
Kesibukan manusia melakukan berbagai kegiatan sehari-hari membuat mereka jarang berhenti untuk merenungkan bagaimana waktu berharga mereka digunakan. Tanpa terasa, hari berlalu mengikuti perputaran jarum jam. Kehilangan waktu bisa membuat seseorang merasa tertekan. Mereka tak pernah bisa kembali ke hari kemarin.
Kemacetan
Ketika seseorang memasuki dunia kerja, ada tuntutan yang harus dipenuhi. Mulai dari tuntutan masuk kerja tepat waktu. Karyawan yang sering terlambat tiba di kantor, bisa saja mendapat teguran verbal, atau bahkan Surat Peringatan tertulis.
Di kota-kota besar, masuk kerja tepat waktu menjadi tantangan tersendiri. Kemacetan lalu lintas merupakan salah satu tantangan yang membuat banyak para pekerja ‘makan hati’. Mereka yang membawa kendaraan sendiri akan frustrasi terjebak di tengah kemacetan. Mereka yang naik kendaraan umum menggerutu, harus berebut tempat dalam kendaraan umum, bahkan tak jarang harus terhimpit berdiri di antara penumpang lainnya.
Kemacetan lalu lintas diperparah ketika ada pembangunan konstruksi tertentu seputar jalan, atau terjadi kecelakaan lalu lintas, atau hujan turun mengguyur. Saluran drainase atau pembuangan air yang tak tertata dengan baik bisa menyebabkan jalanan banjir walau hujan mengguyur sekejap. Apalagi jika hujan deras mengguyur selama beberapa jam. Banjir dalam kota pasti terjadi, waktu tempuh bisa menjadi dua atau tiga kali lipat.
Masalah lalu lintas dan transportasi menuju ke kantor dan pulang dari kantor dapat menyebabkan seseorang tertekan (stress), lelah secara fisik dan pikiran kurang rileks. Waktu terbuang percuma di tengah jalan, tidak produktif. Waktu bersama keluarga berkurang, olahraga tak sempat dilakukan, juga kekurangan waktu untuk melakukan hobi atau hal-hal yang disukai.
Tuntutan Pekerjaan
Keberlangsungan perusahaan laba (profit company) ditentukan oleh keberhasilan perusahaan itu menetapkan strategi, mengelola biaya, inovasi, meluncurkan produk yang memenuhi kebutuhan pasar, dan pelayanan yang memuaskan pelanggan. Kesemuanya itu dimungkinkan oleh sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan, merekalah pelaku yang menggerakkan roda keberlangsungan perusahaan.
Peter Drucker, seorang konsultan manajemen dan penulis, mengatakan bahwa perbedaan antara satu organisasi dengan lainnya didasari oleh kinerja orang-orang yang ada di dalam organisasi. Karena itu, untuk memastikan keberlangsungan organisasi, perusahaan menerapkan sistem manajemen kinerja (performance management system). Setiap karyawan di dalam organisasi, tanpa kecuali, memiliki target bisnis yang harus dicapai dalam waktu tertentu. Target menjadi penentu, apakah kinerja karyawan itu memenuhi harapan atau tidak memenuhi harapan perusahaan. Tentu ada konsekuensi dari hasil kinerja tersebut. Kinerja yang tak memenuhi harapan bisa mengancam keberadaan karyawan tersebut di dalam perusahaan.
Beban kerja dan tuntutan kinerja bisa memiliki tantangan tersendiri. Tuntutan pekerjaan yang harus diselesaikan dalam kurun waktu tertentu bisa membuat karyawan bekerja lembur mengejar deadline. Walau peraturan perusahaan yang beroperasi lima hari kerja dalam seminggu menetapkan, waktu kerja adalah 8 jam kerja dalam sehari atau 40 jam kerja dalam seminggu; namun lampu di gedung perkantoran sering menyala sampai malam. Sebagian karyawannya bekerja lebih dari jam kerja, demi penyelesaian pekerjaan dan menghasilkan kinerja yang sesuai harapan perusahaan. Bahkan sebagian dari mereka terpaksa menyambung melakukan pekerjaan di rumah demi mengejar deadline di akhir pekan.
Tak bisa disangkal, waktu kerja menyelesaikan pekerjaan kantor sering mengambil porsi terbesar dalam dua puluh empat jam kehidupan karyawan. Ada target kerja yang harus dicapai. Karyawan akan bekerja keras memenuhi target, menghasilkan kinerja terbaik, dan berkontribusi pada perusahaan. Hal ini bisa membuat tekanan tersendiri pada karyawan, ia menjadi kelelahan secara fisik, emosional, atau mental.
Pandemi Covid-19
Pandemi Covid-19 membawa perubahan besar dalam pola kerja. Pekerjaan tetap harus diselesaikan, tapi dengan cara berbeda.
Perusahaan memaksimalkan penggunaan media elektronik dalam mengoperasikan bisnis di masa pandemi Covid-19. Para pemimpin dan karyawan belajar menggunakan fasilitas zoom, platform komunikasi yang memungkinkan penggunanya berhubungan dengan koneksi internet dan perangkat pendukung.
Perubahan pola kerja itu memberi dampak tersendiri. Keharusan bekerja dari rumah (work from home) pada awalnya menyenangkan. Seperti diberi kesempatan ‘libur’ sementara. Namun, bekerja dari rumah dalam waktu lama, membuat tekanan bagi banyak karyawan. Selain tak bisa bertemu dengan rekan kerja, batasan jam kantor menjadi kabur. Fasilitas zoom seolah-olah membolehkan pimpinan mengadakan rapat kapan saja, tak mengenal waktu. Jika sebelum Covid-19 rapat kantor biasanya dilakukan sebelum jam pulang kantor, zoom meeting kerap dilakukan hingga malam hari.
Karyawan memang bekerja dari rumah. Namun berbagai rapat yang harus diikuti hingga malam hari, ditambah dengan tekanan dari kurangnya kesempatan bersosialisasi, bisa memicu kelelahan mental karyawan.
Pengenalan bekerja tanpa harus berada di kantor diteruskan beberapa perusahaan pasca Covid-19. Banyak perusahaan yang memanfaatkan fasilitas zoom atau fasilitas teknologi lainnya untuk meeting dan proses kerja. Jika perusahaan tak menerapkan batasan waktu kerja, fasilitas teknologi itu bisa membuat waktu kerja tak terbatas.
Hal-hal di atas bisa berdampak pada karyawan. Tekanan yang muncul dari kurangnya waktu bersama keluarga, kurangnya waktu untuk diri sendiri (melakukan hobi), terserapnya waktu untuk menyelesaikan pekerjaan; bisa mengganggu kesehatan fisik karyawan dan juga menderita kelelahan mental. Pada dasarnya manusia membutuhkan keseimbangan antara waktu bekerja dan waktu pribadi.