Perempuan yang menjadi pendamping pemimpin negeri nomor satu disebut sebagai Ibu Negara. Sosok Ibu Negara cukup penting, ia selalu dalam sorotan. Bukan hanya saat mendampingi pemimpin negeri nomor satu, gerak gerik Ibu Negara juga menjadi perhatian dalam setiap aktivitasnya.
Bersahaja
Wajah Ibu Negara Iriana mulai dikenal secara nasional ketika suaminya, Joko Widodo (Jokowi), mencalonkan diri sebagai Gubernur Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta. Ia selalu mendampingi suaminya saat berkampanye. Mau tak mau wajahnya muncul dalam pemberitaan di media.
Penampilannya sederhana, tak banyak bicara. Penampilan sedemikian tak berubah ketika Jokowi berhasil terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta. Sejalan dengan keberhasilan suaminya, ia pun melaksanakan tugasnya sebagai Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Provinsi DKI Jakarta.
Penampilan sederhananya tetap dipertahankan ketika Jokowi terpilih menjadi pemimpin negeri nomor satu, Presiden Republik Indonesia. Ibu Negara baru itu mengenakan kebaya kutu baru berwarna oranye dan sarung batik coklat saat pelantikan jabatan Presiden. Mulai saat itu penampilan Ibu Iriana selalu diamati rakyat seantero negeri.
Penampilan bersahaja tetap ditunjukkan ketika keluarga Ibu Negara menikahkan putra-putrinya. Mempelai dan kedua pihak orangtua mengenakan pakaian Jawa, tak banyak pernak-pernik berlebihan. Berada di posisi tinggi tak membuat Ibu Iriana menjadi pribadi yang berbeda.
Stasiun Gambir
Suatu hari saya mendapat pemberitahuan, Ibu Negara dan rombongan akan menaiki kereta dari Jakarta menuju Cirebon. Rombongan akan berangkat dari stasiun Gambir. Persiapan dilakukan beberapa hari sebelumnya, harus ada kerja sama antara pihak PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) dengan pihak protokoler kenegaraan. Perjalanan seorang Ibu Negara dan rombongan berkaitan dengan perannya sebagai Pembina Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Kerja (OASE).
Sebagai bagian dari PT KAI, saya sudah siap menyambut Ibu Negara di stasiun Gambir pada hari H. Tidak ada instruksi harus memakai baju apa dalam menyambut Ibu Negara. Terlintas di kepala bayangan pakaian yang akan digunakan Ibu Negara dan rombongan. Pasti akan memakai busana simpel, celana panjang dan blus, agar bisa duduk rileks dalam perjalanan kereta Jakarta-Cirebon yang memakan waktu tiga jam. Apalagi rombongan akan berkegiatan di Cirebon dan sekitarnya.
Walau dugaan busana celana panjang dan blus ada di kepala, saya memutuskan mengenakan busana kain panjang hitam yang berbordir di bagian samping hingga bawah, dipasangkan dengan blus lengan pendek yang juga berbordir di bagian leher. Saya putuskan membiarkan rambut tergerai, karena saya duga Ibu Negara dan rombongan juga akan membiarkan rambut mereka tergerai biasa, tidak dikonde.
Protokol istana yang kebanyakan perempuan sudah siap di stasiun Gambir sejam sebelum Ibu Negara dan ibu-ibu Menteri dalam rombongannya tiba. Beberapa menit sebelum ketibaan Ibu Negara, salah seorang petugas protokol bertanya, siapa saja dari pihak PT KAI yang akan menyambut. Ada dua orang Direktur yang ditunjuk, beserta saya dan salah seorang istri Direktur.
Petugas protokol itu segera mengatur barisan penyambut. Ia menempatkan saya dan istri Direktur tadi di bagian depan, penyambut utama. Kedua Direktur PT KAI ditempatkan setelah itu. Gambaran ini menunjukkan, kegiatan Ibu Negara disambut istri direktur PT KAI, yang pastinya melaksanakan program kesejahteran sendiri dalam keseharian mereka.
Akhirnya mobil kenegaraan muncul dan Ibu Iriana turun dari mobil. Saya segera menyapa, “Selamat datang di stasiun Gambir, Ibu.”
Dengan ramah beliau menyapa, “Apa kabar? Terima kasih telah menunggu.”
