Adriani Sukmoro

Insecure

Menapaki tangga karier merupakan bagian dari proses pengembangan karyawan. Ada yang bergerak cepat, ada yang membutuhkan waktu lebih lama menaiki tangga karier. Kinerja karyawan yang dikombinasikan dengan kompetensi dan kecakapan karyawan dalam melakukan pekerjaannya, pada umumnya menjadi faktor dasar yang digunakan perusahaan dalam memberikan kesempatan promosi jabatan.

Semakin tinggi tangga karier, semakin banyak faktor penilaian yang digunakan perusahaan. Di antaranya potensi karyawan, sejauh mana kemampuan karyawan itu berkembang dan mencapai kesuksesan mengemban posisi lebih tinggi di masa depan.

Ambisi

Ambisi yang ada dalam diri seseorang akan mendorong orang itu menggapai ambisinya. Ia akan mengembangkan diri melalui pendidikan, pekerjaan, dan sarana lainnya untuk mencapai ambisi tadi.

Seorang karyawan, sebut saja bernama Waluyo, telah bekerja di suatu perusahaan selama beberapa tahun. Ia menduduki posisi Kepala Unit yang melapor pada Kepala Departemen di mana unit itu berada dalam struktur organisasi. Selama bertahun-tahun ia menjabat posisi Kepala Unit tersebut, hingga merasa siap untuk naik ke tangga karier selanjutnya, menjadi pemimpin yang mengepalai departemen di mana posisinya sekarang berada.

Beberapa kali kesempatan muncul ketika Kepala Departemennya pindah kerja. Namun, setiap kali kesempatan terbuka, ia tak pernah dipertimbangkan. Perusahaan tempatnya bekerja selalu mencari talenta pengganti dari luar organisasi.

Pergantian pemimpin berarti penyesuaian diri terhadap gaya kepemimpinan baru. Pada awalnya Waluyo melakukan proses adaptasi menghadapi kepemimpinan baru. Namun, setelah beberapa kali pergantian, ia mulai mempertanyakan kesempatannya: mengapa bukan ia yang diangkat sebagai Kepala Departemen? Mengapa talenta dari luar organisasi yang diangkat? Bukankah ia sudah mengenal budaya organisasi, cara kerja, dan bisnis perusahaan?

Waluyo merasa kinerjanya baik, kompetensinya bisa diandalkan, siap memikul tanggung jawab di tingkat Kepala Departemen. Ia pun mulai memikirkan cara menggapai ambisinya menjadi Kepala Departemen.

Badmouthing

Organisasi pada umumnya menyediakan sarana bagi karyawan untuk menyampaikan aspirasi karier. Bisa dilakukan secara formal (melalui proses penilaian kinerja di akhir tahun), ataupun secara informal (melalui diskusi karier dengan atasan langsung atau pemimpin perusahaan).

Waluyo sudah menyampaikan aspirasi karier baik secara formal maupun informal. Namun, ia tetap tak terpilih menduduki jabatan Kepala Departemen. Perusahaan tentu memiliki alasan tertentu tidak memilih Waluyo sebagai successor posisi tersebut.

Waluyo merasa kariernya mentok, hanya sampai di tingkat Kepala Unit. Pada umumnya karyawan yang merasa sulit mendapat promosi jabatan di tempatnya bekerja, berusaha mendapatkan peluang itu di perusahaan lain. Waluyo pun berusaha melakukan hal sama, tapi tak satu pun peluang ia dapatkan di luar organisasi.

Hal itu membuat ia berpikir tentang cara lain mendapatkan posisi Kepala Departemen yang diincarnya. Ia mulai menjadikan Kepala Departemennya sebagai sasaran atau target. Target apa? Target untuk dijatuhkan, dan target untuk memuluskan jalannya mendapatkan promosi jabatan sesuai aspirasi karier.

Maka, ia mulai melakukan aksi. Ia rajin membawa makanan ke kantor dan membagikannya kepada sesama rekan kerja di Departemen. Secara perlahan ia merangkul karyawan di Departemennya. Ia sengaja mengajak mereka menginap di villa keluarganya, tanpa mengajak Kepala Departemen. Dalam berbagai kesempatan berkumpul bersama karyawan Departemen itu, Waluyo mulai menyebarkan informasi negatif tentang Kepala Departemen mereka (badmouthing).

Tak berhenti sampai di situ. Setelah rekan kerja dipengaruhi dengan informasi negatif tentang Kepala Departemen mereka, Waluyo menyebarkan informasi negatif itu kepada karyawan di Departemen lain. Tujuannya untuk menjatuhkan kredibilitas Kepala Departemen tadi.

Insecure

Cara seseorang menapaki tangga karier merupakan gambaran karakter orang tersebut. Apa yang dilakukan Waluyo menggambarkan ketidakseimbangan antara ambisi dan etika yang dipraktikkannya. Padahal penting sekali mempertahankan integritas dan nilai-nilai positif dalam usaha mendapatkan promosi jabatan.

Menyebarkan informasi negatif demi menjatuhkan orang lain menggambarkan rasa tidak aman (insecurity) seseorang akan kemampuan dirinya, dan adanya kebutuhan validasi atas kemampuannya. Acap kali orang yang merasa tidak aman dengan dirinya itu, menggunakan badmouthing sebagai jalan untuk mendapatkan pujian, mengalihkan perhatian orang lain akan kekurangannya. Dengan merangkul rekan kerja, karyawan seperti Waluyo menciptakan ‘kekuatan mengontrol’ rekan kerja, membawa mereka ke ‘sisinya’, seolah menciptakan kubu berseberangan dengan Kepala Departemen tadi.

Orang yang percaya diri akan kemampuannya akan fokus menghasilkan kinerja baik. Orang itu tak perlu berpikir tentang cara-cara menjatuhkan orang lain. Tangga karier akan terbuka baginya berkat rekam jejak kinerja yang dihasilkan dan potensi kepemimpinannya.

Pepatah mengatakan, if someone is talking behind your back, be happy that you are the one in front. Pepatah itu mengingatkan, hanya orang yang merasa di belakang yang cenderung mengatakan hal-hal buruk tentang seseorang.

Leave a Comment