Adriani Sukmoro

Rajin

Di suatu pelatihan bertema kepemimpinan, peserta yang berada di tingkat menengah perusahaan diajak berandai-andai. Jika mereka boleh memilih, anak buah seperti apa yang akan mereka pilih?

Beberapa sifat karakter (character traits) dilontarkan peserta. Salah satunya: rajin. Peserta pelatihan berpendapat, kerajinan anak buah bernuansa positif. Anak buah rajin akan produktif, cenderung mempunyai inisiatif, bisa dipercaya dalam melaksanakan tugasnya.

Fotokopi

Ruang kuliah diwarnai kebiasaan mahasiswa. Ada yang mengambil tempat duduk di depan, seperti ingin berkonsentrasi penuh mendengarkan dosen dari dekat. Mereka mencatat pengetahuan yang diajarkan dosen di depan ruangan. Ada yang cenderung mengambil tempat duduk di belakang. Entah karena terlambat datang, atau mungkin karena memang merasa nyaman duduk di belakang. Keleluasaan berbicara dengan sesama mahasiswa, atau mengerjakan hal-hal tertentu, bisa dilakukan di barisan kursi belakang.

Di musim ujian semester, mahasiswa berama-ramai memfotokopi catatan beberapa mahasiswa yang biasa duduk di bagian depan ruang kuliah. Catatan mahasiswa itu dianggap lengkap, merangkum mata kuliah yang diajarkan dosen.

Saat menunggu waktu ujian, mahasiswa yang biasa duduk di depan ruang kuliah kembali dikerubuti mahasiswa lain. Mereka dipercaya sudah mempelajari materi kuliah, menjadi tempat bertanya dan pengecekan materi yang dianggap penting, dan kemungkinan besar ditanya dalam ujian semester.

Istilah ‘anak rajin’ diberikan kepada mahasiswa yang selalu duduk di depan ruang kuliah, yang menjadi tempat meminjam catatan, dan tempat bertanya menjelang ujian. Situasi itu menunjukkan kecenderungan memercayai mahasiswa yang rajin.

Sleep Well on Your Area

Menjelang akhir tahun, proses pemberian umpan balik (feedback) atas kinerja karyawan berlangsung. Seorang pimpinan baru departemen mengagendakan pertemuan dengan anak buah langsung (direct report).

Dalam pertemuan empat mata antara pemimpin baru dan salah seorang direct report, feedback yang diberikan membuat sang anak buah merasa tersanjung. “I can sleep well on your area,” demikian feedback yang disampaikan pemimpin baru. Feedback itu bermakna besar bagi anak buah tadi: pemimpin departemen percaya ia melaksanakan tugas dengan baik, tak mendapat masalah di unit yang ditanganinya; pemimpin baru tak perlu memberikan supervisi kepadanya.

Anak buah itu bertambah merasa dihargai ketika pemimpin baru melanjutkan feedback-nya: “You are diligent and committed to your job. That’s your strengths!” Pemimpin baru itu mengamati cara kerja anak buahnya, dan mengakui kerajinan anak buah tadi sebagai salah satu kelebihannya.

Feedback dari atasan menjadi motivasi bagi sang anak buah. Ia bertambah rajin, menunjukkan komitmen tinggi, sehingga dipercaya menangani proyek khusus yang dilakukan departemen itu.

Missing in Action

Seorang Manajer Unit Pelatihan dan Pengembangan yang biasa disebut L&D Unit (Learning and Development Unit), selalu mendapat skor tinggi dalam formulir evaluasi pelatihan (feedback form). Cara Manajer itu menyampaikan materi pelatihan menyegarkan, selalu diselingi humor yang relevan. Contoh-contoh yang diberi dalam pelatihan juga berhubungan dengan praktik sehari-hari di kantor, sehingga peserta pelatihan merasa terhubung dengan materi yang diajarkan.

Karyawan perusahaan merasa senang jika menerima undangan pelatihan, dan mendapati informasi bahwa Manajer L&D Unit yang memfasilitasi program pelatihan. Mereka tahu suasana kelas akan ‘hidup’, peserta tak akan mengantuk; materi pelatihan mudah dicerna dan tinggal dalam otak.

Namun, di sisi lain dari feedback positif peserta pelatihan itu, Chief Human Resources Officer (CHRO) kewalahan mendapat feedback lainnya dari sesama rekan kerja Manajer tadi. Rekan kerjanya di Departemen Sumber Daya Manusia (SDM) mengeluh tentang keberadaan Manajer L&D Unit. Sering kali ia tak berada di meja kerjanya. Hal ini disadari rekan kerja di Departemen SDM ketika mereka harus menjawab pertanyaan setiap ‘tamu’, karyawan dari departemen lain, yang mengunjungi kantor Departemen SDM untuk bertemu dengan Manajer L&D Unit.

‘Sedang keluar ruangan’ menjadi jawaban standar rekan kerja pimpinan tadi ketika menghadapi para ‘tamu’ dari departemen lain. Sementara di belakang layar, rekan kerja menjuluki Manajer tadi sebagai ‘Missing in Action Champion’.

