berkendaraan sekitar empat jam, akhirnya mobil tiba di Grand Canyon. Seisi mobil berlompatan ke luar, mencari posisi menikmati pemandangan ngarai yang terhampar luas. Sangat luas, tercatat keseluruhan luas ngarai itu mencapai 277 miles atau sekitar 446 kilometer. Keluasannya itu serta tampilan geologis yang memukau membuat Grand Canyon dinobatkan UNESCO sebagai situs warisan dunia (UNESCO World Heritage Site).

Saya berpapasan dengan sekelompok orang kulit putih yang membawa ransel di punggungnya, memakai topi, mengenakan kacamata penahan sinar. Mereka sepertinya akan melakukan hiking di Grand Canyon, ada seorang pemandu yang berjalan paling depan. Hiking memang menjadi salah satu kegiatan menarik di ngarai itu, ada rute hiking yang aman yang diizinkan pengelola setempat.

Ngarai berupa tebing tanah dan batuan yang dalam dan kokoh terlihat di depan mata. Kedalamannya rata-rata mencapai 4.000 feet atau sekitar 1.2 kilometer. Bahkan ada bagian bukit yang mencapai kedalaman hingga 6.000 feet atau sekitar 1.8 kilometer, dan luasnya mencapai 18 miles atau hampir 29 kilometer. Turis diminta berhati-hati agar tidak jatuh dari ngarai yang dalam dan lumayan terjal itu.

Menurut informasi yang tersedia di gedung pelayanan turis, Grand Canyon diperkirakan berusia antara 5 juta hingga 70 juta tahun. Ngarai itu terbentuk akibat erosi tanah gersang yang dipicu oleh Sungai Colorado. Sungai itu membelah tanah hingga ke dataran Colorado, lalu terjadi pengangkatan tektonik selama berjuta-juta tahun. Dalam proses itu, warna lembah tebing terjal yang terbentuk beragam; ada bagian yang berwarna merah tua, kuning, dan coklat. Perbedaan warna itu menjadi kekayaan Grand Canyon, memberi efek visual yang indah.

Grand Canyon terbagi dalam dua rim: North Rim dan South Rim. Saya dan keluarga memasuki Grand Canyon yang berada di South Rim, bagian ini memang lebih populer bagi wisatawan. Kegiatan hiking yang dilakukan kelompok pendaki tadi juga berada di South Rim.

Ngarai itu menjadi tempat suci bagi suku Indian, penduduk asli Amerika. Suku Indian sering menggunakan Grand Canyon sebagai tempat praktik kebiasaan tradisional dan upacara kesukuan.

Keindahan alam Grand Canyon membuat orang mengatakan, ngarai itu merupakan autobiografi bumi, ditulis melalui bentuk geologisnya dan kisah sejarahnya yang sudah terkandung selama jutaan tahun.