Tidak seperti orang kota, kehebohan mudik menjelang lebaran tak dirasakan dalam kehidupan di perkebunan. Tak perlu menunggu anggota keluarga pulang ke perkebunan itu untuk merayakan lebaran bersama. Umumnya semua penghuni kebun tetap berada di perkebunan, tak pergi ke mana-mana. Sama seperti di tempat-tempat lain, mereka mengikuti tradisi merayakan lebaran dengan memakai pakaian baru. Ketupat dan kue-kue kecil masakan sendiri tersedia di rumah, lalu kegiatan bersilaturahmi ke tetangga di sekitar rumah dilakukan, tetangga yang biasanya sesama pekerja perkebunan.
Daun Kelapa Muda
Saat kecil di perkebunan dulu, suatu hari di bulan puasa, guru kelas menugaskan setiap murid membawa beberapa daun kelapa muda atau janur. Janur akan digunakan untuk bahan mata pelajaran prakarya. Tak perlu repot mencarinya, janur tersedia di area perkebunan itu.
Tiba saatnya pelajaran prakarya. Guru kelas menjelaskan, hari itu murid-murid akan diajarkan cara membuat wadah ketupat. Janur yang dibawa akan dirangkai, dianyam. Sengaja menggunakan janur karena janur tidak mudah patah atau rusak. Katanya, berdasarkan pengalaman turun temurun, ketupat yang menggunakan janur akan menjadi empuk, enak, dan tahan lama.
Ternyata cara menganyam wadah ketupat itu cukup rumit. Guru memberi contoh. Ia mengambil dua janur. Satu janur digulung sampai tiga kali pada tangannya dengan posisi pangkal janur menghadap ke atas. Lalu janur yang satu lagi digulung juga pada tangan sebanyak tiga kali, tapi dengan posisi pangkal janur menghadap ke bawah. Kemudian guru membuat kedua gulungan saling bersilangan, walau posisi janur tetap tergulung. Jari tangan guru bergerak lincah hingga akhirnya terlihat bentuk yang menarik, segi empat dengan ekor di ujungnya. Murid-murid mencoba meniru, cukup banyak yang kesulitan, terpaksa dibantu. Ketika pelajaran prakarya usai, setiap murid telah menghasilkan beberapa wadah ketupat.
Wadah ketupat itu dibawa pulang ke rumah masing-masing. Bisa ditebak selanjutnya. Murid membujuk ibu mereka mengisi wadah ketupat dengan beras, dimasak menjadi ketupat.
Hidangan Istimewa
Di masa anak-anak, senang rasanya mengikuti orangtua berlebaran ke rumah kerabat atau tetangga. Pasti ada penganan kue dan makanan yang menyambut. Selalu dimulai dengan mengintip kue-kue yang disajikan di meja. Nastar yang berisi nanas menjadi favorit, tak cukup hanya mengambil satu atau dua kue saja. Kue lidah kucing bentuknya sederhana, tapi rasanya enak. Kue kembang goyang menarik bentuknya, tapi rasanya sebenarnya tak senikmat nastar. Kue semprit bentuknya menarik, rasanya juga enak.
Setelah puas makan kue-kue yang terhidang di meja, perut masih dimanjakan ketika tuan rumah mempersilakan tamu mencicipi hidangan yang tersedia di meja makan. Saatnya menikmati ketupat. Hidangan ketupat menjadi tradisi di saat lebaran. Walau namanya sama, ketupat, tapi rasanya bisa berbeda dari rumah ke rumah. Tangan yang memasaknya menjadikan ketupat di rumah tertentu lebih enak dari yang lain. Ketupat yang dimasak dengan santan rasanya nikmat.
Ketupat biasanya dihidangkan bersama opor ayam. Orangtua mengajarkan, opor yang dimasak dengan santan memiliki arti permintaan maaf. Sangat senada dengan suasana Hari Raya Idul Fitri, saatnya saling memaafkan. Ada yang cukup kreatif, menambahkan unsur pedas di antara rasa pasangan ketupat dan opor ayam. Balado kentang atau telur balado menjadi penyeimbang makanan bersantan.
THR
Tunjangan Hari Raya (THR) atau gaji ketiga belas yang dibayarkan perusahaan paling lambat tujuh hari sebelum Idul Fitri, sangat membantu karyawan. Ada yang menggunakan dana itu untuk membeli baju baru dalam rangka merayakan Idul Fitri, membeli perlengkapan ibadah, atau zakat. Ada juga yang menggunakannya untuk tabungan atau investasi. Bahkan ada yang berpikir panjang, memasukkan uang THR menjadi tambahan dana pensiun. Yang paling unik, ada karyawan yang menggunakan THR untuk melunasi atau membayar utang kartu kredit.
THR ditunggu-tunggu Asisten Rumah Tangga (ART). Mereka umumnya menggunakan dana itu untuk biaya mudik, termasuk membagi rezeki dengan sanak saudara di kota asal. Sebagian majikan berbaik hati, membayar biaya transportasi mudik dan uang saku tambahan di luar THR. Kebijaksanaan majikan seperti itu patut ditiru, sudah selayaknya majikan berterima kasih pada ART yang mewakili mereka dalam berbagai urusan domestik rumah tangga.
Lebaran selalu dinanti-nanti di tanah air kita. Saatnya berkumpul bersama keluarga, saling bermaaf-maafan. Seperti pepatah yang mengatakan, keruh prasangka bisa saja terjadi dalam hati yang tulus, kata bercela bisa saja terlontar dari bibir yang tak menyadari. Mohon maaf lahir dan batin, selamat Hari Raya Idul Fitri 1443 H.