
Karyawan kehilangan pekerjaan bisa disebabkan berbagai hal: perusahaan dijual, perusahaan bangkrut, perusahaan mengurangi jumlah karyawan, kinerja karyawan tersebut tidak memenuhi standar perusahaan, karyawan melanggar peraturan perusahaan, penerapan teknologi sehingga pekerjaan dilakukan secara otomatis (automation), faktor kesehatan karyawan, atau harus berhenti kerja karena usia pensiun.
Kehilangan pekerjaan berdampak pada situasi emosi dan keuangan. Apalagi jika hal itu terjadi secara tak terduga, menimbulkan keadaan tidak pasti. Bagi sebagian besar orang, pekerjaan bukan hanya sekadar sumber keuangan. Sering kali pekerjaan dikaitkan dengan identitas diri, rutinitas, dan interaksi sosial. Saat kehilangan pekerjaan, seseorang bisa merasa kehilangan pijakan, yang membuatnya goyah menjalani kehidupan.
Great Western Brewing Company
Sebuah perusahaan pembuat bir (brewing company) mendirikan pabriknya di kota Saskatoon, provinsi Saskatchewan, Kanada tahun 1927. Perusahaan itu beberapa kali pindah tangan. Pada tahun 1980 perusahaan itu beroperasi di bawah naungan Carling O’Keefe, namun kemudian Carling O’Keefe melakukan penggabungan bisnis (merger) dengan Molson Brewing Company.
Penggabungan bisnis membuat perusahaan berencana menutup pabrik di Saskatoon tahun 1989. 40 karyawan pabrik itu pun terancam kehilangan pekerjaan, sementara mereka harus menghidupi keluarga. Setelah 62 tahun dikenal sebagai penghasil bir, provinsi Saskatchewan pun akan kehilangan ‘identitas’ itu.
Nasib pekerjaan yang terombang-ambing membuat 16 dari 40 karyawan yang terdampak bersatu memikirkan jalan keluar permasalahan mereka. Mereka warga kota Saskatoon yang tetap ingin bekerja di kota itu. Mereka memiliki kompetensi di bidang pembuatan minuman bir, menguasai seluk beluk pembuatan bir di pabrik, termasuk mengetahui bagaimana perusahaan itu mendistribusikan bir hasil produksi. Selama ini mereka hanya menjadi pekerja, berstatus karyawan. Mengapa tidak menjadi pemilik perusahaan pembuat bir? Yang berkomitmen menjaga kelangsungan perusahaan di Saskatoon?
Maka, ke-16 karyawan yang bersatu tadi, memutuskan menentukan nasibnya sendiri. Mereka mengumpulkan dana, dari kantong pribadi dan dari pinjaman sana sini. Dana digunakan untuk membeli pabrik perusahaan bir di Saskatoon dari Molson Brewing Company. Perusahaan bir itu pun resmi dimiliki ke-16 karyawan tadi tahun 1989.
Hanya sebentar saja perusahaan pembuat bir itu tutup. Pada bulan Maret 1990, perusahaan baru bernama Great Western Brewing Company resmi didirikan, dijalankan ke-16 karyawan tadi. Mereka bekerja keras memastikan kelangsungan perusahaan, menangani langsung jalannya operasional perusahaan, mulai dari produksi hingga pemasaran dan penjualan.
Great Western Brewing Company tak hanya selamat dari penutupan, bisnis perusahaan itu berkembang pesat, menjadi salah satu perusahaan pembuat bir paling sukses di Kanada.
Untuk menghargai jasa ke-16 karyawan tersebut, Great Western Brewing Company mengeluarkan produk bernama ‘Original 16 Canadian Pale Ale’ tahun 2011. Bir premium itu mendapat berbagai penghargaan, termasuk penghargaan emas dari Canadian Brewing Awards tahun 2012.
Apa yang dilakukan ke-16 karyawan tadi menyelamatkan banyak keluarga (mantan karyawan) perusahaan. Keberhasilan bisnis malah membuat perusahaan itu mempekerjakan lebih banyak lagi warga lokal, memberi peluang kerja bagi warga setempat. Mereka berhasil melanjutkan warisan provinsi Saskatchewan sebagai penghasil bir.
Kisah ke-16 karyawan yang bersatu menentukan nasibnya sendiri setelah ancaman kehilangan pekerjaan, menjadi inspirasi banyak orang di Kanada.
Mengelola Bisnis Sendiri
Sebagian besar karyawan yang kehilangan pekerjaan melayangkan lamaran pekerjaan ke berbagai perusahaan lainnya, berusaha mendapatkan pekerjaan baru. Hal wajar, apalagi jika karyawan tersebut masih dalam usia produktif.
Namun, ada juga yang memutuskan tak mau menggantungkan diri pada perusahaan, ingin sepenuhnya memegang kendali. Mereka memanfaatkan kemajuan teknologi, melakukan bisnis online:
- Penjualan produk fisik, baik produk sendiri maupun re-seller.
- Penjualan jasa, seperti jasa konsultasi, pembuatan website, jasa penulisan, desain grafis, dan lain-lain.
- Bisnis digital, seperti content creator, kursus online, podcast, dan lain-lain.
- Bisnis lainnya seperti penjualan pulsa, menjadi influencer, membuat aplikasi mobile, dan lain-lain.
Mengelola bisnis sendiri tentu memberi kebebasan bagi pemilik bisnis untuk membuat keputusan tanpa birokrasi, memiliki kontrol penuh. Ia dapat membentuk arah bisnis sesuai keinginannya. Ia juga dituntut mengembangkan berbagai kemampuan, yang mendorong pemilik bisnis belajar sembari menjalankan bisnis.
Keuntungan bisa dinikmati sendiri oleh pemilik bisnis jika bisnis berhasil. Coba dibandingkan saat orang itu masih berstatus karyawan, ia hanya menerima gaji tetap setiap bulan.
Pemilik bisnis bisa mengatur waktu kerja sendiri, termasuk di mana ia mau mengerjakan pekerjaannya. Fleksibilitas tersebut membuat pemilik bisnis bisa mengatur keseimbangan antara waktu kerja dan kehidupan pribadi.
Namun, di balik hal-hal positif di atas, mengelola bisnis sendiri menuntut tanggung jawab yang tinggi. Hasil dari keputusan yang diambil ditanggung sendiri, baik hasil yang sesuai harapan maupun hasil yang merugi. Hal ini bisa menimbulkan tekanan, biasanya tekanan dari tantangan masalah keuangan, masalah karyawan, perubahan pasar, atau kompetisi pasar.
Risiko finansial selalu ada dalam menjalankan bisnis. Tak ada pendapatan pasti, padahal dana pribadi sudah diinvestasikan dalam bisnis. Bahkan mungkin menggunakan pinjaman bank atau pinjaman lainnya untuk modal bisnis.
Tak ada yang merasa nyaman saat kehilangan pekerjaan. Hingga ada yang mengatakan, pekerjaan terberat di dunia ini adalah ketika Anda tak punya pekerjaan. Ada juga yang mengatakan, resesi terjadi ketika tetanggamu kehilangan pekerjaan, sementara depresi terjadi ketika Anda yang kehilangan pekerjaan.