Adriani Sukmoro

Melintas Samudera

Selalu ada yang pertama kali dalam pengalaman hidup seseorang. Pertama kali masuk sekolah, pertama kali menjadi mahasiswa, pertama kali bekerja, dan berbagai pengalaman pertama kali lainnya.

Di masa lampau, bepergian ke luar negeri bukan hal yang biasa bagi keluarga Indonesia pada umumnya, termasuk bagi keluarga saya. Hanya Ayah yang punya pengalaman dikirim ke luar negeri oleh perusahaan tempatnya bekerja, itu pun hanya sekali dalam hidupnya. Tak jauh-jauh, ia hanya dikirim ke Kuala Lumpur, Malaysia, mengikuti pelatihan tentang manajemen perkebunan.

Dalam Tempo Sesingkat-singkatnya

Saat sibuk mencari pekerjaan usai menyelesaikan pendidikan strata satu (S1), teman dekat saya mengabarkan, ada kesempatan magang yang disponsori perusahaan Amerika yang mengerjakan proyek besar kantornya. Teman saya itu bekerja di instansi pemerintah. Kesempatan magang berhubungan dengan bisnis usaha instansi pemerintah tersebut.

Banyak karyawan, rekan kerja teman dekat, berminat pada kesempatan magang tersebut. Maklum, kesempatan magangnya di perusahaan yang berlokasi di Amerika Serikat. Instansi pemerintah tadi melakukan seleksi untuk penempatan karyawan yang akan ikut program magang tersebut. Teman dekat saya mendaftar ikut seleksi. Kesempatan diberikan hanya bagi karyawan yang berpotensi, lolos seleksi, dan memiliki kemampuan standar bahasa Inggris.

Cukup terkejut ketika teman dekat tadi mengabarkan, ia lolos seleksi. Ia terpilih sebagai salah satu karyawan yang akan dikirim magang ke Amerika Serikat. Dan semakin terkejut ketika teman dekat pria tadi mengusulkan agar saya mendampinginya berangkat ke negeri Paman Sam. Bukankah kesempatan tinggal di Amerika Serikat impian banyak orang? Kesempatan emas bagi orang awam yang belum pernah ke luar negeri. Berarti saya dan teman dekat tadi harus meresmikan hubungan ke jenjang pernikahan sebelum berangkat ke Amerika Serikat.

Waktu keberangkatan ke Amerika Serikat dalam beberapa bulan lagi. Maka terjadilah proses seperti proklamasi kemerdekaan. Pernikahan diselenggarakan dengan cara saksama dan dalam tempo sesingkat-singkatnya!

Terbang Jauh

Di masa itu kemudahan teknologi belum seperti sekarang. Belum ada website, YouTube, Google, dan akses informasi elektronik lainnya. Informasi biasanya didapatkan dengan mendatangi kantor sumber informasi.

Bagi orang yang belum pernah ke luar negeri, cukup kewalahan juga mengurus keberangkatan ke negeri Paman Sam. Banyak dokumen yang harus disiapkan, termasuk berurusan dengan kantor Kedutaan Amerika Serikat. Beruntung proses keberangkatan diurus kantor tempat suami bekerja, membantu memperlancar pengurusan visa dan pembelian tiket.

Pihak kantor sengaja membelikan tiket pesawat Garuda Indonesia Airways, yang saat itu masih diizinkan masuk ke Amerika Serikat. Rasa canggung terbang melintasi samudera berkurang, banyak penumpang sesama bangsa sendiri, termasuk para awak pesawat. Apalagi saya diberangkatkan bersama istri dan anak-anak salah satu karyawan yang juga dikirim magang di Amerika Serikat.

Rasanya masih tak percaya ketika kaki melangkah masuk ke dalam pesawat yang akan membawa penumpang dari Jakarta ke Los Angeles. Saat itu saya menjadi orang pertama yang mengikuti jejak Ayah dalam keluarga, bisa terbang ke luar negeri. Lebih seru lagi, terbangnya langsung jauh sekali, ke Amerika!

