Ketika seseorang dilahirkan dan dibesarkan dalam suatu keluarga, ada aturan-aturan yang perlu diikuti sebagai anggota keluarga. Ketika memasuki dunia pendidikan formal, ada aturan-aturan yang ditetapkan sekolah yang perlu diikuti. Demikian pula ketika memasuki dunia kerja, ada aturan-aturan yang ditetapkan perusahaan tempat bekerja untuk diikuti. Berbagai bentuk kelompok sosial pun memiliki aturan yang perlu dipatuhi anggotanya. Tujuan aturan-aturan itu tak lain untuk keteraturan, menjaga ketertiban, menyediakan pedoman, mengatur interaksi sosial, dan penyeimbang keadilan dan kesetaraan.
Mencari Keadilan
Ketika seseorang merasakan ketidakadilan dalam suatu situasi, besar kemungkinan ia akan menghadap ke pihak yang berwenang untuk mendapatkan keadilan. Anak yang merasa dicurangi saudaranya biasanya mengadu pada orangtua. Murid melaporkan masalahnya kepada guru atau kepada Kepala Sekolah. Karyawan melaporkan masalahnya kepada Atasan atau kepada Departemen Sumber Daya Manusia. Tempat mengadu itu umumnya dianggap sebagai pihak berwenang untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Dalam tatanan sosial, ada institusi Pengadilan yang berperan menjaga keadilan, menyelesaikan sengketa, memberi wadah yang adil dan netral untuk mengatasi masalah hukum. Karena itu Pengadilan berfungsi menjaga stabilitas dan ketertiban masyarakat dengan menyediakan jalur terstruktur dan netral dalam menyelesaikan sengketa hukum, menjaga aturan hukum, melindungi hak-hak individu, dan memastikan bahwa keadilan terpenuhi.
Tayangan Televisi
Beberapa proses persidangan yang menarik perhatian masyarakat ditayangkan di televisi, seperti persidangan kasus pembunuhan Brigadir Yosua di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Proses persidangan berjalan beberapa kali, menghadirkan terdakwa dan saksi-saksi, dihadiri Hakim, Jaksa Penuntut, Pengacara, keluarga korban yang mencari keadilan, keluarga terdakwa, dan masyarakat yang ingin menyaksikan proses pengadilan secara langsung di ruang Pengadilan. Masyarakat ikut antusias, terdorong untuk mencari keadilan seperti keluarga korban.
Proses persidangan umumnya berlangsung lama, memerlukan beberapa kali persidangan untuk mendengar terdakwa, para saksi, kuasa hukum, jaksa penuntut, hingga akhirnya tercapai keputusan hakim. Akibatnya waktu tayang kasus itu di televisi memakan waktu lama dan beberapa kali tayang, sesuai jadwal persidangan.
Namun proses persidangan ternyata bisa berjalan singkat dan ditayangkan di layar kaca televisi dalam bentuk reality court show. Hal ini terjadi di negeri Paman Sam. Judith Sheindlin, mantan hakim persidangan keluarga di Manhattan, New York, membuat reality court show bertajuk Judge Judy setelah ia pensiun dari jabatannya. Judith Sheindlin bertindak sebagai hakim Judy (sesuai nama kecilnya) dalam program televisi itu. Persidangannya menampilkan kasus nyata, melibatkan orang-orang berperkara yang nyata, dan ada keputusan hakim yang nyata.
Program Judge Judy mulai mengudara bulan September 1996, berdurasi hanya sekitar tiga puluh menit, menampilkan dua atau tiga kasus setiap kali tayang. Kasus yang ditampilkan berupa gugatan perdata dengan nilai gugatan materil paling banyak US$ 5,000; yang diselesaikan dengan tata cara dan pembuktian sederhana.
Keputusan Cepat
Pemirsa mungkin bertanya-tanya, mengapa hakim Judy bisa cepat mengambil keputusan dalam persidangan yang tayang di televisi itu? Bahkan ada kecenderungan hakim tersebut tak sabar mendengarkan keterangan tergugat maupun penggugat.
Ternyata ada tim yang bekerja di belakang layar. Mereka mempelajari kasus yang ada terlebih dahulu, kemudian memberi gambaran kasus pada hakim Judy, sehingga membantu hakim Judy menimbang dan membuat keputusan.
Proses persidangan dalam program Judge Judy bersifat arbitrase, keputusan atas perkara diselesaikan berdasarkan kebijaksanaan. Arbitrase ini memungkinkan hakim Judy bertindak sebagai pihak ketiga yang netral, yang dipercaya sebagai pengambil keputusan perkara. Keputusan yang dibuat hakim Judy mengikat, kedua belah pihak yang berperkara menandatangani kontrak sebelum sidang diadakan: mereka menyetujui dan menghormati keputusan hakim Judy.