Tak ada yang tahu dimana keberadaan Manajer unit itu, termasuk anak buahnya. Manajer itu tak pernah memberitahu kemana ia akan pergi saat meninggalkan ruangan departemen. Yang jelas ada, jaket hitam yang setiap hari dikenakan pimpinan L&D Unit tergantung rapi di kursinya.

Keluhan rekan kerja membuat CHRO mengamati meja kerja pimpinan Unit L&D. CHRO menyadari pola kehadirannya: tiba di kantor pagi hari dengan jaket hitam, jaket hitam tergantung di kursi kerja sementara sang pimpinan hilang dari meja kerjanya, sore hari menjelang jam kantor usai pimpinan itu kembali berada di meja kerja, lalu pulang kantor mengenakan jaket hitamnya. Pegawai kebersihan sering mendapatinya tidur di mushola, dan ngopi sambil menonton tayangan di layar komputer di café gedung sebelah.

Kinerja Unit L&D tidak buruk, memenuhi target kinerja yang ditetapkan setiap tahun. Ditambah catatan tentang gaya melatih Manajer tadi yang bagus. Namun keberadaan di kantor yang tak jelas, yang mengganggu iklim kerja Departemen SDM, membuat CHRO memutuskan memberi feedback kepada Manajer itu.

Pesan yang disampaikan CHRO: wajib hadir di kantor secara fisik jika tidak sedang melatih atau rapat urusan kantor di luar kantor. Manajer Unit L&D tak bisa hanya memberi instruksi kepada anak buah untuk menyelesaikan tugas. Ia perlu turut bekerja bersama anak buah.

Pesan tambahan lainnya dari CHRO: seorang Manajer perlu memberi teladan bagi anak buah. Tidur di jam kantor dan ngopi santai di café bisa diartikan sebagai karyawan yang malas bekerja.

Sukses Milik Orang Rajin

Pepatah ‘Rajin Pangkal Pandai, Hemat Pangkal Kaya’ diajarkan sewaktu kecil. Pepatah itu mendorong anak-anak untuk rajin belajar agar pandai menyerap ilmu.

Thomas Alva Edison, penemu bola lampu listrik yang memberi manfaat besar bagi industri moderen, mengutarakan pandangannya tentang karakter rajin: kesuksesan dimiliki mereka yang rajin dan giat bekerja.

Rajin merupakan sifat yang penting, bisa membawa seseorang menjadi dipercaya dan menonjol. Guru senang melihat murid yang rajin belajar, atasan senang melihat anak buah yang rajin bekerja.

Para ahli percaya sifat rajin bisa dikembangkan dengan berbagai cara:

  • Tujuan yang jelas – menetapkan tujuan yang jelas memudahkan seseorang untuk fokus dalam menyelesaikan pekerjaan. Seperti orang yang bepergian menuju suatu destinasi, ia tahu arah yang harus diambil untuk mencapai destinasi tersebut. Ia bisa mengatur tempo kerja, dan giat menyelesaikannya.
  • Jadwal dan prioritas – pengaturan waktu dan prioritas kerja membuat seseorang memiliki jadwal yang terstruktur. Seperti orang yang menghadapi tenggat waktu pekerjaan, ia jadi tahu bagaimana mengelola waktu dengan efektif untuk menyelesaikan pekerjaan sebelum tenggat waktu. Pengelolaan waktu efektif sering menjadi gambaran orang yang rajin.
  • Motivasi – memiliki motivasi dalam mencapai target tertentu membuat seseorang bergairah menyelesaikan tugas. Motivasi bisa dibangun dengan melihat kerajinan orang sukses yang bekerja keras dalam meraih kesuksesannya. Motivasi juga bisa ditingkatkan dengan memberi penghargaan terhadap diri sendiri atas hasil kerja yang dicapai.
  • Tidak menunda – menyelesaikan pekerjaan tepat waktu akan menghindari tekanan pikiran dan beban dikejar tenggat waktu. Seperti mahasiswa yang menunda belajar menghadapi ujian, hasil ujian cenderung tak menggembirakan akibat belajar yang dikebut dalam semalam.
  • Mengelola waktu istirahat – kemajuan teknologi membawa godaan tersendiri. Ada yang menjadi ketagihan main video game hingga tidur larut malam atau dini hari, ada yang sibuk membaca berbagai posting-an di Facebook, Twitter, Instagram, dan berbagai media elektronik lainnya. Kegiatan itu bisa menyita waktu yang seharusnya digunakan untuk beristirahat. Akibatnya orang tersebut menjadi kurang tidur, lesu di saat kuliah atau kerja di kantor. Acap kali orang yang kurang istirahat sulit berkonsentrasi, berdampak buruk pada kinerjanya.

Tak ada yang menyangkal, rajin membawa keuntungan. Atasan cenderung memilih anak buah yang rajin, guru memuji murid yang rajin, orangtua menyayangi anak yang rajin. Orang yang rajin bisa dipercaya, dapat diandalkan dalam mengemban tugas, produktif dalam bekerja, membantu perusahaan membangun lingkungan kerja yang positif, berkontribusi dalam pencapaian kinerja bisnis. Keuntungan penting lainnya: orang yang rajin memiliki reputasi yang baik.