Adriani Sukmoro

Robot

Dulu orang mengenal robot dari film-film di layar kaca maupun di layar lebar. Serial televisi Goggle V sangat populer di kalangan anak-anak tahun 1980an. Serial televisi itu mengisahkan tim Goggle V yang beranggotakan lima orang, terdiri dari empat pria dan satu wanita. Setiap anggotanya mengenakan ‘busana’ dengan warna berbeda: merah, hitam, biru, kuning, merah muda.

Di layar lebar, beberapa film tentang robot menjadi box office. Diantaranya Robo Cop, yang mengisahkan tentang kejahatan yang merajalela, sehingga perusahaan-perusahaan menciptakan robot yang mempunyai kekuatan besar untuk menumpas kejahatan. Transformers, film layar lebar lainnya yang cukup terkenal, mengisahkan dua ras yang berbeda dari planet Cybertron; kedua ras tersebut bertarung untuk memperebutkan Allspark’s yang berkekuatan sangat besar.

Robot ‘Bekerja’

Jika film-film di televisi dan layar lebar menggambarkan robot membantu melawan kejahatan, Jepang memikirkan bagaimana memanfaatkan tenaga robot untuk melakukan beberapa pekerjaan yang biasanya ditangani manusia. Fokus dalam pengembangan robot yang bertujuan untuk mempekerjakan mereka, membuat Jepang menjadi negara terkemuka di bidang pekerja robot, sehingga dijuluki bangsa robot (Robot Nation).

Grup Kawasaki membuat manufaktur robot industri di Jepang akhir tahun 1960an. Robot industri itu disebut Kawasaki-Unimate. Robot industri dibuat sedemikian rupa, mereka dapat bergerak secara bebas, sehingga mampu melakukan tugas yang biasanya dilakukan manusia. Perusahaan manufaktur mobil di Jepang segera menggunakan robot sebagai pekerja. Mereka dapat mengelas, menangani benda berat, bekerja secara akurat selama berjam-jam, tak terkena dampak letih bekerja melakukan proses yang sama terus menerus. Kemampuan robot itu membuat tingkat produksi meningkat dengan akurasi yang baik. Hal ini membantu perusahaan dalam menekan biaya produksi.

Tak heran industri manufaktur lainnya mulai meniru menggunakan robot juga, seperti manufaktur minuman, makanan, logistik, dan lain-lain.

Efisiensi

Dalam perjalanan waktu, robot mulai digunakan di luar industri manufaktur. Berbagai restoran di Jepang dan Korea Selatan menggunakan robot sebagai pelayan. Pelayan robot bisa menyiapkan makanan yang dipesan customer, menuangkan kopi atau teh dan minuman lainnya, lalu mengantar makanan dan minuman pada pengunjung restoran.

Restoran Creator di negara bagian California, Amerika Serikat, menggunakan robot untuk menyiapkan burger yang dipesan customer, padahal proses pembuatan burger melalui beberapa langkah: menggiling daging sapi, menggoreng roti, memanggang roti, menyediakan bumbu-bumbu, dan meracik kesemuanya menjadi burger.

Sebuah restoran di Korea Selatan memberikan peran koki pada robot. Robot itu mempunyai tugas khusus: menggoreng ayam. Robot tersebut dapat memonitor temperatur minyak dan level oksidasi secara nyata saat menggoreng, sehingga rasanya lebih konsisten dan bersih. Robot itu mampu menggoreng 100 ayam dalam dua jam saja, sementara dibutuhkan empat atau lima orang dan beberapa wajan untuk bisa menggoreng sebanyak itu.

Wilkinson Baking Company di Walla Walla, negara bagian Washington, Amerika Serikat, menggunakan robot untuk membuat roti. Robot yang dinamakan Breadbot itu bisa mengaduk adonan dan memproduksi roti yang segar, natural, dan enak. Roti hasil produksi Breadbot dianggap lebih sehat dan lebih mempunyai cita rasa, tak ada bahan tambahan yang tak sehat seperti gula dan bahan pengawet. Bahkan pembeli diperbolehkan melihat robot bekerja, sehingga mereka tahu bagaimana roti yang mereka pesan dibuat, kapan dibuat, dan di mana dibuat. Beberapa pembeli menganggap proses kerja Breadbot dianggap lebih transparan.

Pizza Hut, restoran yang dikenal dengan menu masakan pizza dan pasta, serta lauk dan makanan penutup, berencana menggunakan robot dalam berbagai proses bisnisnya: robot yang memasak di dapur, robot kasir yang memproses pembayaran pelanggan, robot yang mengantar pesanan ke kediaman pelanggan. Rencana ini bertujuan untuk meningkatkan pelayanan, kecepatan produksi, dan berujung pada efisiensi.

Pengambil Alih Pekerjaan

Di masa teknologi maju sekarang, robot sudah digunakan untuk berbagai macam pekerjaan. Kini bisa ditemukan mobil yang bisa mengemudi sendiri, seperti mobil Tesla, mobil tes Uber, dan beberapa mobil lainnya dengan sistem mengemudi otopilot. Kemajuan ini bisa mengancam pekerjaan supir bus, supir taksi, dan supir-supir sarana transportasi lainnya.

Beberapa perusahaan pertanian kini menggunakan traktor dan mesin pemotong rumput yang bisa digerakkan secara otopilot untuk membantu pekerjaan pertanian. Demikian pula perusahan pertambangan menggunakan mesin yang dapat bekerja sendiri melakukan pengeboran, pengangkutan limbah, dan lain-lain.

Perusahaan penjual jasa turut menggunakan mesin robot sebagai Telemarketer, menggantikan tenaga manusia. Kecanggihan teknologi memungkinkan pembuatan suara yang persis seperti manusia, membuat penerima telepon tak mengenali penawar jasa hanyalah robot atau mesin.

Perusahaan Amazon menggunakan robot untuk melakukan pekerjaan mengeluarkan barang dari gudang penyimpanan, mengepak barang yang dipesan pelanggan, dan mengirim barang tersebut kepada pelanggan yang memesan. Penggunaan robot itu membantu Amazon menyelesaikan pengepakan dan pengiriman barang dengan cepat.

Masih banyak lagi industri yang menggunakan robot dalam proses pekerjaan. Tujuan dari penggunaan robot itu umumnya untuk mempercepat selesainya pekerjaan, mempertahankan akurasi dan konsistensi, dan memperbanyak produksi. Dari berbagai contoh yang dihasilkan pekerjaan robot, terlihat kecepatan mesin itu menyelesaikan tugas bisa empat hingga lima kali kecepatan produksi seorang manusia untuk pekerjaan yang sama. Faktor kelelahan tak dimiliki robot sehingga hasil produksinya lebih konsisten dibandingkan hasil kerja manusia, dan juga lebih akurat.

Sebagian besar orang melihat penggunaan robot sebagai ancaman terhadap mata pencaharian manusia. Namun ada yang membuat guyonan dengan mengatakan, “Anda beruntung bila bisa mempekerjakan robot. Anda bisa menyuruhnya bekerja 24 jam sehari, mereka tidak akan protes. Mereka juga tidak akan melapor ke Serikat Pekerja. Mereka tidak akan sakit karena kelelahan. Bahkan mereka tidak akan menuntut kenaikan gaji walau telah bekerja keras!”