Adriani Sukmoro

Saling Mendorong

Pertemanan terbina di lingkungan dimana kita berada. Sekolah, kampus, tempat kerja, tempat olahraga, tempat melakukan hobi, dan lain-lain; menjadi sarana membina pertemanan. Semakin sering bertemu dengan teman atau kolega, semakin membuat kita mengenal teman atau kolega tersebut. Bahkan, akibat sering bertemu, tidak mustahil terjadi hubungan yang serius, hingga ke jenjang pernikahan.

Pelatnas

Pertemanan yang berkembang menjadi teman dekat bisa terjadi di lapangan olahraga, tempat para atlet berlatih. Seperti Alan Budikusuma dan Susi Susanti yang dikenal masyarakat luas di tanah air. Keduanya bintang olahraga bulu tangkis, peraih medali emas tunggal putra dan tunggal putri Olimpiade 1992 di Barcelona, Spanyol.

Prestasi itu dicapai Alan Budikusuma setelah tujuh tahun terpilih masuk dalam pemusatan latihan nasional (pelatnas) bulu tangkis, tahun 1985. Sementara Susi Susanti masuk dalam pelatnas tahun 1986. Proses latihan yang ketat tak menghalangi Alan dan Susi membina hubungan, semangat untuk berprestasi membuat mereka saling mendorong. Puncaknya ketika Olimpiade berlangsung, keduanya berhasil meraih medali emas. Mereka akhirnya menikah tahun 1997.

Hingga kini, dua puluh enam tahun kemudian, Alan dan Susi tetap saling menguatkan dalam kehidupan perkawinannya. Mereka saling mendorong dalam menata bisnis mereka yang memproduksi peralatan olahraga; serta bersama-sama membimbing ketiga anak mereka.

Lapangan Tembak

Di lapangan olahraga tembak pasangan Fathur Gustavian dan Dewi Laila Mubarakoh bertemu, dan akhirnya berpacaran. Walau mereka sama-sama anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang bertugas di Bengkel Pusat Peralatan (Bengpuspal) Pusat Peralatan Angkatan Darat (Puspalad TNI AD), Bandung, kedekatan hubungan mereka justru terjadi saat proses latihan menembak. Hubungan itu tidak mengganggu proses latihan, justru semakin mendorong untuk berprestasi. Keduanya berhasil mendapatkan medali emas cabang olahraga tembak di ajang pesta olahraga Asia Tenggara, Southeast Asia Games (SEA Games) 2021 di Hanoi, Vietnam.

Wawancara Atlet

Atlet berprestasi sering diwawancara oleh wartawan media cetak maupun media elektronik lainnya. Kegiatan itu untuk memenuhi keingintahuan masyarakat, sekaligus pengakuan atas prestasi mereka.

Steffi Graf, petenis kesohor asal Jerman, tak lepas dari kesibukan wawancara. Wawancara Steffi Graf di salah satu televisi membuat Andre Agassi, seorang petenis Amerika, terkesima. Ia mengagumi Steffi Graf, bukan hanya dari prestasinya, tapi juga kepribadiannya yang terlihat rendah hati.

Siapa yang tak kenal Steffi Graf di masa jayanya? Ia bintang tenis putri yang mempunyai prestasi fenomenal: memenangkan dua puluh dua grand slam dalam sejarah kariernya! Grand slam yang dimenangkannya: Wimbledon tujuh kali, US Open lima kali, Australian Open empat kali, dan French Open enam kali. Tak hanya sampai di situ. Steffi Graf juga meraih medali emas tunggal putri tenis Olimpiade 1988 di Seoul, Korea Selatan.

Andre Agassi sendiri seorang petenis profesional yang andal. Ia memenangkan grand slam Wimbledon satu kali, US Open dua kali, Australian Open empat kali, dan French Open satu kali. Ia juga meraih medali emas tunggal putra tenis Olimpiade 1996 di Atlanta, Amerika Serikat.

Andre Agassi dan Steffi Graf berasal dari negara berbeda, disibukkan oleh ketatnya waktu mengikuti berbagai turnamen. Namun, ketertarikan Andre Agassi membuat ia meminta pelatihnya mengatur sedemikian rupa, agar ia berkesempatan latihan bersama Steffi Graf. Upayanya berhasil. Andre Agassi dan Steffi Graf pun berkesempatan saling mengenal lebih jauh; mereka akhirnya menikah tahun 2001.

Hingga kini, dua puluh dua tahun kemudian, Andre Agassi dan Steffi Graf menjadi pasangan serasi. Mereka bekerja sama membesarkan kedua anaknya, dan saling mendorong dalam berbagai kegiatan sosial (philantrophy). Selain itu mereka melakukan investasi di bidang properti, serta mendirikan perusahaan yang berhubungan dengan olahraga.