Kasus Nyata
Reality show pada umumnya menampilkan situasi yang seakan-akan benar dan tanpa skenario, namun sebenarnya telah dimodifikasi sedemikian rupa, dilengkapi dengan proses penyuntingan dan teknik-teknik paska produksi lainnya.
Reality court show Judge Judy tak berdasarkan scenario yang mengatur peran penggugat, tergugat, dan sang hakim. Bagaimana program ini mendapatkan kasus perkaranya?
Di belakang layar, ada tim program itu yang bertugas mencari perkara sidang gugatan finansial yang berskala kecil di seluruh negara bagian Amerika. Tim tersebut akan menghubungi pihak penggugat dan tergugat, menawarkan kesempatan tampil dalam program Judge Judy. Kedua pihak perlu sepakat untuk tampil.
Mengapa ada warga yang berperkara bersedia tampil dalam program Judge Judy yang ditonton masyarakat luas di Amerika?
Program itu direkam di studio di Los Angeles, di negara bagian California. Bagi mereka yang berdomisili di luar Los Angeles, atau bahkan di luar negara bagian California, akan mendapatkan kesempatan bepergian gratis ke Los Angeles. Biaya pesawat dan akomodasi penggugat dan tergugat akan ditanggung produser; mereka juga mendapat uang saku atas kesediaan tampil. Biaya tuntutan finansial yang dimenangkan dalam sidang pengadilan itu pun dibayarkan oleh produser.
Yang perlu dilakukan para penggugat dan tergugat hanya tampil dan memperjuangkan kasusnya dalam beberapa menit. Apakah ada risiko bagi penggugat dan tergugat? Karena persidangan program itu bersifat arbitrase, bukan litigasi, maka hasil persidangan tak akan berdampak pada catatan hukum pihak yang kalah dalam persidangan. Namun, bersedia tampil dalam program itu berarti membiarkan seluruh pemirsa televisi yang menonton mengetahui kasus perkara yang dihadapi. Itikad tidak baik, kebohongan, kebodohan, dan hal-hal memalukan lain bisa muncul dalam proses persidangan itu.
Kasus-kasus yang dipilih dalam program Judge Judy berkisar seputar pinjaman uang antar pribadi, kerusakan properti, tak membayar sewa rumah atau kamar, ketidaksepahaman tentang kepemilikan barang tertentu, kerugian karena jasa pelayanan yang tidak sesuai harapan, dan lain-lain.
Popularitas Hakim Judy
Persidangan kasus dalam Judge Judy dilakukan dalam replika ruang sidang. Replika ruang sidang itu tak terlalu besar; diisi penggugat, tergugat, beberapa hadirin yang memenuhi ruangan yang tampak sebagai latar di bagian belakang penggugat dan tergugat, juru sita (bailiff), dan Hakim Judy. Para hadirin itu adalah figuran yang dibayar, sebagian di antara mereka sedang merintis karier menjadi aktor atau artis dan memerlukan uang saku untuk keperluan sehari-hari.
Program Judge Judy segera memikat pemirsa. Cara hakim Judy menangani perkara disukai: ia bersikap lugas, cerdas, memiliki kepribadian kuat, mampu memotong perkara kompleks langsung ke intinya, dan kadang-kadang mengembuskan komentar bernada humor. Ditambah dengan reputasinya sebagai mantan hakim di New York yang dinilai positif.
Program Judge Judy bertahan mengudara selama dua puluh lima tahun, dari 16 September 1996 hingga 23 Juli 2021. Walau program itu telah berakhir, tayangan ulangnya tetap ada dan masih ditonton pemirsa televisi negeri Paman Sam hingga kini.
Program reality court show seperti Judge Judy sulit dilakukan di negeri ini. Cara hakim Judy menjalankan sidang perkara bisa membuat pemirsa merasa tak nyaman. Hakim Judy bisa dianggap kasar, kurang mendengar penjelasan, memotong pembicaraan dengan ketus, mengeluarkan komentar yang mempermalukan penggugat maupun tergugat, dan tak sungkan mengucapkan kata ‘bodoh’ kepada mereka. Bahkan pemirsa mungkin bisa saja melihatnya sebagai hakim tua dengan tingkat emosi tinggi. Namun tetap tak dapat disangkal, program Judge Judy itu bertahan lama, memenangkan Emmy Award tahun 2013, 2016, 2017; dan Lifetime Achievement Award tahun 2019.