Imigrasi

Rasa terintimidasi muncul saat tiba di bandara Los Angeles International Airport. Bandara itu luas sekali. Walau ada tanda petunjuk yang bisa diikuti menuju bagian imigrasi, rasa deg-degan muncul. Bagaimana kalau nanti tak mampu menjawab pertanyaan petugas imigrasi Amerika Serikat? Hampir semua petugas imigrasi yang terlihat berbadan besar, suara mereka terdengar lantang.

Ternyata tak ada masalah yang dihadapi walau baru pertama kali itu melalui proses imigrasi negeri Paman Sam. Juga tak ada masalah pemeriksaan koper, koper saya hanya berisi pakaian dan keperluan perempuan.

Keluarga karyawan yang berangkat bersama saya tertahan di jalur pemeriksaan koper. Petugas imigrasi yang menangani meminta mereka membuka semua koper bawaan. Sepertinya rombongan keluarga yang diincar petugas imigrasi, di jalur lain hal sama dihadapi serombongan keluarga dari penerbangan lain.

Petugas imigrasi memeriksa isi koper keluarga karyawan tadi dengan saksama. Ia mendapati daging rendang dalam bungkusan. Petugas itu segera menegur istri karyawan dan anak-anaknya, dilarang membawa daging dalam bentuk apapun. Bungkusan rendang yang lumayan banyak dibuang ke tempat sampah. Lalu bungkusan berisi teri kacang pedas bernasib sama, dibuang ke tempat sampah. Sambal bajak juga dibuang ke tempat sampah. Semua makanan yang dibawa dari tanah air berakhir di tempat sampah!

Memperkaya Cakrawala

Pengalaman pertama kali bepergian ke luar negeri meninggalkan kenangan tersendiri. Selain kegembiraan, terkandung unsur mendebarkan, terbang ke suatu tempat yang tak biasa (the unknown).

Tinggal di negeri orang juga meninggalkan kenangan tersendiri: mengembangkan perspektif dan memperkaya wawasan cakrawala. Orang yang berkesempatan tinggal di luar negeri mempunyai kesempatan melihat sendiri budaya negeri lain, merasakan makanan setempat, mengeksplorasi tempat-tempat di negeri itu, mengadopsi praktik-praktik positif yang bisa dibawa pulang ke tanah air, serta bisa meningkatkan kemampuan bahasa asing.

Kesempatan bepergian ke luar negeri cukup terbuka di masa kini. Maskapai penerbangan bertarif rendah (low-cost carrier) tersedia, membuat bepergian ke luar negeri bukan hanya milik orang berada. Penginapan ekonomis seperti Airbnb juga tersedia, memungkinkan orang menghemat biaya perjalanan. Banyak orang yang berpikir praktis, akomodasi hanya untuk tidur di malam hari, selebihnya hari dihabiskan untuk mengeksplorasi negeri asing yang dikunjungi. Jadi tak perlu menginap di hotel berbintang.

Kemajuan teknologi memudahkan orang mempelajari bahasa asing, bisa mengambil pelajaran online, bisa juga belajar sendiri melalui tutorial gratis. Generasi muda di masa kini tidak takut kendala bahasa, mereka pada umumnya mengerti bahasa Inggris, bahasa internasional.

Beasiswa sekolah di luar negeri juga lebih banyak tersedia di masa kini. Selain beasiswa yang diselenggarakan pemerintah, berbagai universitas di luar negeri menawarkan beasiswa dengan syarat-syarat tertentu. Mereka yang bertekad melanjutkan sekolah di luar negeri, bisa mengumpulkan cara mendapatkan beasiswa melalui informasi elektronik. Informasi tersebut membuat mereka bisa mempersiapkan diri beberapa tahun sebelumnya.