Saat kuliah dulu, sosoknya langsung mencuri perhatian. Ia tampak lincah saat mengajar, bahasanya tidak terlalu formal sehingga terkesan kemudaannya. Tampilannya modis, membuat mahasiswa tahu dosen perempuan di depan mereka merawat diri dan mengikuti gaya yang sedang berlaku saat itu. Keingintahuan tentang dosen pengajar yang satu ini semakin bertambah ketika mendengar bisik-bisik, ia menantu gubernur DKI Jakarta yang menjabat saat itu, gubernur Tjokropranolo.
Metamorfosa
Mahasiswa biasa memanggil dosen cantik itu dengan Mbak Dieny Tjokro, nama singkat dari nama lengkapnya, Diennaryati Tjokrosuprihatono. Sebagai mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI) di masa kampus fakultas itu masih di Rawamangun, saya sudah biasa melihat Mbak Dieny melintas di halaman maupun di dalam gedung kampus.
Berpuluh tahun kemudian, di bulan Januari tahun 2016, salah satu anggota media elektronik WhatsApp alumni UI membagi informasi, bahwa Dieny Tjokro sang dosen, diangkat menjadi Duta Besar Republik Indonesia untuk Ekuador. Semua ikut bangga sebagai sesama alumni.
Metamorfosa telah dilalui Dieny Tjokro. Dari dosen muda menjadi Wakil Dekan selama tiga periode. Dan kemudian merambah ke dunia diplomasi, walau kariernya bukan dalam jenjang diplomat.
Perempuan dan Kekuatannya Yang Tersembunyi
Perayaan Hari Kartini selalu menampilkan sosok perempuan yang memberdayakan diri. Perjalanan karier Dieny Tjokro membuatnya diundang menjadi narasumber perayaan Hari Kartini di Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional tahun ini.
Ia berbagi pandangan tentang kekuatan perempuan yang sering kali tidak disadari karena terbelenggu oleh stigma yang melekat dalam masyarakat. Budaya tradisional menempatkan perempuan mengurus rumah tangga, sementara laki-laki yang menjadi pencari nafkah. Keharusan perempuan mengurus tugas domestik rumah tangga sering menyebabkan kurangnya kesempatan dan dukungan dari lingkungan bagi perempuan untuk mengembangkan kekuatannya.
Jika melihat pemandangan laki-laki dan perempuan bekerja di sawah, orang cenderung mengatakan bahwa perempuan yang bekerja di sawah itu membantu suami, bukan sesama pekerja tani. Ada ketakutan tersendiri bagi perempuan jika tidak mampu melahirkan anak, karena biasanya mereka dinilai sebagai perempuan yang gagal. Apalagi jika anaknya tumbuh menjadi anak yang bandel atau tidak keruan, perempuan yang cenderung disalahkan. Sementara pendidikan anak itu sesungguhnya tanggung jawab bersama ayah dan ibu.
Kelebihan Perempuan
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), angka harapan hidup perempuan di Indonesia lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Pada 2020, angka harapan hidup perempuan tercatat sebesar 73,46 tahun; sementara laki-laki tercatat sebesar 69,59 tahun.
Sebuah penelitian yang dilakukan University of Buffalo membuktikan bahwa perempuan lebih mampu mengendalikan stres dibanding laki-laki. Kemampuan perempuan untuk mengendalikan stres ini ternyata disebabkan oleh tingginya hormon estrogen di tubuh. Hormon ini memblokir efek negatif dari stres di otak.
Perempuan memiliki kelebihan secara biologis. Mereka mengalami menstruasi, bisa hamil, lalu melahirkan insan manusia, dan menyusui. Kelebihan ini suatu karunia luar biasa, perempuan terpilih untuk melahirkan generasi-generasi selanjutnya.
Dari data pasien Rumah Sakit Jiwa (RSJ), ditemukan bahwa pasien laki-laki lebih banyak dari perempuan. Hal ini mungkin disebabkan karena laki-laki kurang mampu mengekspresikan diri dan mengutarakan pikiran kalutnya. Walau perempuan tak luput dari stres dan gejala depresi, perempuan biasanya menyalurkannya melalui komunikasi dengan orang-orang dekatnya, kekalutan yang dirasakan tak dipendam sendiri.