Perfect Score

Olimpiade 1976 menyuguhkan berita menarik ketika Nadia Comaneci, atlet gimnastik dari Rumania, mendapat nilai sempurna 10 (perfect score) untuk nomor senam artistik. Lebih spesifik, dia mencetak sejarah dengan mendapatkan tujuh nilai sempurna 10 dalam pertandingan tersebut.

Nadia Comaneci menjadi atlet pertama yang mencatatkan nilai sempurna tersebut dalam sejarah gimnastik Olimpiade. Penampilannya yang luar biasa membuatnya menjadi legenda dalam dunia olahraga, dan mendapatkan perhatian global pada saat itu.

Ketidaknyamanan tinggal di Rumania, negara komunis tempatnya lahir dan dibesarkan; membuat Nadia mencari suaka di Amerika Serikat. Perjalanan panjang harus dilaluinya dalam mendapatkan suaka dan menyesuaikan diri dengan kehidupan di negara baru.

Setelah berada di Amerika Serikat, ia bertemu dengan Bart Conner, atlet gimnastik negara itu yang juga peraih medali emas olimpiade. Pertemuan itu sebenarnya pertemuan kedua, mereka pernah bertemu di kompetisi American Cup yang diselenggarakan di New York tahun 1976. Mereka menjadi juara di kompetisi itu. Bahkan sebuah foto kenangan terekam dalam sejarah: dalam rangkat merayakan kemenangan mereka, seorang wartawan meminta Bart Conner yang berusia tujuh belas tahun untuk mencium Nadia Comaneci yang masih berusia empat belas tahun saat itu.

Nadia Comaneci tak mengingat kenangan di atas, sementara Bart Conner sangat mengingatnya, karena ia sudah menjadi pengagum Nadia Comaneci sejak kompetisi American Cup tersebut. Pertemuan kedua mereka terjadi saat Nadia Comaneci menjadi bintang tamu talk show yang dipandu Pat Sajak tahun 1990, sementara Bart Conner dihadirkan untuk turut memeriahkan acara itu.

Pertemuan kedua itu membuat mereka menjadi bersahabat, sebagai sesama atlet gimnastik. Bart Conner mendorong dan membantu Nadia Comaneci dalam beradaptasi di Amerika. Kecintaan yang sama di bidang gimnastik membuat mereka menjadi dekat. Beberapa tahun kemudian hubungan mereka berkembang lebih jauh. Akhirnya Nadia Comaneci menikah dengan Bart Conner tahun 1996.

Mereka terus saling mendorong dan berkarya bersama dengan mendirikan Bart Conner Gymnastics Academy. Akademi tersebut melatih mereka yang berminat menjadi atlet gimnastik. Mereka juga mendirikan Perfect 10 Productions, Inc yang memproduksi program olahraga bagi televisi; dan Grips yang menyuplai peralatan gimnastik.

Kedua pasangan ini juga berperan aktif di bidang sosial, menjadi anggota dewan eksekutif olimpiade spesial (special olympics) yang dikhususkan bagi penyandang disabilitas intelektual. Mereka juga menjadi dewan direksi asosiasi kelainan otot (Muscular Dystrophy Assocation).

Mendorong Berkarya

Menikah dengan rekan dari bidang yang sama atau seprofesi memiliki banyak aspek positif. Hubungan bisa kuat dan dalam karena kerap bertemu di tempat berkegiatan, interaksi pun cukup intensif.

Pasangan seprofesi ini bisa memiliki pemahaman tentang pekerjaan pasangan masing-masing, termasuk tantangan yang dihadapi dalam melakukan pekerjaan tersebut, seperti tuntutan waktu dan tekanan pekerjaan. Sebaliknya, mereka dapat merasakan kegembiraan dan kepuasan bersama dari pencapaian masing-masing, seperti halnya para atlet di atas.

Ikatan emosional pasangan seprofesi biasanya membuat mereka saling mendukung dan mendorong. Mereka saling memahami impian dan tujuan karier masing-masing, bisa memberi nasihat yang relevan, dan berbagi pengetahuan.

Pasangan seprofesi sering kali memiliki jadwal yang serupa, sehingga mudah bagi mereka untuk mengatur waktu bersama yang berkualitas. Jika jadwal berbeda, mereka bisa saling memahami kesibukan pasangannya.

Minat yang sama memungkinkan pasangan seprofesi bekerja sama melakukan proyek yang mereka minati, menjadi mitra kolaboratif. Seperti pasangan atlet di atas, setelah tak jadi atlet, mereka berkecimpung di bidang yang sama, baik bisnis, filantrofi, maupun proyek lainnya. Karena pemahaman yang sama akan bidang yang mereka dalami, mereka bisa saling memancing ide kreatif.

Tantangan mungkin saja dihadapi pasangan seprofesi, terutama jika mereka tak bisa memisahkan antara kehidupan pribadi dan profesional. Masalah dalam pekerjaan dibawa ke rumah, menjadi sumber pertengkaran. Hal ini bisa diatasi jika pasangan seprofesi berkomitmen untuk tidak membicarakan masalah kantor ketika sudah berada di antara keluarga di rumah.