Adriani Sukmoro

San Diego

Berpuluh tahun lalu saya menetap di Amerika Serikat, mendampingi suami yang mendapat kesempatan mengikuti pelatihan kerja di sana. Ketika tiba waktunya pulang ke tanah air, saya dan suami menyempatkan bepergian ke Tijuana di Mexico. Tijuana terletak di perbatasan Mexico dan Amerika Serikat, berbatasan dengan kota San Diego di negara bagian California.

Namun kendala terjadi, ternyata visa Amerika Serikat akan berakhir empat bulan lagi. Jika saya dan suami menyeberangi perbatasan Amerika Serikat dan Mexico, melangkah ke Tijuana, maka besar kemungkinan tak bisa kembali masuk ke Amerika Serikat karena masalah visa. Walau merasa kecewa, terpaksa mencari paket tur alternatif. Pilihan jatuh ke San Diego.

Udara Pantai

San Diego terletak di pesisir Laut Pasifik, di sebelah Selatan negara bagian California. Ikan Paus bisa ditemukan di Laut Pasifik, sehingga ada paket tur yang menawarkan whale watching tour di San Diego. Dalam kunjungan pertama ke San Diego itu, saya dan suami tak mengikuti atraksi ikan paus di laut, hanya menikmati pertunjukan ikan paus di Sea World San Diego. Ikan paus yang besar badannya bergerak gemulai mengikuti perintah petugas, menggoda penonton dengan menyemburkan air, bahkan mau diam mendekati penonton di satu titik, menunggu siapa yang berani menepuk hidungnya.

Saya beruntung berkesempatan mengunjungi San Diego lagi di pertengahan 2018, dan di akhir Desember 2019 hingga awal 2020. Lebih beruntung lagi karena kunjungan itu dilakukan sebelum wabah Covid-19 melanda, hingga tak mengalami keruwetan larangan penerbangan internasional.

Jika kunjungan pertama dan kedua ke San Diego di musim panas (summer), kunjungan ketiga dilakukan di musim dingin (winter). Saya pun menyiapkan beberapa sweater penahan dingin. Ternyata udara San Diego tak dingin, hanya sejuk seperti udara di Puncak. It’s sunny all year, begitu julukan yang diberikan untuk udara kota ini. Olahraga jalan pagi di kota ini pun menjadi nyaman.

Warga Amerika tertarik akan udara sejuk San Diego, banyak yang memilih tinggal di kota ini, menjadikannya kota terbesar kedua setelah Los Angeles di negara bagian California. Dari segi kepadatan penduduk, San Diego menjadi kota terpadat ke delapan di negeri Paman Sam.

Tembok Trump

Donald Trump menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat pada saat kunjungan kedua saya ke San Diego. Beliau kurang berkenan akan imigran gelap yang banyak menyusup melalui perbatasan, salah satunya perbatasan di kota San Diego. San Diego yang berbatasan dengan kota Tijuana, sering dimanfaatkan imigran gelap untuk masuk ke Amerika Serikat. Bukan hanya imigran Mexico, imigran-imigran negara lain pun menjadikan Tijuana sebagai kota transit untuk menyelundup masuk ke San Diego.

Saat kampanye pemilihan presiden, Donald Trump mengatakan, akan membangun tembok tinggi untuk menghadang imigran gelap menyeberang dari Mexico. Dan hal itu dilakukannya setelah ia menang dalam pemilihan umum.

Dalam kunjungan kali ini, saya tak berminat untuk mengunjungi Tijuana. Suasananya sedang kurang baik, banyak turis yang mendapat pengalaman kurang menyenangkan saat di sana, terutama di area yang bukan untuk turisme. Pembunuhan bisa terjadi di area-area tersebut. Saya pun menjadi tak sempat melihat tembok tinggi yang dibangun Donald Trump di perbatasan San Diego-Tijuana.

Pangkalan Militer

Kedalaman laut pantai San Diego membuat kota ini dipilih sebagai pangkalan militer untuk Angkatan Laut (Navy), Korps Marinir (Marine Corps), dan stasiun Penjaga Pantai (Coast Guard) Amerika Serikat. Hal ini membuat San Diego menjadi tempat armada Angkatan Laut terbesar di dunia. Kapal-kapal militer Amerika banyak dibuat di San Diego, kapal selam militer mereka pun berlabuh di kota ini.

Ketika saya menelusuri pantai San Diego, terlihat banyak sekali kapal yang terparkir rapi di pelabuhan. Ada kapal-kapal perdagangan, tapi banyak juga kapal milik perorangan yang mungkin digunakan untuk plesir atau memancing di tengah laut. Kapal-kapal itu banyak yang berwarna putih, perpaduan warna putih dan laut biru membuat pemandangan pantai menjadi indah.

Saya sempat bermain di taman luas di tepi pantai, taman yang penuh rumput hijau dan pohon-pohon hijau. Ada tempat anak-anak bermain juga, yang membuat pantai-pantai San Diego nyaman dijadikan arena piknik keluarga.

Top Gun

Hubungan Amerika Serikat dan Cina sedang tidak harmonis saat saya berada di San Diego. Dalam sejarahnya memang hubungan kedua negara itu kompleks, diwarnai ketidakpercayaan sejak terbentuknya Republik Rakyat Cina. Walau kepentingan ekonomi membuat kedua negara itu menjaga hubungan mereka, namun hubungan memburuk saat kepemimpinan Donald Trump. Trump menggalang perang dagang melawan Cina, dengan mengenakan tarif tinggi terhadap barang yang masuk dari Cina.

Setiap hari saya membaca berita tentang kehebohan hubungan Amerika dan Cina yang terus memanas itu. Ketegangan cukup terasa, hingga ada yang mempertanyakan, apakah hal itu awal dari perang yang akan terjadi antara Amerika Serikat dan Cina? Saya pun mulai bertanya hal yang sama ketika setiap hari mendengar pesawat jet beterbangan di udara. Langsung teringat film Top Gun, dan membayangkan Tom Cruise ada dalam salah satu pesawat jet tempur yang melintasi San Diego.

Pesawat jet tempur itu beterbangan di pagi hari, siang hari, dan sore hari. Hanya latihan rutin, begitu jawaban yang diberikan seorang pegawai Angkatan Laut Amerika Serikat yang saya temui di sana. Rasanya kurang percaya akan jawaban itu, tak ada suara jet tempur saat mengunjungi San Diego beberapa puluh tahun lampau.

Jika Los Angeles dijuluki sebagai City of Angels (kota para malaikat), maka San Diego dijuluki sebagai America’s Finest City (kota paling nyaman). Karena itu, ada istilah yang mengatakan, a bad day in San Diego is still better than a good day anywhere else. Selama sebulan lebih di San Diego, tidak ada hari buruk, yang ada hari-hari penuh kicauan burung saat saya olahraga jalan di pagi hari, dan wisata kuliner makanan berbagai negara.