Kelebihan perempuan dibandingkan laki-laki itu dibahas dalam sesi berbagi Dieny Tjokro di perayaan Hari Kartini. Ia menjelaskan, struktur otak perempuan lebih kompleks. Seperti sebuah kawat listrik yang saling berhubungan satu dengan lainnya, perempuan menjadi mampu untuk mengingat banyak hal sekaligus, pikirannya selalu bekerja, peduli pada urusan detail rumah tangga, memainkan peran ganda (multi-tasking) sebagai istri, anak, saudara, tokoh masyarakat, profesional, dan peran pekerjaan lainnya. Tak heran melihat perempuan menjadi manajer dalam kehidupan rumah tangganya: manajer umum, manajer keuangan, manajer personalia, manajer operasional, manajer kehumasan, manajer logistik.
Kelebihan lain dari perempuan menurut Dieny Tjokro, adalah unsur cinta yang besar dalam diri perempuan dan merupakan kodratnya. Dengan rasa cintanya perempuan menerapkan asah, asih, asuh. Mereka mendidik, mencintai, membina, menjembatani, serta melakukan pendekatan yang menyeluruh (holistic approach).
Kekuatan cinta perempuan mampu menekan atau membatasi superioritasnya. Cinta membuat perempuan melakoni tanggung jawabnya dengan sepenuh hati. Hal inilah yang menjadi kekuatan perempuan yang tersembunyi.
Semua kelebihan-kelebihan di atas menjadi penopang perempuan untuk memimpin. Berkaca pada teladan Ibu Kartini, sudah selayaknya perempuan memanfaatkan kekuatannya yang tersembunyi. Kesempatan bagi perempuan di zaman kini terbuka lebar, mulai dari mendapatkan pendidikan, pekerjaan, pengembangan diri, bahkan kesempatan menduduki posisi tinggi dalam instansi pemerintah maupun swasta.
Diplomasi Perempuan
Republik Ekuador terletak di Amerika Selatan, berbatasan dengan Kolombia dan Peru. Saat menjadi Duta Besar Republik Indonesia untuk Ekuador, Dieny Tjokro memaksimalkan potensi perempuan dalam tugas diplomasi. Ia memfokuskan diri pada pengenalan turisme Indonesia, pengembangan perdagangan dan investasi. Tujuannya tak lain untuk membangun citra positif Indonesia, Indonesia menjadi semakin dikenal di Ekuador. Secara masif, sistematis, dan terstruktur, ia menggunakan berbagai media dalam usahanya mencapai tujuan tersebut.
Pendekatan yang dilakukannya cukup unik. Dieny Tjokro melakukan fashion diplomacy sebagai pembuka pintu untuk menarik perhatian orang. Ia memakai baju tenun ikat, busana daerah, busana moderen dengan kain nusantara, dan juga busana batik. Selain menjadi alat pembuka jaringan hubungan (network), fashion diplomacy digunakan untuk menunjukkan betapa besar budaya Indonesia yang terkait dengan bhinneka tunggal ika: beragam kultur, beragam busana, beragam kekayaan, tetapi masyarakatnya bersatu.
Dieny Tjokro juga melakukan diplomasi gastronomi, di mana makanan Indonesia yang beragam dihidangkan dalam berbagai kesempatan. Bukan hanya mengandalkan kelezatannya dan keindahan penyajian, tapi menekankan pada filosofi makanan tersebut yang berhubungan dengan kekuatan budaya negeri.
Raden Ajeng Kartini mengatakan, dengan menolong diri sendiri, kita akan dapat menolong orang lain dengan lebih sempurna. Dalam perjalanan hidupnya, Dieny Tjokro telah menolong dirinya dengan memanfaatkan kekuatannya sebagai perempuan. Saat masih menjadi mahasiswa, di usia dua puluh tiga tahun ia menikah, lalu memiliki empat orang anak. Ia menyelesaikan gelar kesarjanaan S1 & S2 dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Ia terus mendukung suami dan keluarga sembari menapaki kariernya dalam dunia akademik, bahkan lanjut ke dunia diplomasi. Ia berhasil menjaga nama baik yang ditorehkan kakeknya, Mohammad Hoesni Thamrin, tokoh Betawi dan pahlawan nasional yang namanya diabadikan di jalan protokol ibukota dan dalam uang pecahan Rp 2.000 Republik Indonesia. Semangat Dieny Tjokro terus menyala, walau kini ia telah memiliki tujuh orang cucu yang menyita perhatiannya.