Ibu Negara dan rombongan segera dituntun masuk ke dalam ruang VIP. Hanya Ibu Mufidah Jusuf Kalla, Ibu Devi Simatupang (istri Bapak Luhut Panjaitan), Ibu Tri Suswati (istri Bapak Tito Karnavian), dan dua orang istri Menteri lainnya yang turut menyertai di dalam ruang VIP. Sementara istri Menteri lainnya ditempatkan di ruang VIP lainnya. Dari pihak PT KAI, hanya saya, seorang istri direktur tadi, kepala stasiun Gambir, dan seorang petugas pelayanan makanan/minuman yang diizinkan masuk menemani di ruang VIP.
Rasa berdebar takut salah menghinggapi perasaan. Saya menyibukkan diri menghidangkan suguhan bagi Ibu Negara, menunggu saatnya kereta berangkat. Ibu Devi Simatupang sangat ramah, meminta saya mengenalkan diri. Saya pun memberanikan diri bersuara, tak lupa mengenalkan istri direktur tadi, lalu mengenalkan kepala stasiun Gambir yang kebetulan seorang perempuan. Dengan bangga saya mengatakan, PT KAI mempunyai tiga kepala stasiun perempuan, mereka representasi kaum perempuan dalam pengembangan karier di PT KAI.
Ketika fotografer akan mendokumentasikan Ibu Iriana dan para istri Menteri dalam ruang VIP, Ibu Devi Simatupang langsung mengajak saya ikut bergabung. Bahkan ia bergeser, memberi tempat di sisi Ibu Negara untuk berfoto. Sungguh tawaran yang tak terduga. Sangat berterima kasih pada Ibu Devi Simatupang, ibu petinggi yang mengerti betapa bangganya rakyat biasa berfoto bersama Ibu Negara. Kesempatan yang langka.
Ibu Iriana tak keberatan, tersenyum saat diabadikan kamera. Beliau memang terlihat tak banyak menuntut, duduk dengan tenang, hingga saat keberangkatan. Saya hanya bisa bersyukur, telah pernah mengantar Ibu Negara dan para istri Menteri lainnya menaiki kereta di stasiun Gambir.
Rambut Pak Jokowi
Sosok Ibu Iriana yang selalu tenang tampak berbeda ketika mendampingi Presiden Jokowi dalam pertemuan dengan warga Indonesia yang tinggal di Singapura bulan September 2017. Kegiatan itu berlangsung di halaman Kedutaan Besar Republik Indonesia. Semua yang hadir berebut bersalaman dan berfoto dengan Presiden Jokowi, membuat rambut Pak Jokowi berantakan.
Rambut Presiden Jokowi masih berantakan saat beliau harus memberi kata sambutan di panggung. Ibu Iriana terlihat gelisah melihat rambut Presiden yang berantakan. Ia berusaha memberi kode ketika Presiden Jokowi berpaling sejenak ke arah tempatnya duduk. Namun Presiden Jokowi tidak menangkap kode itu, ia terus melanjutkan kata sambutannya.
Akhirnya Ibu Iriana memanggil seorang Pasukan Pengaman Presiden (Paspampres) dan membisikkan sesuatu. Lalu Paspampres itu menulis bisikan Ibu Iriana dalam secarik kertas kecil, dan menyerahkan pada Presiden Jokowi. Sayang beliau tak membacanya, hanya menyematkan kertas kecil itu dalam pegangan. Ibu Iriana semakin gelisah. Ia meminta kertas besar, dan menuliskan sendiri pesan dalam kertas itu. Lalu kembali ia memanggil Paspampres, meminta menyerahkan kertas tadi kepada Presiden yang masih memberi kata sambutan. Kali ini Paspampres membisikkan langsung pesan Ibu Iriana kepada Presiden Jokowi. Akhirnya beliau sadar rambutnya berantakan. Dengan santai Presiden Jokowi berkata, “Dibisikin tadi: Pak, rambutnya dibetulkan.” Penonton langsung tertawa terbahak-bahak, Presiden pun ikut tertawa.
1 Oktober 2023
Hari ini, 1 Oktober 2023, Ibu Iriana genap berusia 60 tahun. Seorang Ibu Negara ikut merepresentasikan bangsa. Kegiatannya di bidang sosial, gaya busananya, gaya bicaranya, keluwesannya, menjadi bagian representasi itu. Ibu Iriana memainkan perannya sebagai Ibu Negara dengan mulus. Ia terlihat menikmati perannya, tanpa mengubah dirinya dengan segala fasilitas yang dimiliki.
Selamat ulang tahun Ibu Iriana. Semoga tetap sehat dan menjadi teladan bagi kaum perempuan di tanah air. Jika seorang Presiden dipilih oleh rakyat, maka Ibu Negara terpilih karena menjadi pendamping Presiden. Seperti kata pepatah, the First Lady is an unpaid public servant, elected by one person – her husband.